KASIH SAYANG PONDASI UKHUWAH ISLAMIYAH
OpiniMuslim satu Dengan Lainnya adalah Bersaudara, Maka Berdamailah dan Berkasihsayanglah
Kasih Sayang antara Umat Islam Ibarat Satu Tubuh
Penulis : Liza khairina
kuntumcahaya.blogspot.com - Berkasih sayang di antara kaum muslimin menjadi nilai inti dalam membangun ukhuwah Islamiyah. Interaksi sosial yang dibangun berdasar kasih sayang akan menguatkan perasaan dan pemikiran yang secara fitrah telah Allah Swt. titipkan pada diri manusia sejak lahir. Sikap bijak dan dewasa menghadapi perbedaan hanya lahir dari pandangan Islam yang shahih dan kaffah. Islam menyuratkan secara tegas pada hal-hal yang pokok, dan menyiratkan boleh dan saling menerima dalam hal-hal cabang. Mengedepankan akhlak daripada ilmu adalah nilai-nilai yang harus dimiliki kaum muslimin menyikapi perbedaan. Maka, sangat disayangkan apabila kaum muslimin masih bersinggungan dan berselisih pada persoalan-persoalan cabang, sementara mengabaikan perhatian seriusnya perihal pokok-pokok Islam.
Ratusan lebih masyarakat Kabupaten Pamekasan Madura dari gabungan masyarakat Nyalabu Laok, Nyalabu Daya, Bettet, Klampar, Samiran dan Samatan, yang mengatasnamakan dari Aswaja Pamekasan menyegel dan menutup Masjid Usman Bin Affan di Dusun Nyalabu Laok Pamekasan, Rabu (25/1/2023). Mereka kompak menyatakan menolak adanya lembaga pendidikan dan Masjid Usman Bin Affan di Jalan Raya Nyalabu Permai. Mereka meminta lembaga pendidikan dan Masjid tersebut ditutup dan diberhentikan secara permanen.
Korlap Aksi, Ahmad mengatakan: berdirinya lembaga pendidikan dan Masjid Usman bin Affan sebagai sarana ibadah ini tidak memiliki jamaah sebanyak 90 orang. Selain itu tidak mempunyai izin dari masyarakat sekitar sebanyak 60 orang, tidak ada izin dari Kemenag Pamekasan, serta tidak ada rekomendasi dari FKUB Pamekasan sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 8 dan 9 Tahun 2006.
Lebih lanjut menurut Ahmad: Ustaz Yasir Hasan telah mengajarkan paham-paham Wahabi yang tidak sesuai dengan ajaran Masyarakat Nyalabu Laok dan sekitarnya dengan ajarannya tentang bid'ah, syirik dan kafir yang rujukannya pada buku-buku karangan Ibnu Taimiyah. Kata dia, Khutbah yang diutarakan oleh Ustaz Yasir Hasan telah menyakiti warga Nahdhiyyin dengan menyatakan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. adalah termasuk perkara bid'ah yang berasal dari ajaran Yahudi.
Kejadian ini menunjukkan bagaimana pengaruh ide-ide kufur seperti fanatisme individu dan golongan, perpecahan, adu domba antar sesamanya. Merasuk, merabunkan pemikiran kaum muslimin tentang Islam dan hubungannya di antara sesama muslim.
Hal ini terjadi berulang yang dampaknya luar biasa. Merusak persatuan kaum muslimin yang identik dengan ide disyariatkannya agar umat berpegang teguh kepada tali Allah dan jangan berpecah belah. Perilaku kaum muslimin kini kerap tampak tidak menggambarkan sikap rahmat dan jauh dari standar Islam. Bahkan seakidah pun, jika terdapat perbedaan pandangan di dalamnya, seperti musuh yang harus dibasmi ke akar-akarnya. Dari satu kubu, teriakan Wahabi menjadi senjata ampuh menjatuhkan saudaranya yang lain. Dari kubu lainnya, tak kalah kecut dan pahit, literasi Islam seperti bid'ah, syirik dan khurafat selalu ditarik sekehendaknya melabeli saudara Muslim lainnya yang berbeda pandangan.
Itu tentu sikap yang belum memperlihatkan kedewasaan. Kaum muslimin seperti saling meleletkan lidah dan saling membelakangi wajah. Lantas, siapa yang diuntungkan? Tentu mereka yang benci pada Islam, kafir penjajah Barat dengan ide-ide kufurnya yang merusak.
