Alt Title

Tingginya Bunuh Diri, Ada Apa dengan Masyarakat?

Tingginya Bunuh Diri, Ada Apa dengan Masyarakat?

 


Kalau dia paham akan hukum bunuh diri, paham bahwa ujian hidup yang Allah timpakan kepada setiap manusia merupakan bentuk cinta Allah untuk menaikkan derajat seseorang. 

Allah juga tidak akan membebani manusia di luar batas kemampuannya, maka dipastikan tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.

______________________________


Penulis Elin Nurlina

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bosan hidup solusinya mengakhiri hidup. Miris memang, akhir - akhir ini fenomena bunuh diri menjadi sebuah jalan pintas demi melepaskan diri dari masalah. Yang memilukan, kasus bunuh diri terjadi pada usia remaja atau baru menginjak usia dewasa.


Padahal jika kita lihat persoalan remaja tidaklah serumit yang dialami oleh orang tua atau orang dewasa. Mereka belum terbebani dengan persoalan harus mencari nafkah atau belum terbebani masalah yang berat-berat, tetapi kebanyakan pemicunya diduga stres dan depresi. 


Selemah itulah mental generasi sekarang, Tak kuat menanggung beban hidup yang terlalu rumit ditambah keimanan yang lemah dan tidak terjaga, akhirnya banyak yang memutuskan untuk menyudahi kehidupan dunia. Dengan harapan beban hidup akan selesai jika mati dan enyah dari kehidupan dunia.


Mereka lupa bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, akan tetapi itu awal dari kehidupan akhirat yang lebih kekal. Apalagi bunuh diri merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan diharamkan oleh Allah dan RasulNya, di mana perbuatan ini kelak di hari kiamat akan mendapatkan balasan yang berat dari Allah, bahkan dia akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. 


Penderitaan akan terus dia alami sebagaimana dia bunuh dirinya seperti apa sewaktu di dunia. Dalam hadis Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:


”Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu kelak akan berada di tangannya dan akan dia gunakan untuk menikam perutnya sendiri di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-lamanya. Barangsiapa bunuh diri dengan minum racun, maka kelak ia akan meminumnya sedikit demi sedikit di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-lamanya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari atas gunung, maka dia akan dijatuhkan dari tempat yang tinggi di dalam neraka Jahannam, kekal di sana selama-selamanya.” (HR. Bukhari no. 5778, Muslim no. 109).


Naudzubillah...


Tak ayal, hidup dalam sistem kapitalisme sekuler memang membuat orang jauh dari pemahaman akan agama. Lemahnya pemahaman tentang haramnya bunuh diri dan lemahnya pemahaman bahwa dunia adalah tempatnya ujian tentu sebagai implikasi dari lemahnya keimanan individunya.


Kalau dia paham akan hukum bunuh diri, paham bahwa ujian hidup yang Allah timpakan kepada setiap manusia merupakan bentuk cinta Allah untuk menaikkan derajat seseorang. Allah juga tidak akan membebani manusia di luar batas kemampuannya, maka dipastikan tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah.


Tetapi sayangnya dalam sistem sekarang, ketahanan mental generasi begitu rapuh, tidak paham hukum bunuh diri, tidak paham akan qada qadar, tidak paham seperti apa menyikapi setiap ujian. Pada akhirnya penyikapan terhadap setiap musibah yang datang tidak dilandasi sikap rida terhadap qada Allah, tetapi disikapi dengan rasa marah atas qadaNya.


Belum lagi kurangnya ketahanan baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun negaranya. Terkadang ketika ujian mendera dirinya, membuat orang merasa hidup paling menderita sedunia. Maka penting ada peran bersama baik itu dalam keluarga, masyarakat maupun negara dalam ketahanan mental untuk mencegah kasus bunuh diri.


Dalam keluarga, selain memberikan kasih sayang dan kepedulian yang penuh, apalagi ibu sebagai madrasah bagi anak-anaknya bertanggung jawab memberikan pendidikan Islami. Membekali mereka dengan pemahaman agama yang benar.


Tidak cukup dalam keluarga, tetapi masyarakat juga berperan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan mental yang kuat. Tidak sampai di situ, adanya peran negara juga sangat penting. Negaralah yang seharusnya menciptakan lingkungan yang kondusif baik dalam sistem pendidikannya, sistem ekonominya, kesehatannya dan lain sebagainya.


Negara harus menyusun kurikulum pendidikan yang akan menguatkan pemahaman akan akidah dan negara juga harus memenuhi segala kebutuhan pokok setiap masyarakatnya, baik sandang papan maupun pangannya.


Karena persoalan maraknya bunuh diri kebanyakan dipicu oleh kurangnya pemahaman akan agama Islam dan kurang terpenuhinya dalam ekonomi. Akibatnya, banyak yang stres dan depresi ketika diuji, maka jalan pintas yang menurutnya bisa menyelesaikan masalah adalah dengan bunuh diri. Sungguh miris dan memilukan


Persoalan ini tidak akan terjadi kalau perasaan, pemikiran dan peraturannya adalah berdasarkan Islam. Maka solusinya adalah menerapkan kembali sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan di bawah naungan Daulah Islam. 


Wallahualam bissawab. [SJ]