Bullying Masih Marak, Butuh Solusi Komprehensif
OpiniMinimnya penguatan akidah di rumah dan sekolah terabaikan dalam pembentukan karakter islami. Selama ini pendidikan hanya bisa menilai aspek kognitif saja
Seharusnya dibutuhkan mekanisme pendidikan yang utuh dan menyeluruh. Tetapi dalam sistem sekularisme cukup sulit terealisasikan karena agama terpisahkan dalam kehidupan
____________________________________
Penulis Riska Nurdianah
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dunia pendidikan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak, kasus bullying saat ini masih marak terjadi dan terus berulang, usia pelajar yang harusnya sibuk dengan aktivitas mencari ilmu, menghasilkan prestasi dan membanggakan orang tua, nyatanya kondisi pelajar saat ini justru sibuk dengan perbuatan yang negatif seperti bullying. Ada apa dengan pendidikan saat ini?
Bulan lalu terjadi beberapa kasus kekerasan terhadap anak yang membuat ramai sejagat maya. Kasus perundungan yang terjadi pada siswa SMP di Cilacap yang saat ini beredar luas, sebab video yang mempertontonkan korban tengah disiksa.
Terekam seorang siswa dianiaya dengan cara dipukul dan ditendang oleh siswa lainnya. Mirisnya kejadian tersebut disaksikan oleh siswa lainnya, tetapi tidak ada satu orang pun yang melerai. Kasus yang sama terjadi di Balikpapan dengan korban siswa SMP, di mana kekerasan dilakukan oleh teman sebayanya dengan cara memukul, bahkan pelaku menendang kepala korban. Kejadian ini disebabkan korban mengirimkan pesan via Instagram ke pacar salah satu pelaku. (tirto[dot]id, 22/10/2023)
Miris, melihat fakta dua kasus di atas yang terjadi pada anak di lingkup pendidikan. Nyatanya, kasus perundungan bahkan tindakan yang mengarah kekerasan fisik masih marak terjadi pada anak di sekolah.
Kasus bullying atau kekerasan pada anak ini seperti fenomena gunung es, artinya masih sedikit yang terlihat di permukaan karena dilaporkan atau yang terekam, sementara di bawahnya masih tersimpan kasus-kasus lain yang besar namun tidak terekspos.
Maraknya kasus perundungan dan kekerasan terhadap anak di lingkup pendidikan juga menjadi sorotan mantan KPAI. Assoc. Prof. Dr. Susanto, Mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, "Untuk mengatasi masalah serius ini, butuh peran lebih, tidak hanya sekadar guru dan orang tua. Kepemimpinan pelajar dalam upaya mengatasi kasus bullying di sekolah ataupun madrasah sangat penting untuk meminimalkan bahkan menghentikan kejadian bullying."
Sebagai wujud keterpanggilan dan sebagai warga negara, Prof. Susanto telah meluncurkan Gerakan Pelopor Anti Bullying melalui Olimpiade Anti Bullying dalam tingkat nasional bagi pelajar baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA. Gerakan ini akan diselenggarakan oleh Sang Juara. Dalam pernyataan resminya pada (20/10/2023). Dilansir republika[dot]co[dot]id.
Banyak faktor penyebab dalam persoalan bullying ini, salah satunya pengaruh lingkungan baik yang dilihat atau dicerna anak adalah kekerasan. Bisa juga dari tayangan tv atau sosmed yang dilihat adalah hal-hal negatif, yakni menunjukkan eksistensi diri dengan kekerasan.
Minimnya penguatan akidah di rumah dan sekolah terabaikan dalam pembentukan karakter islami. Selama ini pendidikan hanya bisa menilai aspek kognitif saja. Seharusnya dibutuhkan mekanisme pendidikan yang utuh dan menyeluruh. Tetapi dalam sistem sekularisme cukup sulit terealisasikan karena agama terpisahkan dalam kehidupan.
Walaupun negara sudah melakukan banyak aturan yang ditetapkan, faktanya bullying masih saja terjadi. Karena sebenarnya penyebabnya sangatlah kompleks, maka dari itu tidak akan cukup hanya dengan Gerakan Anti Bullying. Untuk menyelesaikan bullying secara tuntas membutuhkan peran serta semua pihak juga solusi komprehensif untuk memberantas bullying secara tuntas.
Persoalan bullying sejatinya membutuhkan solusi komprehensif, sistemik, dan terintegrasi. Sistem kapitalisme dan diterapkan saat ini sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk menyelesaikan bullying hingga ke akarnya.
Satu satunya sistem yang bisa mengatasi sampai pada akar masalahnya adalah sistem Islam kafah. Inilah sistem yang mampu melahirkan kebijakan yang dapat menyelesaikan persoalan kekerasan secara terintergratif.
Islam menempatkan keluarga sebagai elemen paling utama dalam mendidik dan mengasuh anak-anak mereka berdasarkan akidah Islam, yang akan menanamkan keimanan sejak dini, mencurahkan kasih sayang kepada anak dan membekalinya dengan ilmu Islam. Sehingga terbentuk kepribadian Islam. Dengan begitu, anak akan menstandarkan segala aktivitasnya sesuai syariat Islam.
Islam juga akan membentuk masyarakat islami yang turut menciptakan gaya hidup yang benar. Masyarakat akan melakukan amar makruf nahi mungkar, saling menasihati satu sama lain dalam kebenaran. Oleh karenanya, anak tumbuh dalam lingkungan takwa terlindung dari maksiat.
Negara dalam Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam. Bertujuan membentuk generasi berkepribadian Islam, sehingga mereka akan memiliki pola pikir dan pola sikap Islami. Mereka akan sibuk berlomba-lomba dalam ketaatan. Generasi akan dibentuk agar menguasai tsaqafah Islam dan handal dalam sains dan teknologi.
Mereka akan berusaha berkarya untuk memudahkan urusan umat sebagai bentuk kontribusinya bagi peradaban Islam. Negara juga akan mengelola media agar tidak menayangkan konten-konten yang merusak, baik dalam buku, majalah, surat kabar, media elektronik dan virtual.
Negara berkewajiban menutup akses media yang berbau pintu kemaksiatan, media akan digunakan sebagai sarana dakwah dan menyebarluaskan tsaqafah Islam. Maka dari itu hanya sistem Islam yang mampu memberikan solusi komprehensif untuk mengatasi masalah bullying secara tuntas. Wallahualam bissawab. [SJ]