Alt Title

Generasi Stroberi : Indah tapi Rapuh

Generasi Stroberi : Indah tapi Rapuh

Kita sangat beruntung menjadi generasi muda muslim. Karena ajaran Islam yang kita kaji, membuat kita tetap enjoy saat diuji dengan masalah

Jadi, jangan bosan untuk terus mengkaji ilmu Islam. Itu sebagai bekal kita dalam menjalani kehidupan 

_______________________________


Penulis Siska Juliana 

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, TEENAGER - Stroberi adalah salah satu buah yang indah dilihat dan rasanya enak. Warnanya yang merah terang membuat setiap orang yang melihatnya ingin langsung melahapnya. Selain itu, stroberi juga bisa dibuat berbagai olahan. Mulai dari es krim hingga sirup. Wahh, pokoknya mantap! 


Tapi bagaimana jika julukan stroberi ini disematkan pada kepribadian remaja? Memang ada ya?


Bestie, ternyata generasi stroberi itu ada lho. Orang yang pertama kali menciptakan istilah "generasi stroberi" adalah sosiolog asal Australia yang bernama Paul Hirst pada tahun 1978. Ia berpendapat bahwa ada tiga generasi utama yang ada di Australia yaitu Baby Boomer, Generasi X dan “Generasi Stroberi” (lahir antara tahun 1970–1980). Istilah ini ada dalam bukunya yang berjudul The Graying of the Greens: Demographic Change and Political Realignment in Australia (1978). (familyfirstindonesia[dot]org, 06/04/2023) 


Generasi stroberi yaitu generasi anak muda yang kreatif dan mempunyai banyak ide, tetapi keadaannya mudah hancur saat mendapat tekanan dari lingkungan sekitarnya. Mereka mudah menyerah dan tidak mau bekerja keras karena tekanan yang ada. Sebutan ini bagi generasi di bawah milenial yang dianggap lunak seperti buah stroberi. Indah tapi lemah. 


Bestie, generasi stroberi ini enggak muncul secara tiba-tiba. Lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian mereka. Setelah diteliti, ada tiga penyebab munculnya generasi stroberi, yaitu:

 

Pertama, adanya self diagnosis atau mendiagnosis diri sendiri tanpa melibatkan para ahli. Terutama remaja, mereka rentan terpengaruh dengan informasi yang didapat di media sosial. Ketika melihat konten gaya hidup flexing, mereka mulai membandingkan dengan kehidupannya. Akhirnya, tanpa disadari timbul rasa insecure, tertekan, stres hingga depresi. Masalah yag ada bukannya dihadapi, malah lebih memilih lari dari masalah. 


Kedua, pola asuh orang tua yang cenderung memanjakan remaja. Terutama jika keluarganya tergolong mampu secara ekonomi. Orang tuanya beranggapan bahwa memanjakan anak adalah hal yang wajar, agar anaknya tidak merasa sengsara seperti kehidupan mereka dulu. 


Ketiga, adanya label dari orang tua yang mengatakan kalau anaknya "moody". Jadi, mau mengerjakan apapun tergantung pada mood. Akhirnya, kebanyakan rebahan daripada produktif mengerjakan sesuatu. 


Bestie, generasi stroberi punya karakteristik yang khas lho. Mereka itu indah tapi lemah. Generasi stroberi memiliki keunikan sendiri. Tumbuh bersama kemajuan teknologi telah memberi karakter positif pada mereka yang patut dibanggakan. 


Mereka menyukai tantangan. Tantangan dianggap sebagai sarana untuk menguji dan mengasah kemampuan mereka. Ini sangat berguna untuk karier mereka di masa depan, sehingga bisa menjadi orang yang profesional. 


Generasi stroberi tidak takut menyampaikan pendapat. Mereka berani berbicara selama itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya ataupun circle persahabatannya. Kadang tanpa pikir panjang akan akibat yang ditimbulkan. 


Mereka juga mengikuti perkembangan zaman. Hampir mirip dengan generasi milenial dan gen Z. Generasi stroberi aktif menggunakan internet dan lincah menggunakan teknologi terkini. Selain itu, mereka memiliki pemikiran yang kreatif, kritis, dan cerdas. Ditambah kemampuannya dalam mengikuti perkembangan teknologi.


Bestie, sayangnya di balik segala kelebihannya, ternyata generasi stroberi dianggap sebagai generasi mager alias pemalas. Soalnya, mereka ingin sukses tapi ingin juga santai. Bahkan ingin kesuksesan yang instan. Bingung enggak tuh?  Mereka punya prinsip, kalau ada jalan yang mudah buat sukses, mengapa harus bersusah payah dan melalui proses yang panjang? 


Padahal, kesuksesan itu bisa dicapai dengan proses yang panjang. Kalau tiba-tiba namanya doorprize. Saat keberhasilan dicapai selangkah demi selangkah, rasanya akan sangat bernilai. Mereka juga punya kegiatan favorit, yaitu healing. Kalau ada masalah, bawaannya ingin menenangkan diri. Masalahnya dihindari dulu. Enggak berusaha buat diselesaikan. Giliran healingnya beres, masalah tetap ada. Bisa saja masalahnya tambah besar. 


Bestie, mereka juga terkenal si paling royal kalau urusan self reward. Self reward itu adalah penghargaan untuk dirinya sendiri saat mencapai target tertentu. Alih-alih membeli sesuatu buat apresiasi diri, justru membuat generasi stroberi jadi boros dan konsumtif. Parah!


Bestie, kalau remaja Islam tuh anti rapuh. Mereka menyadari kalau manusia pasti enggak akan bisa lepas dari masalah. Kapan pun, siapa pun, dan di mana pun pasti pernah mengalami masalah. Biar enggak ketularan generasi stroberi yang sukanya lari dari masalah, kita harus pandai menghadapi masalah. 


Jangan sampai salah dalam memandang masalah atau ujian, nanti kita bisa salah mengambil sikap. Saat menghadapi masalah atau ujian, kita harus menyadari bahwa: 


Pertama, masalah adalah bentuk rasa kasih sayang Allah Swt. yang berupa ujian dan peringatan. Kedua, masalah adalah cara Allah Swt. untuk meningkatkan derajat dan status kita di hadapan-Nya. Ketiga, masalah yang diberikan Allah Swt. sesuai dengan kadar kemampuan kita. Tidak akan melebihi batas kemampuan kita. Jadi, kita harus selalu optimis dan selalu berusaha mencari solusinya.


Keempat, setiap masalah pasti ada solusinya. Seperti firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat 6, "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”


Kelima, hendaklah kita memperhatikan orang yang keadaannya lebih rendah daripada kita. Jangan memperhatikan orang yang lebih sukses dibanding kita. Agar kita lebih mudah bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada kita. 


Jadi, generasi stroberi mudah rapuh ketika mendapat tekanan hidup bukan karena berat atau banyaknya masalah yang dihadapi. Mungkin mereka belum tahu sikap atau cara pandang terbaik dalam mengatasi setiap masalahnya. 


Bestie, kita sangat beruntung menjadi generasi muda muslim. Karena ajaran Islam yang kita kaji, membuat kita tetap enjoy saat diuji dengan masalah. Jadi, jangan bosan untuk terus mengkaji ilmu Islam. Itu sebagai bekal kita dalam menjalani kehidupan. Wallahualam bissawab. [By]