Minimnya Minat Generasi Muda Bertani, Apa Penyebabnya?
OpiniInilah yang membuat generasi muda tak mau untuk menjerumuskan dirinya dalam dunia pertanian. Tak ada jaminannya mereka dapat sejahtera dan keuntungan di tengah gempuran impor pangan yang dilakukan oleh pemerintah
Walaupun, jika dilihat pemerintah pun memberikan beberapa subsidi atau bantuan kepada para petani, tetapi nyatanya itu belum mampu untuk menutupi kebutuhan hidup dan kebutuhan bertani
_________________________
Penulis Nazwa Hasna Humaira
Kontributor Media Kuntum Cahaya, Pelajar dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com - Pemberian Hibah yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Bandung, Jawa Barat kepada 50 ribu petani di Indonesia, bertujuan untuk mengembangkan usaha pertanian dan menambah daya tarik para generasi muda. Hibah yang diberikan ini berangkat dari kekhawatiran Pemerintah Kabupaten Bandung terhadap kelangkaan bahan pangan dalam negeri karena kurangnya minat bertani terutama dari generasi muda. Bupati Bandung Dadang Supriana pun berjanji akan memberikan perlindungan dan pemberdayaan bagi petani. (Dikutip dari antarajabar, Jumat 07/04/2023)
Pertanian merupakan salah satu aset negara yang harus dipertahankan dan terus dikembangkan agar ketahanan pangan dalam negeri bisa membantu pemenuhan hajat publik secara mudah, murah dengan mekanisme tepat guna, inovatif dan kreatif. Di tangan generasi mudalah target ini diharapkan bisa tercapai.
Namun sayang, kebanyakan para pemuda saat ini lebih menghabiskan masa mudanya ke dalam hal yang tidak bermanfaat. Seperti, tawuran, narkoba, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Dimana, pergaulan tersebut tidak akan berdampak baik pada negara yang membutuhkan tangan-tangan handal para generasi muda berkarya. Di samping itu, mereka hanya berikir untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang instan dan menguntungkan secara materi saja semisal jadi youtuber, selebgram, tiktoker dengan konten-konten yang kebanyakan kurang berfaedah.
Profesi petani dianggap tak menguntungkan, berat, butuh modal besar serta lahan memadai. Negara pun terlihat abai terhadap profesi ini manakala keluhan terkait harga anjlok, pupuk mahal, dan kendala distribusi yang dihadapi petani terjadi.
Sedangkan, praktik kapitalisasi pertanian dengan mafia pasar, tengkulak dan para penimbunnya tak jua mampu diberantas pemerintah. Padahal mereka telah menjatuhkan harapan petani yang menjual kembali barang tersebut di pasar dengan harga yang jauh lebih tinggi. Terutama saat menjelang hari raya Idul Fitri atau pun hari raya besar lainnya. Harga bahan pokok akan melonjak tinggi hingga 2x lipat.
Mengapa hal itu terjadi padahal, jika dilihat Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber kekayaan melimpah, di darat dan di lautan?
Hal itu terjadi karena adanya salah kelola di segala sektor akibat sistem kapitalisme yang menguntungkan para pemilik modal. Prinsip kapitalis dalam melakukan bisnis adalah ketika permintaan naik, maka harga pun ikut naik. Dan juga karena pemerintah melakukan impor bahan pokok besar-besaran dari luar negeri. Hal ini merupakan bukti bahwa pemerintah tak mampu untuk mewujudkan kedaulatan pangan dalam negeri. Sistem Kapitalisme telah nyata tak mampu meminimalisasi masalah akan tetapi malah menimbulkan masalah lainnya.
Inilah yang membuat generasi muda tak mau untuk menjerumuskan dirinya dalam dunia pertanian. Karena, tak ada jaminannya mereka dapat sejahtera dan keuntungan di tengah gempuran impor pangan yang dilakukan oleh pemerintah. Walaupun, jika dilihat pemerintah pun memberikan beberapa subsidi atau bantuan kepada para petani, tetapi nyatanya itu belum mampu untuk menutupi kebutuhan hidup dan kebutuhan bertani.
Berbeda halnya dalam sistem Islam. Negara sebagai pelayan rakyatnya bertanggung jawab dalam mengurusi kebutuhan hidup. Pemimpin Islam akan bertanggung jawab dan juga jujur dalam amanah yang diembannya, maka ia tak akan dengan beraninya mengambil keuntungan dari hak yang tak dimiliki olehnya.
Apabila terdapat kasus atau masalah yang terjadi pada umat, negara akan siap untuk turun tangan menyelesaikannya. Tentu saja, hal ini akan diselesaikan dengan aturan Islam. Dengan begitu, akan terselesaikan hingga tuntas.
Sistem Islam paham akan pentingnya kebutuhan pangan bagi masyarakat per individu, karena suatu kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi. Seorang pemimpin akan melakukan tindakan yang dapat menjaga kualitas bahan pangan tersebut, terutama bagi para petani dan seluruh rakyatnya agar tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Ia akan senantiasa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, dikarenakan telah sadar bahwa segala sesuatu perbuatan yang dia lakukan kelak akan Allah dimintai pertanggungjawaban. Rasulullah saw. bersabda: "Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhari)
Dalam hadis di atas dapat disimpulkan bahwasanya sebagai seorang pemimpin harus berlaku adil terhadap urusan rakyatnya. Apapun profesinya, penguasa dalam Islam akan memberikan perhatian dan berupaya menyejahterakan mereka. Sehingga, masyarakat akan berupaya mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan ikhlas dan hanya berharap rida Allah.
Maka dari itu, seorang pemimpin Islam akan membantu masyarakat dalam profesi apapun agar mereka tetap fokus dalam pekerjaannya, serta tetap menguatkan akidah mereka tentang konsep rezeki itu Allah Swt. yang mengatur. Maka suatu keniscayaan riayah (pengurusan) pemimpin seperti ini akan mengundang keberkahan dari Allah baik di bumi ataupun dari langit. Allah Swt:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)
Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []