SEKULARISME AKAR MASALAH MARAKNYA PERUNDUNGAN
OpiniHal terpenting dalam mendidik anak adalah penanaman akidah Islam yang kuat. Agar mereka tidak mudah terasuki oleh budaya dan pemikiran yang merusak. Serta tidak terpengaruh oleh kemajuan teknologi yang tanpa arah
Tidak dimungkiri hal demikian cukup berpengaruh. Tontonan jadi tuntunan, dengan gadget anak mudah sekali mendapat informasi dan tontonan yang buruk. Berawal dari melihat kemudian mengikuti, termasuk praktik bullying yang banyak beredar
Penulis Sriyanti
Kontributor Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com-Perundungan sudah menjadi budaya di sekolah. Ada beberapa cara untuk mencegah dan menurunkan tindakan tersebut di kalangan pelajar. Kapolresta Bandung Kombes Pol. Kusworo Wibowo imbau para siswa, bahwa pelaku perundungan bisa terjerat ancaman hukum.
Ia meminta kepada para pelajar, agar segera melapor ketika dirinya menjadi korban perundungan, baik pada pihak sekolah atau orangtua. Jika kasus ini dilakukan oleh anak di bawah umur, biasanya mengedepankan musyawarah, sebelum menempuh jalur hukum yang sesuai dengan UU Peradilan Pidana Anak. Sebagaimana perundungan yang dialami oleh seorang siswa dari SMAN I Ciwidey, yang kasusnya ditangani langsung oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Bandung. (antaranews[dot]com, Senin, 27/02/2023)
Masalah perundungan (bully) di negeri ini ibarat fenomena gunung es. Beberapa kasus bullying yang viral di media hanya sebagian, lebih dari itu masih banyak kasus yang tersimpan dan tidak dilaporkan. Perbuatan tersebut merupakan tindakan keji, amoral, dan berbahaya bahkan sampai meregang nyawa seseorang. Namun, mengapa hal ini terus membudaya terutama di kalangan anak dan remaja? Padahal, mereka adalah aset masa depan bangsa.
Mirisnya, kasus ini sering terjadi di lingkungan sekolah dan rumah, yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi anak-anak. Berbagai upaya dilakukan pemerintah agar generasi terlindungi dari kejahatan ini. Misalnya, dengan mengeluarkan berbagai program tentang perlindungan dan pencegahan kekerasan di satuan pendidikan, sekolah ramah anak, pendidikan karakter, kurikulum merdeka dan pelajar Pancasila. Namun sayang, semua itu belum mampu menekan tingginya kasus ini.
Jika dicermati secara mendalam, akar masalah dari bullying ini adalah diadopsinya sekularisme liberal dalam sistem pendidikan saat ini. Maraknya perundungan ini tidak muncul dengan sendiri. Tetapi dilatarbelakangi oleh sebuah pemahaman asing yang menjunjung kebebasan berekspresi dan berperilaku bagi tiap individu yang didukung oleh HAM. Meski, secara norma agama atau sosial perilaku tersebut adalah salah. Ini hanya dampak kecil ketika agama terpisah dari urusan kehidupan. Yang pada akhirnya membuat generasi kehilangan jati dirinya dan terbawa arus yang salah.
Dalam sistem pendidikan sekuler liberal, pembentukan pribadi yang salih bagi anak didik tidak menjadi tujuan utama. Anak-anak justru dididik agar menjadi profil pelajar Pancasila, sebagaimana dalam kurikulum merdeka. Pelajaran agama di sekolah sangat minim. Jika ingin porsinya banyak, biasanya hanya ada di sekolah-sekolah swasta terpadu yang biayanya cukup mahal.
Seharusnya, semua anak berhak mendapatkan pelajaran yang bisa membentuk dirinya menjadi berkarakter salih dan takwa. Dari sini bisa dilihat, kurangnya jaminan pendidikan yang diberikan negara. Jika ingin mendapatkan pendidikan yang baik, masyarakat harus mengupayakannya sendiri.
Hal terpenting dalam mendidik anak adalah penanaman akidah Islam yang kuat. Agar mereka tidak mudah terasuki oleh budaya dan pemikiran yang merusak. Serta tidak terpengaruh oleh kemajuan teknologi yang tanpa arah. Tidak dimungkiri hal ini cukup berpengaruh. Tontonan jadi tuntunan, dengan gadget anak mudah sekali mendapat informasi dan tontonan yang buruk.
