Alt Title

Don't Worry Be Happy

Don't Worry Be Happy

 


Setiap muslim pada hakekatnya akan selalu bahagia bila iman telah tertanam kokoh dalam hatinya. Bagaimana tidak bahagia, bila mampu bersabar akan takdirnya maka dosanya akan dihapus dan pahala akan didapat. Bila dia bersyukur atas segala nikmat yang diberikan maka pahala akan didapat. Dan bila dia rida akan ketetapan yang digariskan maka pahala pun akan didapat


Penulis Arda Sya'roni 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, NAFSIYAH - Bahagia tentu merupakan hal yang didamba setiap manusia. Beberapa orang mencari kebahagiaan dengan bersenang-senang dan berfoya-foya, sebagian dengan mencari ketenaran berupa jabatan, prestasi ataupun sekedar membuat dirinya viral di media sosial. Namun, sebagian orang bahagia hanya dengan memberikan kebahagiaan kepada sesama, cukup sekedar hidup layak atau malah menjadi benalu bagi yang lain. 


Lalu, apa sih makna bahagia menurut sobat salehah? Apakah dengan menjadi kaya, tenar, mempunyai gelar berderet, mempunyai jabatan mentereng, bisa melakukan apapun sesuka hati tanpa ada yang melarang atau hanya sesederhana bisa hidup tenang dan damai?


Andaikata kekayaan, ketenaran, kecantikan, kepandaian bisa membuat kita bahagia, maka tentu saja tidak akan kita jumpai selebriti yang bunuh diri. Tidak pula kita temui tokoh ataupun ilmuwan yang berakhir di Rumah Sakit Jiwa karena stres. 


Lantas, apakah dengan liburan panjang maka stres akan hilang dan menjadi bahagia? Ataukah dengan berwisata ke berbagai wilayah bahkan hingga berkeliling dunia, hidup menjadi otomatis bahagia? Ataukah bahagia bisa diraih dengan kehidupan gemerlap dunia malam, kongkow dengan teman satu circle, juga menenggak minuman keras dan narkoba?


Jadi, apakah makna bahagia sesungguhnya itu?


Makna Bahagia


Bahagia tidak bisa dicari karena bahagia itu diciptakan. Kita sendirilah yang harus menciptakan bahagia itu. Adapun kesenangan dengan dalih untuk mencari kebahagiaan, hanyalah bersifat semu semata. Bahagia yang mereka cari dengan kesenangan dunia dan jauh dari rida Allah hanyalah sesaat saja mereka rasakan. Mereka hanya mencoba untuk lari dari permasalahan yang menimpa mereka dan tak pernah berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hati mereka tetaplah terasa hampa. Kebingungan akan tetap melanda. Meski mungkin berbagai jalan kesenangan telah mereka tempuh.  


Andaikata manusia mau memahami setiap masalah yang menimpa, pastilah manusia akan menemukan pesan yang Allah sampaikan. Setiap muslim pada hakekatnya akan selalu bahagia bila iman telah tertanam kokoh dalam hatinya. Bagaimana tidak bahagia, bila mampu bersabar akan takdirnya maka dosanya akan dihapus dan pahala akan didapat. Bila dia bersyukur atas segala nikmat yang diberikan maka pahala akan didapat. Dan bila dia rida akan ketetapan yang digariskan maka pahala pun akan didapat. Enak, bukan?


Seorang muslim semestinya yakin bahwasanya setiap beban yang Allah berikan tidaklah mungkin di luar batas kemampuan masing-masing dari diri kita, seperti dalam firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah: 286, yaitu:


لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”


Sabar


Sabar merupakan salah satu kunci kebahagiaan. Saat seorang hamba telah rida akan takdir Allah dan bersabar dalam menghadapinya, maka rida Allah pun akan turun dan pahala didapat. Sabar, mungkin kata ini sering kita dengar saat kita berada dalam kesusahan. Sabar, memang mudah diucapkan, tapi terasa berat untuk dilaksanakan. Namun, meski berat dilakukan, inilah satu-satunya penolong bagi kita untuk terhindar dari kemaksiatan yang akan timbul dari ketidaksabaran kita. 


Bukankah Allah telah menegaskan dalam firmanNya dalam surat Al-Baqarah: 45, yaitu:


وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.”


Sedang dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah: 153 disebutkan,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.


Syukur


Kunci lain dalam meraih kebahagiaan adalah dengan selalu bersyukur meski mungkin takdir tidak sesuai dengan ekspektasi. Yakin bahwa setiap takdir adalah sebuah kebaikan karena tidak mungkin Allah akan menzalimi hambaNya. Dalam Surat Ibrahim: 7 Allah berfirman,


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih.”


Istighfar 


Istighfar merupakan salah satu wujud seorang hamba mengakui dosa-dosanya dan mengharap pengampunan dari Sang Khalik. Istighfar akan mempermudah jalan kita dalam menempuh kehidupan yang penuh ujian ini. Salah satu dalil keutamaan istighfar adalah :


“Barangsiapa memperbanyak Istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud)


Jadi, kenapa kita merasa tak bahagia bila kita telah mengetahui nikmat dan rahmat Allah yang begitu besar? Yuk, kita ciptakan bahagia kita sendiri dengan selalu sabar, syukur dan istighfar serta rida akan takdir Allah. Wallahualam bissawab. [MDEP]