Sadis! Hidup di Negeri Kaya SDA, Bagai Penjara di Sangkar Emas
AnalisisKepelikan hidup yang kita alami kini tidak terlepas dari belenggu sistem kapitalisme yang diadopsi Indonesia untuk mengatur roda pemerintahannya
Kemiskinan yang kita alami hari ini bukan karena kekurangan sumber daya alam yang ada, tapi karena keliru cara mengelola dan memanfaatkan SDA yang kita punya
____________________________
Penulis Ati Nurmala
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Roda perkembangan perekonomian Indonesia disebut-sebut mengalami pertumbuhan pasca melewati berbagai guncangan akibat serangan Covid-19. Indonesia juga sempat masuk dalam daftar salah satu dari 60 negara di dunia yang diprediksi akan mengalami resesi ekonomi sebagai dampak dari panasnya perang Rusia dan Ukraina beberapa waktu lalu. Kini perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang menggembirakan. Kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2023 pun diperkirakan cukup menjanjikan di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi nasional yang melanjutkan tren penguatan sebesar 5,03% (yoy) pada triwulan I 2023. Angka ini melampaui sebagian besar prediksi analis pasar bahkan lebih tinggi dari Tiongkok yang memiliki pertumbuhan 4,5% (yoy) pada triwulan yang sama. Resiliensi tingkat pertumbuhan ekonomi hingga triwulan I dinilai menjadi indikasi kuat jika daya tahan perekonomian nasional dalam menghadapi tekanan global sejauh ini terus membaik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia selama 6 kuartal terakhir di atas 5%. Hal ini sesuai dengan paparan beliau yang menyebutkan, "Kita termasuk negara dengan pertumbuhan ekonomi terkuat dan persistensi yang tinggi. Untuk itu kita terus menerus mempertahankan pertumbuhan di atas angka 5% selama 6 kuartal terakhir," ujarnya. (Okezone[dot]com, 01/07/2023)
Di tengah perlambatan ekonomi global yang terus melemah, Indonesia justru di perkirakan mendapat angin segar pasca Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup menjanjikan. Tidak mengherankan sebab negeri yang dijuluki Zamrud Khatulistiwa ini merupakan salah satu pusat perdagangan dari berbagai benua. Bahkan pelabuhan Bakauheni Lampung merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia, dimana perdagangan jalur laut sangat padat di sana sejak dahulu. Selain itu, keelokan negeri ini dari mulai aspek pariwisata hingga palawija dan rempah-rempah sebagai hasil bumi mengundang setiap negeri-negeri di luar sana untuk bertandang ke negeri ini dan ikut memperhitungkan Indonesia di kancah perdangan internasional.
Tidak berhenti sampai di situ saja, Indonesia juga sebagai rumah pertambangan emas terbesar di dunia yang konon perkirakan memiliki cadangan emas dan minyak bumi tak terbatas jumlahnya. Maka kabar bahwa Indonesia diperkirakan mengalami keseimbangan ekonomi di tengah badai resesi yang dialami negeri-negeri di luar sana bukan lagi hal yang mengherankan. Bahkan Indonesia mampu menjadi negara adidaya karena segala bentuk sumber daya alam yang menjadi keunggulan negeri-negeri lain tersaji lengkap di Indonesia.
Contohnya seperti Saudi Arabia yang menjadi penyumbang minyak terbesar di dunia tapi nyatanya Indonesia pun memilikinya. China sebagai produsen beras terbesar di dunia tapi ternyata Indonesia memilikinya dalam jumlah besar. Bahkan ada jutaan hektare sektor agraris yang produktif di Indonesia dan masih banyak lagi.
Namun segala kekayaan alam yang selalu membuat banyak negeri di luar sana iri tersebut hanya semu bagi masyarakat yang hidup di dalamnya. Faktanya dengan hasil alam yang membanggakan itu tidak lantas menjadikan rakyat yang hidup dalam naungannya tercukupi kebutuhan dan sejahtera hidupnya. Tercatat ada sebanyak 9,1 juta orang pengangguran dan ada 26,50 juta orang atau 9,71% penduduk miskin di Indonesia per September 2021. (CnbcIndonesia[dot]com, 17/1/2022)
Sungguh ironi ketika hidup di negeri kaya namun bagaikan terkurung dalam sangkar emas. Sangat sulit menjadi bahagia bahkan hanya menjadi penonton ketika negara lain terkagum dengan kita, tapi kita sendiri tidak merasakan kebahagiaan itu. Mungkin itu cocok untuk menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia hari ini.
Miris! Kepelikan hidup yang kita alami kini tidak terlepas dari belenggu sistem kapitalisme yang diadopsi Indonesia untuk mengatur roda pemerintahannya, kapitalisme yang menjadi pondasi dari lahirnya aturan atau kebijakan. Kemiskinan yang kita alami hari ini bukan karena kekurangan sumber daya alam yang ada, tapi karena keliru cara mengelola dan memanfaatkan SDA yang kita punya.
