FOMO: Penting Nggak Sih?
TeenagerJika kita teliti lebih dalam fenomena FOMO ini sebenarnya adalah perwujudan dan naluri mempertahankan diri atau gharizah baqa' yang ada pada diri setiap orang. Naluri ini merupakan karunia dari Allah Swt. yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali
Jadi sebenarnya rasa takut adalah hal yang alami, hanya saja rasa takut ini masih dalam batas wajar atau tidak. Maka di sinilah kita harus melihat lebih dalam, segala sesuatu tidak boleh berlebihan harus sesuai dengan porsinya
Penulis Siska Juliana
Kontributor Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, TEENAGER - Bestie, kalian suka ikutan tren nggak? Atau pernah ngerasa
takut kalau ketinggalan tren? Kalau pernah, berarti kalian lagi terjangkit virus
FOMO nih. Apa sih FOMO itu?
Jadi, FOMO atau fear of missing out adalah perasaan
cemas atau takut yang muncul dalam diri seseorang saat ketinggalan sesuatu yang
baru seperti berita, tren, atau aktivitas lainnya. Rasa takut ketinggalan tren
ini menimbulkan perasaan atau persepsi bahwa orang lain menjalani kehidupan
yang lebih menyenangkan atau mengalami hal-hal yang lebih baik. Beberapa orang
merasa tidak ada masalah dengan hal ini. Tetapi, ada juga orang yang memiliki
kecenderungan untuk membanding-bandingkan hingga menimbulkan rasa cemas.
Jadi, normal nggak sih punya perasaan kayak gini? Beberapa
berpendapat bahwa sudah menjadi sifat alami manusia ingin diakui oleh orang
lain. Ketika mengikuti tren maka akan disebut keren atau gaul oleh orang di
sekitarnya, karena dia nggak pernah ketinggalan sesuatu yang booming saat
itu. Banyak orang yang mengikuti trend supaya tidak dianggap kuno tanpa melihat
efek baik atau buruk bagi mereka selama ada manfaat yang didapatkan.
Terlebih lagi, saat ini gengsi merupakan hal yang
mendominasi dalam kehidupan masyarakat. Tidak sedikit orang yang cenderung
berpikir jika sesuatu yang dikerjakan orang lain terutama mayoritas, artinya
itu adalah hal yang benar, baik dan menguntungkan. Meskipun tidak perlu seperti
itu. Sayangnya, remaja muslimah saat ini malu jika tidak mengikuti tren.
Menurut survey dari 82,5% responden membuktikan bahwa remaja selalu mengikuti
tren yang ada, tanpa memiliki motif apapun. Inilah penyebabnya mereka terkadang
membeli sesuatu secara spontan tanpa ada rencana, bahkan tidak peduli jumlah
biaya yang akan dikeluarkan.
Kehidupan sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) tidak memiliki standar baku dalam menentukan yang baik dan buruk ataupun benar dan salah. Segala sesuatu didasarkan pada penilaian manusia, selalu haus akan pujian, dan takut akan dinilai buruk oleh orang lain. Padahal apa yang mereka lakukan bisa jadi melanggar aturan agama, tetapi mereka lebih takut jika disebut kuno atau kudet (kurang update).
Dampak yang lebih buruk dalam
kehidupan sekuler ini adalah para kapital atau pebisnis memanfaatkan rasa cemas
ini untuk meraup keuntungan yang sangat besar. Lho kok bisa? Faktanya mereka
dengan sengaja menciptakan tren dan memviralkan sesuatu agar diikuti oleh
masyarakat. Kadang mereka sengaja membuat produk dengan berbagai promosi yang
gencar agar menarik perhatian.
Bestie, jika kita teliti lebih dalam fenomena FOMO ini
sebenarnya adalah perwujudan dan naluri mempertahankan diri atau gharizah
baqa' yang ada pada diri setiap
orang. Naluri ini merupakan karunia dari Allah Swt. yang diberikan kepada
seluruh manusia tanpa terkecuali. Jadi sebenarnya rasa takut adalah hal yang
alami, hanya saja rasa takut ini masih dalam batas wajar atau tidak. Maka
disinilah kita harus melihat lebih dalam, segala sesuatu tidak boleh berlebihan
harus sesuai dengan porsinya.
Allah Swt. memberikan naluri pada manusia saat itu juga Allah
memberikan aturan dalam memenuhi naluri tersebut. Ketika naluri muncul dan
menuntut untuk dipenuhi, maka saat belum terpenuhi tidak akan membawa pada
kematian dan bisa dialihkan. Jadi, naluri ini akan berjalan dengan benar dan
tidak menimbulkan masalah. Islam mempunyai berbagai aturan untuk diterapkan
oleh manusia. Jika seseorang takut pada binatang buas, maka itu hal yang wajar.
Tetapi jika takut kucing karena mirip dengan harimau, maka ketakutannya
dianggap tidak wajar.
Sebagai contoh, takut dinilai buruk oleh orang lain, takut
dianggap kuno, atau takut ditinggalkan. Apakah ini hal yang normal? Islam
mengajarkan kita agar takut hanya kepada Allah, takut ketika melanggar aturan
Allah. Takut jika Allah menilai kita buruk, bukan malah takut karena penilaian
manusia. Mengapa? Karena penilaian manusia sangat subjektif dan tidak selamanya
benar.
Jadi bestie, fenomena FOMO ini tidak boleh ada dalam diri
atau kehidupan kita karena bisa membawa pada hal yang tidak berguna atau
kecemasan yang tidak pada tempatnya. Selain itu, kita bisa terjebak dalam gaya
hidup konsumtif yang merupakan hasil dari sistem kapitalisme. Yang lebih parah
lagi, kita bisa menganggap kalau penilaian manusia di atas segalanya.
Bagaimanapun standar baik dan buruk dari manusia sangat lemah dan subjektif.
Setiap muslim hendaknya menjadikan penilaian Allah sebagai
standar dalam berperilaku. Artinya menjadikan aturan Allah sebagai panduan
dalam menilai baik, buruk, terpuji dan tercela. Karena hanya aturan Allah yang
tetap dan tidak akan lekang oleh waktu dan tempat. Maka di perlukan kerjasama
dari seluruh elemen masyarakat. Adanya individu yang bertakwa, kontrol
masyarakat, dan peran dari negara akan mampu menghentikan fenomena ini dan gaya
hidup yang tidak sesuai dengan Islam.
Kita sebagai seorang remaja muslim mempunyai kewajiban untuk
mengajak saudara muslim yang lainnya agar mengkaji Islam kafah, jadi tidak akan terjebak dalam fenomena
FOMO. Tentu saja kita tidak bisa sendiri, harus bekerja sama dan bersatu agar
kita kuat. Bersatu dalam sebuah kelompok untuk berjuang bersama mengembalikan
kehidupan Islam yang semua aturannya berasal dari Allah Swt. Hanya ajaran Islam
yang sesuai dengan fitrah manusia, sehingga bisa memuaskan akal dan menenteramkan
hati. Jadi, ayo kita menyampaikan Islam kafah di tengah-tengah umat.
Agar umat mengerti Islam kafah dan mau menerapkannya di seluruh penjuru dunia.
Jadi ngga usah takut ketinggalan tren karena bentuk kecemasan ini adalah hasil
dari sistem kapitalis sekuler yang mengambil keuntungan dari sebuah tren. []