Harga Minyak Dunia Naik, Negara Adidaya Panik
OpiniPada hakikatnya AS memiliki ketergantungan terhadap minyak dunia, yang sebagian besar dimiliki oleh kaum Muslim. Secara politik hal tersebut seharusnya menjadi peluang kaum Muslim untuk membebaskan negeri kaum Muslim yang telah dirampas Israel, yakni negeri Palestina. Sebagaimana diketahui bersama bahwa Palestina telah menjadi negeri terjajah Israel yang secara sepihak mengeklaim kekuasaannya atas negeri itu
Namun hal ini bukanlah perkara yang mudah, sebab pemikiran sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah tertanam pada pemikiran-pemikiran kaum Muslim. Hal inilah yang kemudian menghambat pembebasan saudara-saudara di negeri Palestina
Penulis Anita Rahayu
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com - Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya memutuskan memangkas produksi minyak mereka, OPEC dan negara pengekspor minyak lain tidak terkecuali Arab Saudi berencana memangkas total volume produksi minyak hingga 3.66 juta barel per hari, termasuk pemotongan 2 juta barel pada Oktober 2022. Jumlah ini setara dengan sekitar 3,7 persen dari permintaan global.
Hal ini tentu saja berdampak pada peningkatan inflasi berbagai negara diantaranya negara adidaya Amerika Serikat, bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan kesulitan mengendalikan inflasi tersebut, hal ini dimulai dengan kenaikan harga energi di seluruh dunia yang melonjak pada tahun 2022 lalu ketika Rusia menginvasi Ukraina. Perang tersebut telah memicu inflasi global, hal tersebut bertepatan ketika negara-negara ekonomi utama dunia mulai pulih dari pandemi.
Saat ini warga Amerika Serikat membayar US$3,55 per galon atau sekitar Rp52.902,10 menurut kurs terbaru. Sedangkan pada Maret lalu harga minyak US$3,40 atau sekitar Rp50.666,80 per galon atau untuk sekitar 3,7 liter.
Meski hal ini memang belum mempengaruhi psikologis konsumen, tetapi pakar ekonom senior Wells Fargo Sarah House menilai jika tingginya harga minyak secara otomatis dapat saja merembet pada kenaikan harga-harga lainnya. Dan ini kemudian akan menjadi fokus The Fed dalam menentukan kebijakan selanjutnya, sebab jika harga minyak melonjak lagi yang telah sempat naik 5% yang membentuk 7,5% dari keseluruhan indeks pada Februari lalu Maka para ekonom beranggapan tingginya inflasi Amerika Serikat sebagai negara kampiun Kapitalisme itu akan berlangsung lebih lama dan bahkan bisa saja naik lebih tinggi lagi. Dikutip dari cnnindonesia[dot]com (09/4/2023).
Pada hakikatnya AS memiliki ketergantungan terhadap minyak dunia, yang sebagian besar dimiliki oleh kaum Muslim. Secara politik hal tersebut seharusnya menjadi peluang kaum Muslim untuk membebaskan negeri kaum Muslim yang telah dirampas Israel, yakni negeri Palestina. Sebagaimana diketahui bersama bahwa Palestina telah menjadi negeri terjajah Israel yang secara sepihak mengeklaim kekuasaannya atas negeri itu.
Namun hal ini bukanlah perkara yang mudah, sebab pemikiran sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah tertanam pada pemikiran-pemikiran kaum Muslim. Hal inilah yang kemudian menghambat pembebasan saudara-saudara di negeri Palestina. Kapitalisme yang seolah membius pemikiran menjadikan kaum Muslim terlena akan kesenangan dunianya dan melupakan kehidupan akhiratnya.
Kaum Muslim yang sejatinya memiliki pemikiran sekuler hendaknya mulai mempelajari dan memahami agamanya, sehingga dapat memperjuangkan dan membela agamanya sendiri yang kini seolah kian menjadi musuh dalam bingkai kata terorisme, intoleran, radikal dan sebagainya. Sebagaimana Rasulullah Muhammad ﷺ melakukan banyak peperangan untuk membebaskan manusia dari penjajahan. Sudah sepantasnya pula kita melanjutkan perjuangan beliau mengembalikan peradan mulia yang pernah berjaya selama 14 abad lamanya, serta menguasai 2/3 dunia pada masanya.
Kaum Muslim hendaknya selalu mengingat tujuan penciptaan manusia yaitu sebagai pemimpin di muka bumi. Sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى dalam surah Al-Baqarah ayat 30:
" وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ "
Yang artinya, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.' Mereka berkata 'Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?' Dia berfirman, 'Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui'."
Berdasarkan dalil di atas, perlu disadari bahwa tujuan penciptaan manusia adalah sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, dan kesejahteraan serta terjaganya planet bumi ini hanya bisa diwujudkan melalui penegakan syariat secara kaffah yang menjamin terlaksananya peradaban mulia. Tidakkah kita ingin mewujudkan peradaban Islam di tengah karut-marut kehidupan saat ini? Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []