Mental Generasi Gagal
OpiniAnak-anak usia sekolah semestinya fokus belajar di sekolah
Dalam Islam, negara akan mendidik generasi menjadi generasi pemimpin. Generasi cemerlang yang siap menggantikan generasi tua dan maju untuk memimpin negeri
Penulis Dewi Kusuma
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Umat
KUNTUMCAHAYA.com-Kembali kasus tawuran mewarnai dunia pendidikan. Anak usia belasan tahun tega membacok temannya hingga tewas. Kejadian ini semakin menambah deret panjang kasus kriminal yang dilakukan oleh para pelajar.
Dikutip dari detikNews[dot]com (24/3/2023). Kapolres Sukabumi AKBP SY Zainal Abidin mengatakan kasus pembacokan yang dilakukan oleh tiga anak sekolah usia SMP segera ditangkap dan diamankan. Ketiganya harus berhadapan dengan hukum yang berlaku, ungkapnya. Beliau berharap kasus ini tidak terulang lagi.
Anak usia sekolah yang tewas dibacok berinisial ARSS (14). Sehingga 3 pelaku kasus ini DA (14), RA alias N (14) dan AAB alias U (14) harus berhadapan dengan hukum.
Anak-anak usia sekolah semestinya fokus belajar di sekolah. Namun karena ulahnya terpaksa harus berurusan dengan polisi dan aparat hukum. Hal ini tentu membuat hati orangtua sangat sedih, menjerit dan menangis. Anak yang menjadi harapan keluarga ternyata harus berhenti sekolah karena kasus kriminal yang dilakukannya.
Orangtua telah bersusah payah memberikan peluang untuk bersekolah meski dengan biaya mahal. Mereka banting tulang demi mencari uang untuk sekolah putra-putri tercintanya. Namun apa yang terjadi justru dia yang menjadi pelaku kekerasan dengan melakukan tawuran hingga membuat nyawa melayang.
Kehidupan sekularisme telah mendorong generasi muda jadi hilang kendali. Ini karena dalam kehidupan yang dijalaninya agama dipisahkan dari kehidupan. Agama dijadikan sebagai ibadah ritual semata. Praktis aturan Allah tidak berperan mengatur kehidupan manusia.
Negara telah gagal membawa generasi muda menjadi generasi perubahan. Generasi yang semestinya mampu menggantikan generasi yang sudah uzur. Generasi yang semestinya menjadi garda terdepan untuk membawa negeri ini kepada perubahan yang gemilang. Namun, anak-anak usia sekolah, masa muda mereka, masa remaja mereka justru diwarnai dengan tawuran dan kriminalitas.
Dalam Islam, negara akan mendidik generasi menjadi generasi pemimpin. Generasi cemerlang yang siap menggantikan generasi tua dan maju untuk memimpin negeri. Mendidik jiwa-jiwa muda menjadi para pemimpin dan menjadi ahli di bidangnya.
Negara wajib menyediakan pendidikan secara gratis. Negara wajib memberikan kesempatan belajar bagi seluruh rakyatnya. Negara pun wajib memberikan fasilitas belajar sesuai dengan bakat dan keinginan masing-masing individu. Memberikan ruang belajar dengan segala prasarana yang nyaman, sehingga anak-anak betah dan nyaman dalam ber-thalabul ilmu. Dengan demikian maka akan terwujud para ahli sesuai dengan skill yang dimilikinya.
Negara memberikan pelayanan berupa pendidikan, kesehatan, keamanan, serta infrastruktur secara gratis. Adapun seluruh biaya ini didapatkan dari kas Baitulmaal yang berasal dari pengolahan sumberdaya alam, harta rampasan perang, kharaj, fa'i, ghanimah, khumus dll..
Seluruh harta kekayaan negara ini disimpan di kas Baitulmaal dan digunakan untuk mengurusi kebutuhan hidup primer masyarakat. Dengan demikian maka negara mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara gratis.
Pemimpin dalam Islam adalah sebagai perisai atau junnah bagi umatnya. Dia bertanggungjawab penuh atas semua yang dia pimpin. Pemimpin pun akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah tentang kepemimpinannya.
"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, dimana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (HR. Muslim)
Wallahualam bissawab.