Alt Title

Ketika Kehormatan Tak Lagi Bernilai Dibanding Cuan untuk Kepuasan

Ketika Kehormatan Tak Lagi Bernilai Dibanding Cuan untuk Kepuasan

Berdasarkan fakta yang ada, alasan dan tujuan mereka beragam. Ada yang melakukannya karena memang benar-benar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara lapangan pekerjaan yang halal sulit didapat dan belum tentu menghasilkan

Ada juga karena untuk memenuhi gaya hidup yang cenderung hedon dan bebas, serta merasa minder atau bahkan ketinggalan zaman jika lifestyle-nya tidak menampakkan kekayaan dan kemewahan. Sehingga satu-satunya jalan yang sangat mudah, cepat dan bisa menjamin mendapatkan banyak cuan adalah rela menjual kehormatan

_____________________________________


Penulis Ameera Syahida

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dilansir dari CNBC Indonesia, 26 Agustus 2023. Seorang mahasiswi sebuah PTN di Jabodetabek, usia 24 tahun, bernama Cha asal Kalimantan bisa meraup cuan hingga Rp50juta/bulan hanya dengan menjajakan konten tidak senonoh dan berani open BO. Alasannya klise, semuanya diawali dengan hobinya yang iseng pamer swafoto vulgar di media sosial, sehingga pengikutnya banyak. Karena merantau tanpa pengawasan orang tua, kehidupannya mulai bebas. Ditambah kurangnya subsidi keuangan dari orang tua akibat pandemi, dan juga usulan dari teman-temannya, akhirnya ia mulai menjual konten-konten syur. Merasa mudah mendapatkan cuan, dan adanya keinginan untuk memenuhi gaya hidup, mulailah Cha merambah ke open BO yang cuannya lebih besar. 


Kasus Cha ini bukan satu-satunya, masih banyak Cha-Cha yang lain yang kehidupannya serupa tapi tidak pernah terekspos. Berdasarkan fakta yang ada, alasan dan tujuan mereka beragam. Ada yang melakukannya karena memang benar-benar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara lapangan pekerjaan yang halal sulit didapat dan belum tentu menghasilkan. Menurut BPS, angka pengangguran di Indonesia masih terbilang besar, sampai Februari 2023 jumlahnya mencapai 7,99 juta orang. (databoks[dot]katadata[dot]co[dot]id, 5/5/2023).


Ada juga karena untuk memenuhi gaya hidup yang cenderung hedon dan bebas, serta merasa minder atau bahkan ketinggalan zaman jika lifestyle-nya tidak menampakkan kekayaan dan kemewahan. Sehingga satu-satunya jalan yang sangat mudah, cepat dan bisa menjamin mendapatkan banyak cuan adalah rela menjual kehormatan.


Alasan yang lain, karena untuk pemuasan nafsu semata. Hal ini terjadi karena kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga mencari perhatiannya dengan jalan pemuasan yang keliru, atau karena sering terpapar tontonan porno, dimana saat ini untuk mengakses media sosial dengan konten-konten atau video berbau itu sangatlah mudah, asal punya kuota sekali klik sudah bisa dilihat.


Dan alasan yang lebih miris, karena pernah menjadi korban pelecehan, sebagaimana yang dialami Siti. Setelah mendapatkan pelecehan seksual dari ayah tiri dan kakak tirinya, dia mengalami mental breakdown yang cukup berat sehingga di usianya yang masih belia, dia masuk ke dunia gelap menjadi kupu-kupu malam. (ivoknews[dot]com, 15/12/2022)


Menilik dari kasus Cha dan yang lainnya memang tidak bisa dibiarkan. Karena ibarat penyakit, ini akan menjadi penyakit yang kronis dan menular. Maka butuh adanya solusi yang menyeluruh baik dari:


- Individunya, penanaman akidah yang kuat di dalam diri sangat penting. Pemahaman bahwa ada hari penghisaban kelak di akhirat akan amal kita di dunia, sehingga ada rem ketika ia akan melakukan maksiat yang dilarang agama.


- Keluarganya, peran keluarga dalam mendidik dan membersamai anak sejak dini, serta perhatian dan kasih sayang penuh juga sangat mempengaruhi kepribadian anak. Ketika dia besar dan mulai berbaur dengan lingkungan yang mungkin berbeda dengan prinsip keluarganya. Anak-anak yang ditanamkan akidah sejak di dalam kandungan, dididik agar akal dan nafsiyahnya sesuai syariat, dilatih berjiwa kepemimpinan. Maka akan dihasilkan anak-anak yang punya prinsip dengan standar aturan Allah, dan tidak akan minder ketika berbeda dengan lingkungannya yang salah (ikut-ikutan), bahkan justru akan bisa merubah sekitar ke arah yang baik.


- Masyarakatnya, kontrol masyarakat juga dibutuhkan. Dimana ketika di sekitar mereka ada aktivitas yang berbau maksiat, ada tindakan untuk langsung mengingatkan. Atau ketika di sekitar mereka ada yang membutuhkan atau kekurangan, saling membantu dan berbagi itu diutamakan. Sebagaimana dalam hadis riwayat Abu Ya'la yang menyebutkan: "Bukanlah mukmin sejati, orang yang kenyang sementara tetangga di dekatnya kelaparan."


- Negaranya, perannya sangatlah penting karena negara bertanggung jawab atas rakyatnya. Rasulullah bersabda bahwa "Imam (kepala negara) itu laksana penggembala, dialah penanggung jawab atas rakyat yang digembalakannya."


Negara harus bisa menjamin akan kesejahteraan ekonomi rakyatnya demi mendapat penghidupan yang layak dengan membuka lapangan pekerjaan yang halal atau memberikan santunan bagi rakyatnya yang tidak mampu bekerja. Negara juga harus membuat tata aturan kehidupan termasuk dalam pergaulan bagaimana cara berpakaian dan berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahram serta memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar (pezina) sebagai bentuk penjagaan akan kehormatan seorang perempuan. Negara juga menyelenggarakan pendidikan yang berbasis akidah, sehingga menghasilkan alumni bertakwa yang memahami bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara yang kehormatan dan harga dirinya lebih berharga dibandingkan cuan. Wallahualam bissawab. [GSM]