Ketika umat Islam sibuk bertengkar dan saling tuduh pada suatu persoalan yang sebenarnya boleh berbeda pandangan. Ini semakin menguatkan geliat musuh Islam jika kaum muslimin mudah sekali berselisih dan diadu domba. Akan sangat jauh dari upaya persatuan kaum muslimin yang membangkitkan kepemimpinan Islam. Kepemimpinan yang mempersatukan kaum muslimin menjadi sebuah kekuatan untuk meruntuhkan ide-ide kufur yang sedang bercokol di negeri kaum muslimin hari ini.
Bahkan, mereka orang-orang kafir semakin yakin dengan upayanya melalui proyek moderasi beragama yang hampir seluruh bidang kehidupan telah dijajakinya. Kaum muslimin larut dalam perangkap penjajah dengan bersikap anti dan memusuhi ajaran Islam dan sesama muslimnya. Sementara mereka bersikap toleran, bersahabat penuh kehangatan dengan ritual dan ide-ide kufur milik penjajah.
Oleh karena itu, perlu ada penyadaran dakwah kaffah yang mencerdaskan di tengah-tengah umat. Memberi pemahaman yang benar bagaimana seharusnya sikap kaum Muslim terhadap perbedaan pendapat. Dalam Al-Qur'an surat Al-Fath ayat 29. Allah Swt. menggambarkan profil dan ciri-ciri kaum muslimin sebagai berikut:
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّا رِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرٰٮهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَا نًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ ۖ وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِ نْجِيْلِ.
Artinya: "Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil."
Kasih sayang di antara kaum muslimin yang tersurat dalam ayat di atas adalah motivasi bagi kaum muslimin agar diambil sebagai prinsip membangun ukhuwah islamiyah. Bahkan kaum muslimin digambarkan oleh Rasulullah dalam banyak hadis ibarat satu tubuh. Kaum muslimin harus saling menjaga, saling membela, saling menyelamatkan dan tidak saling menyakiti. Termasuk di dalamnya ketika menghadapi perbedaan pandangan yang sudah jelas-jelas dinashkan sebagai keluasan khazanah keilmuan Islam.
Lihatlah bagaimana nabi kita Muhammad saw. dan para sahabatnya memberikan teladan dalam hal perbedaan pandangan cabang. Begitu berlapang dada dan tidak ada celaan apalagi angkat parang.
Begitu juga dengan generasi setelahnya. Nabi menyebut mereka sebagai generasi terbaik. Sikap dewasa penuh ketawadhu'an ditunjukkan dan diwasiatkan oleh beliau-beliau agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Lebih-lebih generasi akhir zaman yang rentan dengan fitnah dan sangat sensitif terjadi perpecahan.
Para imam mazhab menyampaikan dalam maqalahnya. Seperti Imam Abu Hanifah, beliau berpesan, "Apabila aku mengatakan sesuatu perkataan (pendapat) yang menyelisihi Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah maka tinggalkankah perkataanku tersebut."
Imam Malik bin Anas mengatakan hal yang sama tentang ikhtilaf, "Aku ini hanyalah manusia yang terkadang salah terkadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku, setiap pendapat yang sesuai dengan Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya, maka ambillah. Dan yang tidak sesuai maka tinggalkanlah."
Begitu pula Imam Asy-Syafi'i, mengatakan hal yang serupa: "Jika kalian menemukan dalam kitabku ada pendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah saw., maka berkatalah sesuai sunnah tersebut, dan tinggalkanlah perkataanku."
Pun dengan Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, "Jangan engkau taqlid kepadaku, dan jangan pula kepada Malik, Asy-Syafi'i, Al-Auza'i, Ats-Tsauri. Tapi ambillah dimana mereka mengambil."
Sungguh, gambaran sejuk dan penuh kasih sayang lahir dari kebesaran hati ulama yang takut akan negeri akhirat. Kita dalam hal ini wajib menjadikannya sebagai prinsip dasar dalam membangun hubungan di antara kaum muslimin. Sikap tabayun (meminta penjelasan akan suatu hal) harus pula dijadikan akhlak utama apabila mendapati banyak perbedaan di antara kaum muslimin. Hal ini agar tidak timbul prasangka buruk dan memutus silah ukhuwah. Hingga kasih sayang di antara kaum muslimin benar-benar terwujud dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Kemudian umat manusia seluruhnya akan merasakan kehadiran Islam yang sesungguhnya, yakni sebagai rahmat bagi seluruh alam. Wallahualam.