BANGUNAN PERNIKAHAN RAPUH, TERSEBAB SELINGKUH
OpiniMaraknya perselingkuhan menunjukkan rapuhnya ikatan pernikahan, bangunan keluarga. Salah satu pasangan bisa dengan mudah melanggar komitmen pernikahan yang pernah diucapkan
Kesakralan pernikahan tak ada lagi. Perselingkuhan dianggap sebuah solusi mendapatkan kebahagiaan. Ini merupakan dampak diterapkannya sistem Kapitalisme sekularisme. Akibatnya, ikatan pernikahan rapuh dan memicu perselingkuhan
Penulis Naina Yanyan
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com-Ada istilah selingkuh itu selingan indah keluarga utuh. Apakah benar begitu? Jika benar, mengapa tidak ada ketenteraman di dalamnya?
Ternyata, Indonesia menjadi negara keempat dunia dengan
kasus perselingkuhan terbanyak, setelah India, Cina, dan Amerika. Hal ini
berdasarkan laporan World Population Review.
Beberapa negara Barat menganggap perselingkuhan sebagai hal
yang biasa. Seperti di Amerika, setengah dari orang yang sudah menikah, mengaku
pernah berselingkuh setidaknya sekali selama pernikahannya. Di Eropa, seperti
Denmark, Belgia, Norwegia, dan Prancis, lebih dari 40% responden mengaku pernah
tidur dengan seseorang di luar pernikahannya. (Pikiran Rakyat, 17-2-2023)
Alasan Orang Melakukan Perselingkuhan
Berbagai alasan yang mungkin membuat seseorang memutuskan
untuk berselingkuh, meskipun alasan-alasan tersebut tidak selalu benar.
Pertama, karena ketidakpuasan dalam hubungan. Jika seseorang merasa tidak puas
atau kurang terpenuhi dalam hubungan tersebut. Ketidakpuasan ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal, seperti kecenderungan pasangan dalam mengabaikan
kebutuhan emosional atau fisik mereka. Kedua, karena kesenangan. Beberapa orang
mungkin merasa tertarik untuk berselingkuh karena mencari sensasi baru yang
tidak mereka dapatkan di dalam hubungan mereka. Ketiga, karena masalah diri
sendiri, seperti ketidakmampuan untuk mengendalikan dorongan seksual. Keempat,
karena kurangnya komitmen yang kuat terhadap hubungan mereka.
Walhasil, maraknya perselingkuhan telah menunjukkan rapuhnya
ikatan pernikahan dan bangunan keluarga saat ini. Salah satu pasangan bisa
dengan mudah melanggar komitmen pernikahan yang pernah diucapkan. Kesakralan
pernikahan tak ada lagi di sana. Perselingkuhan dianggap sebagai sebuah solusi
untuk mendapatkan kebahagiaan. Hal ini merupakan dampak dari diterapkannya
sistem Kapitalisme sekularisme dalam kehidupan. Akibatnya, ikatan pernikahan
menjadi rapuh dan memicu timbulnya perselingkuhan.
Paham Sekuler Akar dari Maraknya Perselingkuhan
Paham sekuler menjauhkan kehidupan dari agama, termasuk
kehidupan berkeluarga. Misalnya, fungsi kepemimpinan yang hilang dari seorang
suami, serta hilangnya fungsi istri sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
Suami menjadi lalai melindungi dan memenuhi seluruh kebutuhan istri. Sedangkan
istri menjadi lalai dalam ketaatan dan pelayanan pada suami. Jika sudah begitu,
ketenteraman menjadi hilang dalam berkeluarga. Maka, suami atau istri mencari
kebahagiaan di luar rumah dan terjadilah perselingkuhan.
Dalam paham sekuler, standar kebahagiaan adalah materi atau
kesenangan jasmani. Akibatnya suami istri sibuk bekerja, anak jadi terlantar,
rumah hanya sebagai transit tidur sejenak, dan karena di luar rumah banyak yang
lebih menarik maka perselingkuhan pun terjadi. Sistem pergaulan rusak dalam
paham sekuler, tidak ada batasan interaksi antara pria dan wanita, khalwat atau
berdua-duaan antara pria dan wanita asing (nonmahram) merupakan hal yang biasa.
Perselingkuhan tak bisa dihindari.
Paham sekuler mendewakan kebebasan. Bebas melakukan apa pun
demi mendapatkan kebahagiaan versi mereka. Perselingkuhan menjadi hal yang
wajar di sistem ini.
Pernikahan dalam Sistem Islam
Pernikahan di dalam Islam merupakan ibadah, sebuah
perjanjian agung yang tidak boleh dipermainkan. Sebagaimana firman Allah Swt.
dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 21, yang artinya, "Dan bagaimana kamu
akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai
suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat
(ikatan pernikahan) dari kamu."
Standar kebahagiaan seorang muslim adalah meraih rida Allah
Swt., bukan materi semata. Suami istri akan berlomba memenuhi hak pasangannya.
Istri akan taat dan optimal melayani suami. Begitupun suami akan giat bekerja
untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi keluarga. Ketenteraman dalam
berkeluarga pun akan terwujud.
Islam mewajibkan para pasangan untuk menjaga keberlangsungan
pernikahan mereka. Masyarakat Islam pun akan menjadi alat kontrol dalam menjaga
ikatan pernikahan. Masyarakat akan melakukan amar makruf nahi mungkar jika ada
pelanggaran aturan pergaulan, seperti khalwat, tidak menutup aurat di kehidupan
umum, dan lain-lain.
Peran negara juga penting sebagai pelindung warga negaranya
dalam menjaga keutuhan keluarga. Dengan melakukan aturan sosial, antara pria
dan wanita ada batasan interaksi. Negara akan menjaga suasana keimanan warga
negaranya dengan mengawasi media.
Sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam juga akan
menciptakan individu-individu yang berkepribadian Islam. Tidak akan ada lagi
ceritanya yang nekat merusak rumah tangga orang lain.
Sistem ekonomi Islam akan menyejahterakan warga negaranya,
istri tidak dipaksa ikut membantu perekonomian keluarga. Sistem sanksi dalam
Islam sangat tegas, termasuk bagi pezina, yaitu rajam hingga mati.
Hanya sistem Islam yang mampu melindungi keutuhan rumah
tangga. Tidak akan ada fenomena perselingkuhan, yang ada adalah ketenteraman.Wallahualam
bissawab.