Heboh Kunjungan Perdana Menteri Prancis ke Indonesia, Untuk Apa?
OpiniSikap loyalnya pemerintah Indonesia terhadap negara penjajah
menandakan bahwa negara ini tidak memiliki kekuasaan super power
____________________
Penulis Anastasia, S.Pd.
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Riuh penyambutan perdana menteri Prancis ke Indonesia, memang terlihat ironi. Seperti yang kita ketahui, Prancis merupakan negara sekuler yang sangat membenci Islam. Kita memahami, kebijakan pemerintah Prancis, senantiasa konsisten menentang hak-hak umat Islam, seperti pelarangan hijab, dan sikap diskriminatif yang dilakukan terhadap umat Islam.
Pelecehan terhadap Islam, makin terlihat ketika pemerintah Prancis melindungi orang-orang yang membuat karikatur Nabi Muhammad saw.. Lantas, mengapa pemerintah kita begitu gembira menyambut pemimpin yang jelas-jelas memusuhi Islam.
Kunjungan Penuh Kepentingan
Indonesia merupakan negara muslim yang kaya sumber daya alam. Tentu hal demikian telah menarik perhatian Barat sehingga mereka tertarik melakukan eksploitasi dan penjajahan. Sekarang wajah penjajahan berubah, namun tetap saja melakukan penjajahan secara soft power, yaitu atas nama kerja sama. Dengan mengeruk kekayaan dan investasi. Begitu pun saat ini, yang melatarbelakangi kunjungan perdana menteri Prancis ke Indonesia.
Hal ini, ditegaskan bahwa kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia pada 27-29 Mei 2025, menjadi momen penting yang mempertegas hubungan bilateral antar kedua negara. Kunjungan ini, ini melahirkan beberapa kesepakatan strategis yang mencakup sektor energi, infrastruktur, kesehatan hingga budaya. (tempo.co, 30-05-2025)
Presiden Prabowo dan Presiden Macron, telah membuat empat pilar deklarasi yang telah disepakati bersama. Hal ini diklaim, mencerminkan kesamaan visi jangka panjang kedua negara, serta kontribusi bersama terhadap perdamaian dan kebudayaan dunia.
1. Deklarasi Bersama untuk Pengembangan Kemitraan Strategis Indonesia–Prancis hingga 2050 (Joint Vision 2050);
2. Deklarasi Bersama untuk Strategi di Bidang Kebudayaan antara Indonesia dan Prancis;
3. Deklarasi Penyelesaian Damai Isu Pal*stina dan Implementasi Solusi Dua Negara;
4. Pernyataan Bersama antara Presiden Republik Indonesia dan Presiden Republik Prancis.
Dapat disimpulkan bahwa yang dibawa Macron ke Indonesia tak lebih kepentingan yang akan menguntungkan Prancis saja. Apalagi dalam poin deklarasi tersebut mengusung isu perdamaian Pal*stina dengan membagi dua negara yang sejatinya mengakui adanya negara zion*sme. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas pemeluk Islam, jelas sangat menolak usulan tersebut. Terlebih, Prancis adalah negara sekuler yang jelas-jelas memusuhi Islam sehingga tidak layak negara penjajah begitu dimuliakan.
Haram Memuliakan Penjajah
Prancis, sebagai salah satu negara adidaya di dunia yang secara politik luar negeri mengikuti AS. Meski bukan menduduki posisi sebagai negara pertama sebagaimana halnya Amerika. Akan tetapi, Prancis merupakan negara kapitalis yang politiknya memiliki karakter imperialis. Oleh karenanya, setiap kebijakan politik luar negerinya akan sejalan dengan negara penjajahan seperti AS.
Sungguh sangat ironi, melihat antusias pemerintah Indonesia menyambut Macron yang sejatinya Prancis adalah negara yang sangat membenci Islam. Inilah negara yang mengemban paham sekularisme, menjauhkan akidah sebagai landasan dalam menentukan arah politik bangsanya padahal segala bentuk kerja sama yang dibangun oleh negara Prancis atau Barat adalah sebuah kolonialisme yang berorientasi pada eksploitasi kekayaan dan menancapkan pengaruhnya.
Dari deklarasi kesepakatan di atas, kita memahami Prancis hanya menjebak Indonesia atas nama kerja sama padahal ujung-ujungnya mengambil keuntungan. Selama Indonesia tidak berdiri di atas sistem yang benar, selamanya bangsa ini akan mudah dijajah.
Begitu pula para pemimpinnya yang mudah untuk dikendalikan dengan iming-iming investasi. Dalam Al-Qur’an, Allah Taala melarang kaum muslim untuk memberikan loyalitas kepada orang kafir dan menjadikan mereka sebagai teman setia, apalagi membangun relasi yang jelas-jelas, mereka hanya mengambil keuntungan saja, Allah Taala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman setia,..." (QS. Al- Muntahana: 1)
Negara Kuat Berdiri di Atas Akidah
Sikap loyalnya pemerintah Indonesia terhadap negara penjajah menandakan bahwa negara ini tidak memiliki kekuasaan super power, yang mampu melawan pengaruh mereka. Indonesia tegak di atas sistem warisan penjajah, yaitu kapitalisme dengan begitu secara otomatis sistem ini akan selalu melindungi kepentingan negara penjajah.
Berbeda dengan sistem Islam yang bersumber dari akidah yang melahirkan konsep kepemimpinan serta mampu menyatukan umat di bawah kepemimpinan global. Sistem pemerintahan Islam melahirkan aturan kehidupan yang sempurna, salah satunya adalah politik luar negeri yaitu, dakwah dan jihad.
Dengan adanya dakwah dan jihad kekuasaan Islam semakin meluas, kuat, dan solid karena disatukan oleh akidah Islam. Aturan Islam yang sempurna telah membawa masyarakat Islam menjadi pemimpin peradaban dunia. Sebagai pusat kekuatan dan intelektual yang melahirkan ilmuwan hebat yang berkontribusi pada pendidikan, militer, kesehatan, dan bidang yang lainnya.
Dengan segala kekuatannya, negara Islam tampil menjadi negara kuat dan mandiri. Oleh karena itu, negara Islam tidak akan tunduk dan takut melawan intervensi negara kafir penjajah. Sistem ini merupakan warisan Rasulallah saw. yang telah terbukti membawa umat Islam ke dalam posisi yang mulia. Maka wajib bagi umat Islam saat ini, melanjutkan kembali pejuangan penerapan syariat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]