RENUNGAN BULAN SYAKBAN: ANTARA MUSIBAH DAN MUHASABAH
Surat PembacaNegaralah yang memiliki andil paling besar untuk menghentikan kemaksiatan kolektif. Sebab seluruh problematik yang terjadi adalah akibat kehidupan yang jauh terpisah dari aturan agama atau sekularisme
Sekularisme telah menyebabkan seseorang tidak menjadikan halal atau haram sebagai tolak ukur perbuatannya, melainkan mengedepankan hawa nafsu belaka
Penulis Inge Oktavia Nordiani
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com-Memasuki Bulan Sya'ban ini menandakan bahwa selangkah lagi kita menuju bulan suci Ramadhan. Bulan yang memiliki keistimewaan dan keutamaan yang banyak, salah satunya terdapat malam 1000 bulan. Setiap Muslim selalu merindukan datangnya bulan suci Ramadan. Adapun tujuan tertinggi dalam pelaksanaan ibadah suci ini adalah untuk meraih status orang yang bertakwa.
Dalam hadis riwayat Ibnu Abi Dunya dijelaskan sebuah gambaran mengenai takwa yaitu, 'Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri, bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?' Orang itu menjawab, 'Apabila aku melihat duri maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya atau aku langkahi duri-duri itu atau aku mundur.' Abu Hurairah cepat berkata, 'Itulah dia takwa.'.
Kaum Muslimin pun akan senantiasa berlomba-lomba untuk mencapai hakikat ketakwaan ini. Berbagai kegiatan dan aktivitas pun dilakukan menyisiri hari-hari di bulan suci Ramadan. Pembiasaan ketakwaan akan sangat mudah dilakukan apabila ada dukungan dari seluruh unsur kehidupan yakni masyarakat dan juga negara.
Namun melihat fakta yang terjadi di sekeliling kita baik itu di media cetak, media sosial maupun di televisi tampak masih banyak energi negatif yang dapat mempengaruhi kekhusyukan ibadah puasa di Bulan Ramadhan nanti. Berita-berita negatif terus terjadi bahkan semakin bervariasi. Mulai dari kasus pembunuhan yang awalnya pembunuhan biasa menjadi pembunuhan berencana sangat sering terjadi. Fenomena seks bebas yang tidak ada ujung penyelesaiannya malah merambah pada seks bebas ala inses (memiliki ikatan darah). Kasus-kasus aborsi dan pembuangan bayi masih ramai dibicarakan dan diberitakan. Eksistensi kaum LGBT mulai dari rakyat jelata hingga para pejabat pun semakin bersemi. Hingga gaya hidup hedonis yang dipertunjukkan oleh para pejabat. Begitu pula perilaku gila konten demi meraup keuntungan materi terus terjadi. Pelecehan seksual, tidak harmonisnya hubungan pelajar dan pendidik hingga kasus korupsi masih menjadi-jadi.
Akankah segala problematik ini akan selesai di Bulan Sya'ban dan menjadi bersih ketika memasuki Bulan Ramadan nanti?
Sementara dalam waktu yang bersamaan di tahun 2023 saja musibah demi musibah banyak terjadi di negeri kita. Mulai dari banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, abrasi serta erupsi.
Sungguh datangnya berbagai bencana di negeri ini mengharuskan kita untuk muhasabah atas segala kemaksiatan yang terjadi secara kolektif hingga mendatangkan teguran dari Allah. Hal ini membutuhkan jalan tobat secara sistemis dari individu masyarakat dan juga negara. Negaralah yang memiliki andil paling besar untuk menghentikan kemaksiatan yang kolektif tersebut. Sebab seluruh problematik di atas terjadi akibat kehidupan yang jauh terpisah dari aturan agama atau sekularisme. Sekularisme telah menyebabkan seseorang tidak menjadikan halal atau haram sebagai tolak ukur perbuatannya, melainkan mengedepankan hawa nafsu belaka. Wallahu a'lam bi ash-shawab.