Pentingnya Mengembalikan Spirit Jihad bagi Para Santri
Opini
Perintah jihad itu yang menjadi motivasi para santri dan ulama untuk mempertahankan tanah air mereka sebagai tempat tinggal mereka
Namun, sangat disayangkan motivasi dari zaman terdahulu tentang santri hilang begitu saja akibat penerapan sistem sekulerisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga, kehidupan manusia tidak diatur oleh syariat melainkan diatur oleh kepentingan manusia hingga materi. Dari aturan tersebut lahir sebuah ideologi kapitalisme yang bersifat materialistik
_____________________
Penulis Widdiya Permata Sari
Kontributor Media Kuntum cahaya dan Komunitas Muslimah Perindu Surga
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pada hari minggu kemarin pemerintah mengadakan hari santri sedunia. Setiap daerah mengadakan apel pagi yang dihadiri oleh para santri dari tiap pondok pesantren. Bertepatan di Monumen Tugu kota Surabaya Provinsi Jawa Timur mengadakan apel pagi memperingati hari santri yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo. Presiden mengajak untuk menjaga para santri dalam kondisi apapun serta memegang teguh sesuai dengan kondisi saat ini. (Kemeneg[dot]go[id], 22/10/2023)
Dari tahun 2015 pemerintah sudah menetapkan bahwa tanggal 22 Oktober sebagai hari santri Nasional dan menyatakan bahwa latar belakang dari peringatan hari santri ini untuk mengenang resolasi jihad. Sudah jelas disampaikan oleh Kiai Haji Hasyim Asyari selaku Rais Kabar Nadatul Ulama, beliau menyatakan bahwa melawan penjajah wajib bagi kaum muslim. Melawan penjajah hukumnya fardu ain. Ketika dirinya meninggal melawan musuh menjadi mati syahid. Dari kata-kata beliau seharusnya dapat menggugah jiwa para santri untuk terus berjuang dalan jihad.
Kata-kata dari kiai tersebut menunjukan, betapa besarnya kontribusi kaum muslimin khususnya para santri. Sebagaiman yang telah kita lihat dalam sejarah perjuangan saat melawan penjajah di negeri ini. Saat penjajah belanda menyerang surabaya banyak sekali seruan jihad, seperti seruan takbir dari Bung Tomo telah terbukti mampu menyemangati para arek di surabaya untuk berjuang melawan penjajah.
Sangat jelas bahwa seruan itu merupakan panggilan agama bukan panggilan dari nasionalisme. Karena dalam surat Al-Baqarah ayat 191: "Allah memerintahkan untuk membunuh mereka yang memerangi di manapun kita jumpai serta usirlah mereka dari tempat mengusirmu" (TQS. Al-Baqarah: 191)
Perintah jihad itu yang menjadi motivasi para santri dan ulama untuk mempertahankan tanah air mereka sebagai tempat tinggal mereka. Namun, sangat disayangkan motivasi dari zaman terdahulu tentang santri hilang begitu saja akibat penerapan sistem sekulerisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga, kehidupan manusia tidak diatur oleh syariat melainkan diatur oleh kepentingan manusia hingga materi. Dari aturan tersebut lahir sebuah ideologi kapitalisme yang bersifat materialistik.
Dampak dari penerapan sistem tersebut potensi pesantren akhirnya dibajak untuk mencetak santri yang bisa berwirausaha bukan lagi mencetak santri faqih fiddin yang menyadari akan adanya permasalahan umat serta mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi.
Bahkan, yang sangat fatal bagi para santri adalah mencukupkan belajar agama di pesantren sehingga ilmu yang mereka dapat hanya berlaku di pesantren saja. Ketika mereka keluar dari pesantren mereka seperti buku-buku yang berjalan artinya mereka mengetahui hukum syariat tetapi tidak mampu menghukumi masalah umat sesuai aturannya.
Seuai dengan firman Allah dalam QS. Ar-Ra'du ayat 11: "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka megubah keadaan diri mereka sendiri" (TQS. Surat Ar Ra'd: 11). Artinya, ketika kita ingin mengubah keadaan umat, kita sendiri harus mengubahnya dengan menerapkan aturan yang sesuai syariat Islam
Berbeda dengan pandangan Islam yang sangat mendorong setiap muslim untuk selalu berperan dalam kehidupan yang sesuai dengan tuntunan Islam. Tidak hanya itu, Islam menjadikan akidah sebagai asas yang wajib diterapkan dalam kehidupan serta diterapkan sebagai asas untuk menyelesaikan persoalan dunia juga wajib meneladani Rasulullah saw. ketika menerapkan aturan Islam dalam kehidupan.
Wallahualam bissawab [Dara]