Pemuda Idealis adalah Pemuda yang Lahir dari Ideologi Sahih
OpiniDalam membentuk pemuda Muslim yang salih tidak cukup hanya dengan menghadiri taklim, tetapi harus ada pembinaan secara intensif sampai tumbuh kesadaran dan keyakinan pada diri mereka bahwa agamalah yang harus jadi pegangan hidup
Hal tersebut harus difasilitasi oleh lingkungan pendidikan, masyarakat sampai negara
______________________________
Penulis Oom Rohmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Member AMK
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pemuda memiliki kemampuan yang lebih dari yang lainnya, itu adalah fakta yang tidak bisa dielakkan. Baik dari fisik yang prima, tenaga yang kuat, semangat yang membara, daya pikir yang luas dan daya ingat yang kuat. Maka jelas perannya menjadi tumpuan dan harapan dalam membangun kemajuan bangsa dan peradaban dunia.
Keunggulan itu pula yang menginisiasi Bupati Dadang Supriatna. Beliau berjanji akan terus mendukung peningkatan kualitas para pemuda yang ada di sekolah maupun di lembaga pendidikan termasuk pesantren. Sebab Kabupaten Bandung yang jumlah penduduknya mencapai 3,7 juta jiwa, sebagian besarnya adalah generasi muda.
Hal itu disampaikan Dadang Supriatna saat menghadiri wisuda tahun 2023 Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz, Kitab dan Dakwah DTA, TK, SDIT, SMPIT, SMAIT Adzdzimat Da'i Indonesia di Jalan Cipasir, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Salah satu bentuk dukungan untuk pemuda di wilayahnya adalah dengan memberikan bantuan hibah sebesar Rp250 juta. Bupati berharap pemuda memiliki intelektualitas dan spiritualitas, karena keberhasilan bangsa terletak pada mereka. (NewsBandungRaya[dot]id, 24/5/2023)
Kualitas pendidikan secara umum adalah membentuk karakter yang khas pada peserta didik. Yaitu tidak hanya cerdas tapi memiliki akhlak yang mulia, siap memperjuangkan kebenaran dan membela hak-hak rakyat kecil dan lemah dari ketidakadilan. Namun, dengan sistem yang berlaku sekarang yaitu kapitalisme sekularisme, sebagaimana yang diharapkan bupati, mustahil bisa diwujudkan. Sebab pendidikan saat ini termasuk pesantren telah terpengaruh dengan kurikulum sekuler ala kapitalisme seperti pemberdayaan ekonomi dengan sebutan One Pesantren One Product (OPOP)
Ponpes saat ini didorong untuk menjadi penggerak ekonomi. Dimana lulusan pesantren dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Bahkan sebagaimana dalam peraturan presiden tahun 2020, dari program-program yang diarahkan di pesantren jelas diarahkan pada pemberdayaan ekonomi. Pada akhirnya para santri akan disibukkan dengan program pemerdayaan ekonomi bukan lagi disibukkan mengkaji Islam secara kafah yang bermanfaat untuk umat. Lulusan pesantren bukan lagi sebagai seorang yang bisa berhidmah pada umat dengan pemahaman ilmu agamanya. Padahal kondisi umat saat ini makin mengkhawatirkan. Sebagian mereka ada yang enggan hidup kepayahan, sebagiannya laksana sapi perah, sebagian memilih jalan sesat menjadi generasi melambai, dan sebagian lagi ada yang harus hidup ngenas akibat mental illness.
Seharusnya kondisi itulah yang diatasi oleh negara, yakni mengembalikan peran pemuda dan lembaga pendidikan ke arah kemajuan cara berpikir terwujudnya peradaban gemilang sesuai Islam, bukan sebaliknya. Tanggung jawab negara bukan sebatas memberi hibah/dana pendidikan, tapi juga bagaimana memberikan pelayanan dan fasilitasnya secara gratis kepada peserta didik dan pendidikan, karena saat ini pendidikan pun telah dikapitalisasi dengan semakin mahalnya biaya pendidikan.
Selama sistem kapitalisme sekuler yang masih diterapkan maka dunia pendidikan akan jauh dari target mencerdaskan umat serta mencetak generasi idealis. Apalagi membangun peradaban bangsa yang gemilang, karena kapitalisme tak memiliki karakter ke arah ini selain menjadikan generasi sebagai agen mencetak uang dengan motif kemajuan ekonomi. Satu-satunya sistem yang bisa membawa generasi idealis adalah sistem sahih yang menerapkan syariat Islam.
Salah satu bukti nyata generasi muda idealis buah sistem sahih adalah pemuda masa Rasulullah saw., pemuda pilihan berkarakter Islam, yang mampu berprestasi di usia muda adalah Usamah bin Zaid (15 tahun). Di usia belia Rasulullah mempercayakannya menjadi pemimpin pasukan padahal masih banyak sahabat senior. Contoh lain adalah Mush'ab bin Umair yang dipilih Rasulullah saw., menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah, untuk mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Ia juga mempersiapkan kota Madinah dalam menyambut hijrahnya Rasulullah saw., yang merupakan peristiwa besar. Meskipun banyak sahabat yang lebih berpengaruh, tapi Rasulullah saw, menjatuhkan pilihannya pada Mush'ab. Memikulkan tugas amat penting sepenuhnya ke atas pundak pemuda itu dan menyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Islam di kota Madinah.
Begitu pula di masa kekhilfahan, negara hadir dan bertanggung jawab terhadap urusan umat dari mulai kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan hingga pendidikannya. Keterikatan pada syariat menjadi pokok utama pendidikan. Karena tujuan dari pendidikan dalam Islam adalah membangun kepribadian Islam bagi warga negara Muslim dan memastikan ketersediaan ulama/mujtahid, yaitu orang yang menguasai pengetahuan mengenai ayat-ayat dan hukum dalam Al-Qur'an. Maka negara akan menyusun pendidikan formal dan kurikulum berasaskan akidah Islam yang ditetapkan oleh negara.
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan Islam dibuktikan dengan menjamin pelaksanaannya seperti tersedianya berbagai fasilitas pendidikan seperti asrama, laboratorium, perpustakaan dengan nol biaya seperti yang dilakukan oleh Khalifah Al-Muntashir. Inilah peran negara sebagai raa'in (pengurus) sebagaimana hadis Rasulullah saw.,
"Seorang Imam/Khalifah adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat. Dan Ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam membentuk pemuda Muslim yang salih tidak cukup hanya dengan menghadiri taklim, tetapi harus ada pembinaan secara intensif sampai tumbuh kesadaran dan keyakinan pada diri mereka bahwa agamalah yang harus jadi pegangan hidup. Hal tersebut harus difasilitasi oleh lingkungan pendidikan, masyarakat sampai negara. Sehingga tidak ada lagi pemuda yang menyia-nyiakan kesempatan masa mudanya. Mereka menjadi pemuda yang memberikan kontribusi terhadap bangsa dengan kekuatan, dan mobilitas potensi yang dimilikinya.
Oleh karena itu, upaya dalam mewujudkan pemuda yang idealis dan cerdas yang akan menjadi agen perubahan untuk dunia adalah ketika diterapkannya sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam saja. Sistem ini hanya akan ada jika institusi pelaksanaan syariatnya ada yaitu, sistem pemerintahan warisan Rasulullah saw. Wallahualam bissawab. []