Alt Title

Olahraga Dijadikan Ajang Popularitas, Rakyat Diabaikan

Olahraga Dijadikan Ajang Popularitas, Rakyat Diabaikan

Dalam sistem kapitalisme, dunia olahraga diformat menjadi industri untuk mewujudkan ambisi materi, duniawi, dan popularitas. Jadilah ajang tersebut sebagai permainan yang dapat melalaikan hingga umat terlena dan abai terhadap masalah krusial yaitu kemiskinan, kurang gizi, juga pengangguran

Olahraga sudah keluar dari tujuan utamanya yaitu kesehatan

________________________


Penulis Ummu Muthya

Kontributor Media Kuntum Cahaya  



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa negara telah menggelontorkan Rp852,2 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk kontingen Indonesia pada perhelatan SEA Games 2023. Dengan rincian: Rp522 miliar untuk pembinaan atlet-atlet sebelum berlaga di multi-event internasional, Rp55,2 miliar untuk bantuan pengiriman kontingen menuju Kamboja, dan Rp275 miliar untuk pemberian bonus bagi peraih medali. 


Menurut Sri, APBN adalah uang kita dan akan terus hadir untuk mendukung sektor olahraga Indonesia. Ia pun mengucapkan selamat atas kontingen tim U-22 yang telah memenangkan 5-2 atas tim kontingen Thailand, kemenangan ini telah mengantarkan tim Indonesia kepada medali emas SEA Games setelah penantian selama 32 tahun. (Cnbcindonesia[dot]com, 17/5/2023)


Besarnya dana yang dikeluarkan negara untuk mendukung keberhasilan pemain Indonesia dalam event olahraga, menjadi sarana untuk  meningkatkan prestise di mata dunia. Oleh karenanya, tidaklah berlebihan jika para atlet, pelatih dan asistennya yang berhasil meraih medali, baik emas, perak, maupun perunggu pada SEA Games Kamboja akan mendapatkan bonus yang totalnya mencapai Rp275 miliar, sungguh jumlah yang cukup besar.


Bonus besar hingga miliaran tersebut seakan memperjelas betapa olahraga dianggap sebagai sektor yang penting sehingga begitu diprioritaskan. Pemerintah seakan all out (totalitas) dalam memberikan dukungan, termasuk dalam masalah anggaran. Padahal, sektor ini  bukanlah penentu dalam menentukan hidup dan matinya manusia. 


Dalam sistem kapitalisme, dunia olahraga diformat menjadi industri untuk mewujudkan ambisi materi, duniawi, dan popularitas. Jadilah ajang tersebut sebagai permainan yang dapat melalaikan hingga umat terlena dan abai terhadap masalah krusial yaitu kemiskinan, kurang gizi, juga pengangguran. Olahraga sudah keluar dari tujuan utamanya yaitu kesehatan.


Kapitalisme adalah sistem yang menempatkan materi dan kekuasaan di atas segalanya. Segala cara akan ditempuh untuk meraihnya dengan prinsip asas manfaat yang menjadi penopangnya.  


Keberadaan SEA Games dipandang sebagai kegiatan yang mampu menaikkan posisi Indonesia di mata dunia, maka segala upaya akan dilakukan untuk mencapainya walau harus menggelontorkan dana cukup besar dari APBN yang notabene itu adalah uang rakyat. Fakta pengayoman seorang  penguasa dalam sistem kapitalis juga telah menunjukkan hilangnya fungsi pengurusan atas  rakyatnya, mereka hanya berperan menjadi regulator, pembuat kebijakan yang dapat memuaskan para pemilik modal.


Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan kehidupan di bawah sistem Islam, yang menetapkan bahwa negara memiliki tanggung jawab terkait urusan dan kebutuhan hidup rakyat. Seluruh kebijakan yang ditetapkan penguasa haruslah didedikasikan untuk kemaslahatan umat dan memenuhi segala kebutuhannya, apalagi kebutuhan yang mendesak yaitu kebutuhan akan pangan. Jangan sampai ditemukan seorang rakyat pun yang kelaparan.


Negara akan membatasi tujuan olahraga hanya untuk kesehatan bukan ajang bisnis apalagi popularitas. Tidak akan mengirim rakyatnya mengikuti berbagai pertandingan bahkan sampai kelas dunia. Sebab prestasi terbaik di hadapan Allah Swt. adalah bagaimana seorang pemimpin mampu memosisikan dirinya sebagai pengayom dan pengurus seluruh rakyat, bukan hanya pihak tertentu. Begitupun bagi rakyat, prestasi terbaik bukan di ajang olahraga, tetapi sejauhmana mampu memosisikan diri sebagai hamba Allah yang memiliki tugas untuk taat kepada aturan-Nya, agar kelak mencapai kebahagiaan akhirat.


Pemimpin yang bervisi akhirat hanyalah ada di negara yang menerapkan seluruh aturan Islam pada segala bidang kehidupan; politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan sanksi dengan menjadikan keimanan dan ketakwaan sebagai landasan. Dan kepemimpinan ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Jika penguasa lalai atau khianat, maka mereka diancam hukuman yang berat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:


"Dia yang berkuasa atas lebih dari sepuluh orang, akan membawa belenggu pada hari kiamat sampai keadilan melonggarkan rantainya. Atau tindakan tiraninya membawa dia kepada kehancuran." (HR. Tirmidzi)


Prioritas kebijakan dalam sistem Islam tegak di atas landasan akidah Islam dan prinsip syariat Islam. Negara tidak akan membiarkan puluhan juta rakyatnya kelaparan, kurang gizi, sulit mengakses pendidikan juga kesehatan. Dari sisi rakyatnya akan terbina dengan Islam, sehingga tujuan hidupnya jelas bukan hanya menggapai kepuasaan sesaat lupa akhirat.


Dengan demikian sistem Islamlah yang mampu memosisikan olahraga sesuai tujuannya. Sehingga rakyat tidak terabaikan dan terlena dengan kebahagiaan sesaat. Wallahualam bissawab. []