Berawal dari melihat kemudian mengikuti, termasuk praktik bullying yang banyak beredar. Saat ini tidak sedikit orangtua yang memberikan kelonggaran terhadap penggunaan gawai pada anak. Sehingga mereka kebablasan dan mudah mengakses situs yang tidak seharusnya mereka lihat di usia yang masih labil.
Tak hanya itu, lingkungan masyarakat dan sekolah juga merupakan tempat yang berpengaruh. Kontrol masyarakat yang diharapkan ikut serta menjadi penjaga generasi, nyatanya sudah terasuki oleh budaya individualis dan kurang memiliki kepekaan sosial. Amar makruf nahi mungkar hampir sirna dalam masyarakat.
Itulah buah diterapkannya sistem pendidikan sekularisme yang membentuk generasi saat ini. Untuk itu agar generasi berakhlak mulia perlu perubahan paradigma dari sekularisme menjadi Islam.
Dalam Islam, anak merupakan anugerah, amanah dan titipan dari Allah Swt.. Sudah semestinya mereka mendapatkan penjagaan dan perlindungan dari orang tuanya, masyarakat bahkan negara. Keluarga harus menjadi tempat ternyaman bagi anak, untuk tumbuh dan berkembang. Kehangatan keluarga, kasih sayang yang diberikan orang tua akan berpengaruh terhadap pola sikap anak.
Penanaman akidah dan nilai-nilai Islam harus dimulai dari sini sejak dini. Agar mereka terbiasa melakukan hal-hal yang baik. Karena itu, keluarga disebut madrasah pertama bagi anak. Rasullullah adalah sebaik-baiknya teladan, sebagaimana dalam mendidik anak yang harus kita ikuti. Rasullullah mengajarkan keimanan serta ajaran-ajaran Islam dengan sikap lemah lembut penuh kasih sayang, tidak mengedepankan emosi dan penuh pengertian.
Begitu juga terkait adab terhadap sesama, Baginda Rasulullah mengajarkan untuk saling menyayangi dan menghormati, di antara yang tua kepada yang muda begitu juga sebaliknya. kondisi ini didukung oleh negara yang menanamkan ketakwaan individu dan masyarakat, budaya amar makruf dan penegakkan sanksi. Misalnya qisas, akan digunakan untuk menghukumi pelaku bully, jika tindakan tersebut berujung pada penganiayaan fisik atau menghilangkan nyawa
Di samping mewujudkan ketakwaan individu, masyarakat, negara juga akan menerapkan sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam. Tujuan utamanya adalah membentuk anak agar memiliki kepribadian Islam, paham agama, juga terdepan dalam sains dan teknologi. Dengan akidah yang kuat, generasi akan terlindungi dari pemahaman yang rusak dan tindakan maksiat. Tayangan yang disajikan media juga akan terbebas dari unsur pornografi, kekerasan dan sebagainya yang dilarang dalam Islam. Akses-akses yang menyimpang dari syariat akan ditutup.
Sistem perekonomian Islam yang berorientasi pada terpenuhinya segala kebutuhan pokok umat, akan mendukung para orangtua agar maksimal mendidik anak-anaknya. Para ibu akan fokus mendidik anak dan mengurus rumah tangga, tanpa harus ikut mencari nafkah. Kepala keluarga diberikan kemudahan untuk bekerja dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Itulah solusi Islam dalam mencegah terjadinya kasus perundungan. Terkait dengan penanganan, sistem Islam akan menegakkan hukum secara tegas. Tidak akan tebang pilih dan tumpul ke atas tajam ke bawah. Dengan demikian, satu-satunya solusi untuk mengurai tuntas kasus perundungan, hanya dengan menerapkan kembali Islam dalam sebuah sistem pemerintahan. Sistem ini akan menjamin lahirnya generasi cemerlang yang bisa dibanggakan di dunia maupun di akhirat.
Rasullah saw. bersabda, “Ada tujuh golongan yang Allah naungi dalam naungan-Nya, pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya :… dan pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) pada Allah..” (HR. Bukhari)
Wallahu a'lam bi ash-shawab.