Marak Tawuran Pelajar, Akibat Sistem Pendidikan Sekularisme
Opini
Lalu bagaimana dengan negara? Tentu peran negara saat ini belum optimal dalam mengurus rakyatnya dari berbagai macam kasus yang terjadi
Apalagi tontonan yang berseliweran di sosial media tidak dibatasi, hukum yang diterapkan pun juga tidak memberi efek jera. Inilah yang menyebabkan para pelajar pelaku tawuran hanya sebatas diberikan pembinaan lalu dibebaskan begitu saja. Sanksi hukum tidak berlaku bagi mereka walaupun menghilangkan nyawa orang, karena masih di anggap masih anak-anak di bawah umur. Alhasil aksi tawuran terus berulang
_________________________
Penulis Erni Setianingsih Masrullah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tawuran dikalangan anak muda sekarang kian marak, bahkan lebih ironis. Tawuran yang mereka lakukan bukan karena jiwa mudanya yang menyala-nyala dalam dada mereka. Namun, realitanya ketika mereka diamankan polisi dan dipertemukan dengan orang tuanya, mereka malahan menangis tersedu-sedu seperti kepergok berbuat salah.
Terjadi tawuran pelajar di Jakarta. Dua kelompok pelajar yang berseragam SMA sedang melakukan tawuran di Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka menggunakan senjata tajam, (antaranews[dot]com, 18/08/2023). Di Tangerang juga terdapat 69 pelajar dari dua sekolah yang berbeda dan diamankan kepolisian karena akan tawuran. (BeritaSatu[dot]com, 18/07/2023). Pada hari yang sama juga terjadi tawuran pelajar SMK di Purworejo, Jawa Tengah hingga viral di media sosial. (Tribunjogja[dot]com, 18/07/2023).
Dari berbagai peristiwa tawuran yang dipaparkan di atas membuat kita miris membaca beritanya. Para pelajar yang paginya siap-siap berangkat sekolah dari rumah, lalu berpamitan ke orang tuanya sebelum ke sekolah, menuntut ilmu untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk masa depan. Namun, realitanya bukannya untuk belajar dengan baik malah terlibat tawuran.
Tawuran dikalangan para pelajar masih kerap terjadi. Di tahun ajaran baru ini seharusnya dijadikan momen yang istimewa untuk mengawali aktivitas belajar untuk mengukir prestasi, faktanya dikotori oleh beberapa aksi anarkis yang dilakukan oleh sekelompok pelajar. Hal ini tentu saja sudah mencoreng nama baik dunia pendidikan.
Faktor terjadinya tawuran tentu akibat dari sebab. Penyebabnya ialah faktor internal dan eksternal. Faktor internal tentu dari individu pelajar itu sendiri, sedangkan faktor eksternalnya dari keluarga, lingkungan dan negara.
Jiwa pemuda yang seharusnya menjadi agen perubahan, malah menjadi pembuat masalah. Masa muda dengan jiwa yang menyala-nyala ingin mencoba hal-hal baru, ingin kelihatan keren, ikut-ikutan teman hingga akhirnya salah jalan. Sehingga mereka mengalami krisis identitas serta belum memahami hakikat dari tujuan hidupnya. Jadinya mereka bingung mau mengisi masa mudanya seperti apa.
Jiwa mudanya terbentuk akibat pola asuh sejak dini yang jauh dari agama. Agama dikenal hanya sekedar ibadah ritual saja (sekularisme) bukan sebagai pedoman hidup. Inilah yang menyebabkan para pelajar tidak memahami hakikat dirinya sebagai seorang hamba yang terikat dengan syariat Allah. Sehingga kaum pemuda sekarang salah arah dan menjadi pemuda labil serta mudah terbawa arus berbuat maksiat.
Dari faktor keluarga pun tidak bisa dimungkiri, saat ini peran orang tua sudah teralihkan dengan kesibukan lain yaitu bekerja di luar rumah. Sehingga orang tua mengukur kebahagiaan anak-anaknya hanyalah dengan materi, alhasil anak-anak tumbuh menjadi generasi sekuler yang berorientasi dengan kepuasan materi belaka.
Orang tua memiliki peran penting dalam mengasuh anak-anaknya. Terutama anak-anak butuh komunikasi yang intens dengan kedua orang tuanya. Namun, anak merasa jauh dari orang tuanya, bahkan mereka bosan berada di rumahnya sendiri. Ironisnya, mereka lebih mencurahkan isi hatinya ke teman-temanya di luar, karena sudah merasa nyaman.
Ketika keluarga tidak bisa diandalkan sebagai madrasah bagi pembentukan kepribadian bagi anak-anaknya. Lalu bagaimana dengan sekolah? Tentu akan memperparah keadaan karena sistem pendidikan yang sekuler. Karena pembelajaran di sekolah tidak mengutamakan pendidikan Islam, sehingga para pelajar tidak terbentuk kepribadian yang Islami.
Lalu bagaimana dengan negara? Tentu peran negara saat ini belum optimal dalam mengurus rakyatnya dari berbagai macam kasus yang terjadi. Apalagi tontonan yang berseliweran di sosial media tidak dibatasi, hukum yang diterapkan pun juga tidak memberi efek jera. Inilah yang menyebabkan para pelajar pelaku tawuran hanya sebatas diberikan pembinaan lalu dibebaskan begitu saja. Sanksi hukum tidak berlaku bagi mereka walaupun menghilangkan nyawa orang, karena masih di anggap masih anak-anak di bawah umur. Alhasil aksi tawuran terus berulang.
Dari banyaknya persoalan yang terjadi dibutuhkan solusi yang sistemik. Apalagi masalah tawuran merupakan buah dari diterapkan sistem sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Jadi, memang seharusnya hal yang paling mendasar dilakukan yaitu ganti sistem sekularisme-kapitalisme dengan sistem yang tepat yaitu sistem Islam.
Sistem Islam akan memancarkan akidah Islam sebagai dasar negara sehingga seluruh aturan kehidupan tegak berdasarkan keimanan kepada Allah Swt.. Sehingga setiap warga negara termasuk para pelajar akan terikat dengan pemahaman Islam.
Dengan adanya sistem pendidikan, maka akan memadukan tiga komponen penting tercapainya tujuan pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat dan negara. Keluarga akan berperan dengan baik untuk membentuk kepribadian Islam kepada anak-anaknya disaat usia dini. Karena orang tua menjadi teladan bagi tumbuh kembang anak-anaknya.
Apalagi masyarakat dalam sistem Islam berperan sebagai kontrol sosial dengan penegakan amar ma'ruf nahi munkar. Ketika lingkungan masyarakat baik, maka berteman pun juga dengan anak-anak yang akan mengarahkan dengan kebaikan. Ketika ada keonaran, maka masyarakat akan segera bertindak atau meluruskannya.
Negara pun juga memiliki peran yang sangat besar untuk menjaga dan mencerdaskan anak bangsa. Dengan peraturan Islam yang sempurna, maka akan terlaksana segala aturan yang menjamin segala kebutuhan yang menjadi kemaslahatan untuk umat. Segala problematika akan dituntaskan dengan segera. Apabila ada tawuran, maka negara harus memberi sanksi tegas. Sanksi yang membikin jera sehingga aksi tawuran tidak terus berulang.
Dengan penerapan sistem Islam yang bisa menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh umat, karena Islam adalah rahmatan lil 'alamiin. Penerapan Islam ini dibutuhkan kerjasama antara individu masyarakat dan negara. Dengan bersama-sama meyakini dan menerapkan sistem Islam sebagai solusi bagi segala aspek kehidupan.
Wallahualam bissawab. [GSM]