Kekeliruan dalam mengatur kekayaan alam yang tersaji tersebut karena salahnya tata kelola sistem perekonomiannya. Di mana Indonesia adalah negara yang menganut kapitalisme sebagai sistem negara, sedangkan dalam sistem kapitalis sendiri melegalkan kepemilikan sumber daya alam terhadap swasta dan asing. Sederhananya setiap individu masyarakat dibolehkan memiliki tambang emas pribadi, atau bahkan memiliki pulau pribadi sekalipun 'asal' ada uang semua pun jadi. Karena sistem ekonomi yang buruk ini, akibatnya yang menikmati kekayaan alam negeri ini hanya segelintir orang saja. Tidak dirasakan oleh masyarakat secara merata atau menyeluruh.
Sadisnya lagi pemerintah dalam sistem kapitalis mencari solusi untuk memajukan perekonomian dengan cara mendatangkan investor asing aseng untuk menanam modal di negaranya. Mereka memandang bahwa semakin banyak investor yang menanam modal di negaranya maka akan semakin banyak pula pendapatan negara lewat pajak. Mereka berkumpul, bermusyawarah bukan dalam rangka mencari solusi agar negara dapat mengelola SDA yang ada, tapi pemerintah justru mencari solusi praktis dengan mendatangkan pihak asing untuk mengelola SDA. Sedangkan pemerintah Indonesia hanya mengandalkan pajak sebagai kas pemasukan negara yang tidak seberapa.
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan sistem perekonomian Islam. Islam sebagai satu-satunya agama yang Allah Swt. rida. Jika dalam kapitalis harta kekayaan bebas dimiliki oleh swasta dan atau asing, maka dalam Islam kepemilikan harta kekayaan diatur menjadi tiga kepemilikan. Pertama, kepemilikan individu seperti (rumah, kendaraan dan barang yang lingkupnya pribadi). Kedua, kepemilikan umum terdiri dari barang yang menjadi kebutuhan umum, seperti (barang yang tidak dapat dimiliki individu dan tambang dalam jumlah besar). Ketiga, kepemilikan negara terdiri dari (harta tanpa ahli waris, harta orang murtad, jizyah, kharaj, fa’i, ghanimah, ‘usyur, 20% rikaz, serta berbagai lahan dan bangunan negara). Adapun hasil dari pengelolaan kepemilikan negara dan umum oleh negara, serta zakat, infak, dan sedekah dari kepemilikan individu akan dikumpulkan di Baitulmaal.
Selanjutnya, hasilnya digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan umat. Pertama, untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat terdiri dari kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang diberikan secara gratis bagi setiap warga. Kedua, membangun industri berat, infrastruktur (termasuk belanja pegawai). Ketiga, memenuhi kebutuhan individu rakyat berupa sandang, pangan, dan papan. Keempat, kebutuhan permodalan usaha, Baitulmaal akan sampai ke desa-desa. Rakyat yang tidak punya modal akan diberi modal tanpa perlu dikembalikan. Kalaupun ada rakyat kaya yang meminjam modal untuk usaha akan dikembalikan tanpa bunga. Karena Baitulmaal bukan lembaga bisnis dan dalam Islam mengharamkan riba.
Selain itu memenuhi segala hajat umat adalah kewajiban negara, bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw. mengancam dengan ancaman yang berat bagi yang melalaikannya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw., "Seorang Imam (Khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya, dan Ia akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Tidak ada seorang hamba yang dijadikan Allah mengatur urusan rakyat, kemudian dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya (tidak menunaikan hak rakyatnya), kecuali Allah akan haramkan dia (langsung masuk) surga.” (HR. Muslim)
Hadis di atas jelas, menegaskan bahwa kesejahteraan masyarakat adalah tugas pokok pemimpin negara. Sebab memenuhi kebutuhan rakyat adalah kewajiban negara dari mulai pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, papan, bahkan modal untuk menjalankan usaha pun di urus dengan detail oleh Daulah Islam (Negara Islam).
Islam akan menyelesaikan seluruh problematika kehidupan dengan cara yang sahih yang sesuai dengan fitrah manusia yang akan mendamaikan dan memuaskan hati. Islam akan mengatasi permasalahan yang ada dengan menjadikan Kalamullah Al-Qur'an dan As-sunah sebagai satu-satunya pedoman dalam mengatur segala aspek kehidupan.
Untuk itu sebagai seorang muslim tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mengambil Islam sebagai solusi atas setiap permasalahan dalam kehidupan saat ini. Bagaimana mungkin seseorang yang setiap hari dalam salatnya mengatakan, sungguh salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tapi pada praktiknya menolak untuk di atur dengan aturan Allah yang notabene adalah zat yang telah memberinya hidup dan rezeki di atas dunia ini. Wallahualam bissawab. [Gn]