POLA ASUH SALAH DI BALIK GAYA HIDUP SERBA MEWAH
OpiniAnak yang sejatinya titipan, diberi pola asuh dengan landasan Kapitalisme akan tumbuh dengan buaian materi, tanpa diajarkan batasan norma dan nilai agama
Menjadikannya sebagai pribadi yang tidak mau kalah dan disalahkan, bersikap seenaknya terhadap orang lain
Penulis Irma Faryanti
Kontributor Media Kuntum Cahaya & Member AMK
KUNTUMCAHAYA.com-Jagad maya tengah dibuat heboh dengan kasus penganiayaan keji yang dilakukan oleh Mario Dandy Satriyo terhadap Cristalino David Ozora. Yang menjadikannya viral dan ramai dibicarakan adalah bahwa pelaku adalah putra dari Rafael Alun Trisambodo, seorang Ditjen Pajak Kemenkeu. Sementara korban adalah putra dari Pimpinan Pusat GP Ansor, Jonathan Latumahina.
Peristiwa terjadi pada hari Senin, 20 Februari di kawasan Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. (DetikJateng[dot]com, 27 Februari 2023)
Pria berusia 20 tahun ini tercatat sebagai mahasiswa dari Universitas Prasetya Mulya di Tangerang Selatan. Kasus penganiayaan yang berujung pada kondisi koma yang dialami korban, akhirnya membuat Dandy dikeluarkan oleh pihak kampus, menyusul statusnya yang resmi dijadikan tersangka oleh kepolisian.
Nahasnya, perilakunya menyeret nama sang ayah yang merupakan petinggi di Direktorat Pajak. Pasalnya gaya hidup putranya tersebut terbilang hedonis dan serba wah. Ia kerap memamerkan kekayaannya di akun media massa miliknya, berupa kendaraan mewah, mulai dari Harley Davidson hingga Rubicon hitam yang harganya fantastis.
Hal ini sontak membuat masyarakat bereaksi, tidak terkecuali Menkopolhukam Mahfud MD. Dirinya merasa aneh dengan aksi keji yang dilakukan pelaku. Ia pun menganggap bahwa semua itu tidak lepas dari tanggung jawab sang ayah yang telah lalai akan putranya. Tidak hanya dicopot dari jabatannya, Rafael pun harus ikut menanggung akibatnya, karena pemecatan adalah masalah administrasi, bukan hukum pidana.
Setali tiga uang dengan Mahfud yang merasa heran dengan pola asuh orangtua hingga anak mampu berbuat kriminal sekejam itu, Rohika Kurniadi selaku Asisten Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) pun menyatakan hal senada. Menurutnya, saat ini banyak anak Indonesia yang mendapatkan pola asuh yang tidak layak. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif karena akan membentuk pribadi yang mudah tersinggung, putus asa dan memiliki daya juang yang lemah. Untuk itu orangtua wajib memberikan waktu, pujian, semangat dan lain sebagainya.
Sikap orangtua yang memberi materi berlimpah dengan segala kemewahan fasilitas yang diinginkannya, sangatlah tidak mendidik. Karena dengan begitu ia akan menjadi generasi lemah yang hanya ingin dilayani, sombong dengan harta yang dimiliki dan semena-mena terhadap orang-orang di sekitarnya. Maka tidak heran jika muncul generasi hedonis yang bisanya hanya menghamburkan harta, tapi miskin empati terhadap sekitarnya.
Inilah konsekuensi hidup dalam naungan kapitalis. Harta dan kedudukan dianggap sebagai sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan duniawi. Segala cara akan dilakukan untuk bisa bahagia, demi gengsi dan gaya hidup yang mampu mengangkat derajatnya di tengah masyarakat. Menganggap materi di atas segalanya tapi mengerdilkan bahkan meniadakan peran agama dalam meraihnya.
Anak yang sejatinya merupakan titipan, diberi pola asuh dengan landasan Kapitalisme. Mereka dibiarkan tumbuh dengan buaian materi serba melimpah, tanpa diajarkan batasan norma dan nilai agama sehingga menjadi pribadi yang tidak mau kalah, tidak mau disalahkan dan bersikap seenaknya terhadap orang lain. Kebiasaannya yang selalu mendapatkan layanan terbaik, apapun yang diinginkan akan selalu dipenuhi, membuatnya merasa bisa melakukan apapun yang diinginkannya tanpa pertimbangan benar ataukah salah, boleh ataukah tidak di hadapan Penciptanya, akibat pola didik sekuler yang terlalu melekat dalam kehidupannya.
Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki keilmuan yang lengkap terkait masalah pernikahan, hukum seputar keluarga, bagaimana peran sebagai orangtua, pendidikan dan pola asuh anak dari sejak dalam kandungan hingga balig. Semua itu harus dipelajari untuk menjalani bahtera keluarga yang harmonis, sakinah mawadah warahmah. Allah Swt. memerintahkan untuk menjaga keluarga agar tidak tergelincir menyalahi syariat-Nya, dalam Al-Qur'an surah At-Tahrim ayat 6 Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Terkait pengasuhan dan pendidikan anak, Islam lebih menekankan penanaman nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, agar mereka menjadikan hukum Allah sebagai tolok ukur bagi segala sesuatu dalam mengarungi kehidupan. Jadi bukan semata mendidik dengan materi berlimpah dan fasilitas hidup yang serba mewah.
Ayah sebagai kepala keluarga, berkewajiban mencukupi seluruh kebutuhannya, menafkahi dengan penghasilan dan rezeki yang halal. Selain itu, anak juga membutuhkan lingkungan kondusif dengan atmosfer pendidikan yang sehat, agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain fondasi agama yang kuat, diperlukan juga adanya sebuah tata aturan kehidupan yang akan mempersiapkan generasi muda Muslim yang tangguh dan berpegang teguh pada syariat Allah Swt.. Semua itu akan terwujud ketika Islam diterapkan dalam setiap aspek kehidupan dalam naungan sebuah sistem kepemimpinan. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.