Alt Title

Generasi Salah Asuhan

Generasi Salah Asuhan

Lihatlah generasi muda kita sekarang, apakah mungkin kegemilangan akan dapat diraih? Tak berlebihan kiranya jika generasi kita dikatakan salah asuhan

Kesalahan pada sistem pendidikan, kesalahan pada lingkungan sosial, kesalahan kebijakan pemerintah dan lainnya, yang semuanya berujung pada kesalahan penerapan sistem kehidupan

_____________________________


Penulis Maya Dhita

Tim Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hati siapa yang tidak miris melihat berita yang berseliweran di beranda tentang kriminalitas, pembunuhan, pemerkosaan dan tindak kejahatan lainnya di mana pelakunya adalah anak-anak hingga remaja? 


Terbaru, adalah seorang siswi SMP kelas tiga di Mojokerto yang dicekik hingga meninggal oleh teman sekelasnya. Alasannya sepele, karena ditagih uang iuran kelas yang telah menunggak dua bulan. Anak berusia 15 tahun itu telah melakukan pembunuhan berencana karena dendam. Dalam melakukan aksinya, pelaku mengajak seorang dewasa berusia 19 tahun yang tega melakukan persetubuhan saat korban telah meninggal. Dilansir dari detikNews, 14/06/2023.


Tak hanya itu, adanya kasus bullying berujung kematian juga marak terjadi, bahkan dilakukan di lingkungan pendidikan. Belum hilang dari ingatan kasus anak kelas 2 SD di Sukabumi yang harus meregang nyawa setelah di-bully teman dan kakak kelasnya. Korban meninggal dengan kondisi mengenaskan. Hasil visum menunjukkan pecah pembuluh darah, dada dan tulang punggung retak. (Detik[dot]com, 20/5/2023)


Kedua kasus di atas hanya sedikit dari banyak kasus yang terungkap di media. Masih banyak lagi kasus yang tidak terungkap karena korban tidak mau bersuara atau pihak keluarga memilih jalan damai. Kasus-kasus seperti ini akan semakin merajalela jika tidak segera ditangani secara serius dan dicari akar permasalahannya. 


Mengapa generasi muda saat ini mampu melakukan kejahatan seperti yang disebutkan di atas? Bahkan anak-anak yang seharusnya sibuk belajar dan bermain malah menjadi pribadi yang kejam dan tidak berperikemanusiaan.


Jelas sudah jika lingkungan yang membentuk dan membantunya bertumbuh adalah lingkungan yang destruktif. Segala informasi yang masuk ke dalam otak mereka adalah hal-hal buruk yang tidak ada saringannya. Mereka ditinggalkan dengan gadget yang mampu membawa mereka ke dalam dunia informasi tanpa batas, tanpa filter, tanpa bimbingan sehingga mampu membentuk pemahaman sesuai apa yang mereka indra. Inilah dampak kebebasan dari sistem kapitalis.


Segala aspek kehidupan dalam sistem kapitalis saling berkelindan membentuk cabang-cabang permasalahan yang susah diurai. Setiap kebijakan yang dihasilkan sebagai respon dari sebuah permasalahan yang muncul hanya mampu mengatasi sebagian masalah saja tanpa mampu menyentuh akar permasalahannya. Maka tidak heran akan muncul masalah-masalah baru tanpa mampu menyelesaikan permasalahan yang lama.


Jelas bahwa akar permasalahannya adalah salah mengadopsi sistem kehidupan, yaitu kapitalisme. Saat sistem ini mampu dicerabut hingga akarnya lalu diganti dengan sistem sahih yang Allah turunkan untuk manusia, yaitu sistem Islam, maka lihatlah bukti nyata sejarah masa kegemilangan Islam saat berjaya di muka bumi. 


Masa keemasan Islam terjadi saat abad ke-8 hingga abad 12 M, dimana perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat hingga mencapai puncaknya. Adanya perhatian yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan mampu menjadikan Islam sebagai pemimpin dunia. Munculnya tokoh-tokoh dan ilmuan yang sangat cerdas dan aktif yang ide pemikirannya mampu memberikan kontribusi besar di berbagai bidang keilmuan dunia. Sebutlah Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Biruni, Al-Ghazali dan masih banyak lagi lainnya.


Tokoh-tokoh ini tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dibentuk oleh sistem kehidupan Islam yang memberikan perhatian besar pada keilmuan. Tidak hanya berfokus pada ilmu agama, tetapi ilmu-ilmu umum dan ilmu murni. Negara memberikan dukungan besar dengan memberikan fasilitas misalnya, perpustakaan. Yang terkenal adalah perpustakaan Bait al-Hikmah di Baghdad, yang didirikan pada tahun 830 Masehi oleh Khalifah Al-Makmun, pada dinasti Abbasiyah. Perpustakaan ini berfungsi sebagai akademi dan biro penerjemah dan menjadi lembaga pendidikan di masanya.


Itu hanyalah salah satu bentuk periayahan kepemimpinan dalam Islam kepada rakyatnya, khususnya generasi muda. Karena mereka adalah penerus perjuangan. Hingga sebuah kata-kata bijak mengatakan, bagaimana mengetahui masa depan suatu negara, lihatlah generasi mudanya.


Lihatlah generasi muda kita sekarang, apakah mungkin kegemilangan akan dapat diraih? Tak berlebihan kiranya jika generasi kita dikatakan salah asuhan. Kesalahan pada sistem pendidikan, kesalahan pada lingkungan sosial, kesalahan kebijakan pemerintah dan lainnya, yang semuanya berujung pada kesalahan penerapan sistem kehidupan.


Maka tidak ada cara lain untuk menghentikan kerusakan generasi muda kita selain mencampakkan sistem kapitalis dan menggantinya dengan sistem Islam. Dalam Islam, segala kebijakan yang dikeluarkan akan mengacu pada Al-Qur'an dan sunah. 


Sistem pendidikannya menggunakan kurikulum pendidikan berbasis akidah. Penguatan akidah sejak dini akan membentuk pemahaman generasi yang takut kepada Allah Swt., sehingga setiap perbuatan yang dilakukan tidak akan menyelisihi syariat.


Selain itu, penegakan hukum berdasarkan syariat Islam secara tegas akan efektif mengatasi permasalahan atau kasus hukum karena memiliki dua fungsi hukum yaitu, jawabir (menghapuskan dosa) dan zawajir (memberi efek jera).


Dalam Islam, negara juga akan menutup akses pornografi, pornoaksi, dan tindak kekerasan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Sebaliknya, negara akan memberikan fasilitas terbaik dalam bidang keilmuan, sains, dan teknologi. 


Negara juga akan mewujudkan kesejahteraan rakyat dengan jalan mengelola sendiri sumber daya alam yang dimiliki. Dengan terjaminnya kesejahteraan rakyat, maka akan meminimalisir para ibu yang turut bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Keberadaan ibu dalam mendampingi tumbuh kembang anak menjadi kontrol sekaligus memperkuat kepribadian anak. Anak dengan kasih sayang yang terpenuhi akan tumbuh lebih sehat jiwa dan raganya. 


Lingkungan masyarakat yang religius akan selalu tercipta karena adanya semangat amar makruf nahi mungkar. Kondisi ini akan membentuk pribadi masyarakat yang penuh empati dan saling berkasih sayang dalam ketakwaan terhadap Allah Swt.. 


Begitulah jika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Tidak mustahil masa keemasan akan kita raih dan mampu kembali memimpin dunia. Wallahualam bissawab. []