Alt Title

Harga Telur Melejit, Rakyat Semakin Terjepit

Harga Telur Melejit, Rakyat Semakin Terjepit

Lonjakan harga telur yang terjadi menurutnya bukan semata-mata karena hambatan distribusi tetapi karena penurunan yang tajam produksi telur. Akibat bangkrutnya peternak di berbagai daerah pada pertengahan 2022 karena tidak adanya proteksi pasar dari pemerintah untuk bertarung dengan perusahaan besar yang menguasai rantai dari hulu hingga hilir

Perusahaan besar seharusnya masuk ke pasar modern dan pasar ekspor. Namun dibiarkan masuk ke pasar-pasar tradisional

__________________________


Penulis Eti Setyawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Umat




KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sudah dua pekan sejak harga telur meroket, belum ada tanda-tanda mengalami penurunan harga. Tentu hal ini menjadi keluhan bukan saja bagi ibu rumah tangga tapi juga pedagang pasar dan konsumen pengguna telur seperti warung makan, pabrik roti, restoran atau home industry makanan lainnya.


Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI) menyesalkan naiknya harga telur yang sangat tajam di pasaran. Harga telur di wilayah Jabodetabek mencapai Rp31.000 hingga Rp34.000 per kg. Sedangkan di luar Pulau Jawa atau wilayah Timur Indonesia hingga tembus di angka Rp38.000 per kg, bahkan lebih dari Rp40.000 per kg. (Kumparanbisnis, 18/05/2023)


Didapati dua temuan penyebab meroketnya harga telur. Pertama harga pakan yang tinggi menyebabkan terganggunya produksi telur. Kedua adalah akibat proses distribusi yang berjalan tak seperti kebiasaan.


Telur yang biasanya didistribusikan ke pasar, banyak berpindah ke luar pasar karena adanya permintaan oleh sejumlah instansi, lembaga dan individu. Mereka langsung membeli ke peternak dalam jumlah cukup besar hingga pasokan di pasar berkurang. Dan menyebabkan naiknya harga telur karena ketidakseimbangan demand dan supply.


Sementara itu, pemerintah saat ini bersama ID FOOD, Holding BUMN Pangan tengah menjalankan program bantuan untuk 1.4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) di tujuh provinsi dengan memberikan telur ayam satu pak dan satu ekor daging ayam karkas. Program ini akan berjalan selama tiga bulan pada April sampai Juni 2023. (Merdeka[dot]com, 6/04/2023)


Apapun penyebab kenaikan harga telur, yang jelas kenaikan tajam seperti ini bukan pertama kali terjadi. Tak hanya pada komoditas telur. Beberapa waktu lalu harga minyak goreng juga naik tajam bahkan barangnya langka di pasaran. Karenanya penguasa perlu mengambil langkah pencegahan agar kejadian seperti ini tidak terus berulang kembali.


Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak., menyoroti lonjakan harga telur yang terjadi menurutnya bukan semata-mata karena hambatan distribusi tetapi karena penurunan yang tajam produksi telur. Akibat bangkrutnya peternak di berbagai daerah pada pertengahan 2022 karena tidak adanya proteksi pasar dari pemerintah untuk bertarung dengan perusahaan besar yang menguasai rantai dari hulu hingga hilir. Perusahaan besar seharusnya masuk ke pasar modern dan pasar ekspor. Namun dibiarkan masuk ke pasar-pasar tradisional. (realitarakyat[dot]com, 23/05/2023)


Hal seperti ini jamak terjadi di negara yang mengadopsi sistem Kapitalisme. Negara yang berperan sebagai regulator tak mampu menghadang kekuatan para pemilik modal. Yang lebih mengedepankan keuntungan materi dan manfaat baginya saja. Tak peduli rakyat makin terjepit akibat harga yang melambung tinggi.


Lain halnya dengan sistem Islam, yang menyelesaikan masalah sampai akarnya. Tak terkecuali dalam hal memenuhi kebutuhan pokok umatnya. Karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib dipenuhi bagi tiap-tiap individu. Bila ada satu saja dari rakyatnya yang kesulitan pangan hingga kelaparan maka pemimpinnya kelak harus mempertanggungjawabkan atas apa yang dipimpinnya.


Islam menjamin terlaksananya mekanisme pasar yang baik. Negara akan memberantas berbagai distorsi pasar, apakah itu berupa penimbunan, riba, monopoli atau penipuan. Jika ditemukan penyimpangan seperti penimbunan maka Islam akan memerintahkan pelaku untuk mengeluarkan barangnya ke pasar. Pengawasan yang ketat dan sanksi yang tegas juga dijalankan untuk menutup celah kecurangan. Negara juga membuka akses informasi untuk semua orang sehingga meminimalisir terjadinya informasi asimetris yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mengambil keuntungan secara tidak benar.


Kenaikan harga yang tinggi juga pernah terjadi pada masa Rasulullah saw., sebagaimana Anas bin Malik menuturkan. Lalu para sahabat berkata kepada Rasul, "Ya Rasulullah tetapkan harga demi kami!". Rasulullah saw. menjawab: "Sesungguhnya Allah Zat Yang Menetapkan harga, Yang Menahan, Yang Mengulurkan dan Yang Maha Pemberi rezeki. Sungguh, aku berharap dapat menjumpai Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku atas kezaliman yang aku lakukan dalam masalah darah, dan tidak juga dalam masalah harta."


Dari hadis di atas dapat kita pahami bahwa cara Islam menstabilkan harga bukan dengan intervensi. Namun dengan menjaga pasokan barang agar tetap seimbang dengan permintaan.


Proses distribusi juga menjadi hal yang sangat penting sebab dapat menjaga ketersediaan pasokan barang. Sarana yang memadai seperti transportasi dan infrastruktur yang baik akan mempersingkat jarak dan waktu. Demikian juga dengan BBM yang terjangkau dapat memangkas biaya produksi maka pasokan pangan pun akan terjaga.


Untuk mewujudkan semua itu butuh peran serta institusi pemerintah dan masyarakat. Jika institusi tersebut bekerja dengan baik maka setiap kebijakan mudah diaplikasikan dan akan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []