Tips Menulis Resensi dari Video
Sharing KepenulisanKarena umat butuh pemaparan Islam secara kafah (menyeluruh)
Umat harus mengetahui bahwa aturan Islam itu sempurna, mencakup seluruh aspek kehidupan. Apa pun masalahnya, Islam adalah solusinya
_______________________________
Penulis Siska Juliana
Tim Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, SHARING KEPENULISAN - Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Teman-teman, pernah mendengar naskah resensi? Saya yakin teman-teman di sini pasti pernah dengar atau bahkan pernah menulis resensi juga.
Kali ini saya akan sharing cara membuat resensi dari video. Jadi, resensi video adalah mengulas peristiwa dari sebuah tayangan menjadi naskah. Video yang diresensi bisa bertema apa pun. Tema parenting, keluarga, fikih, tsaqafah, motivasi, dan lain-lain.
Utamakan pilih narasumber dari ustaz/ustazah ideologis. Maksudnya narasumber yang mengupas agama Islam dari sisi ideologis. Yaitu menjelaskan pemikiran mendasar dan asas peraturan dari Islam. Mengapa? Karena umat butuh pemaparan Islam secara kafah (menyeluruh). Umat harus mengetahui bahwa aturan Islam itu sempurna, mencakup seluruh aspek kehidupan. Apa pun masalahnya, Islam adalah solusinya.
Nah, ustaz/ustazah ideologis itu seperti Felix Siauw, Siddiq Al-Jawi, Dwi Tjondro, Yanti Tanjung, Dedeh Wahidah Achmad, Julia Ilmawati, dan sebagainya. Dari mereka, kita bakal mendapatkan pencerahan bahwa solusi kehidupan adalah dengan menerapkan Islam secara kafah.
Mengapa Harus Menulis Resensi?
Ternyata menulis resensi itu banyak manfaatnya lho. Yuk kita simak apa saja manfaatnya.
Pertama, untuk memahami tayangan yang ditonton. Kedua, mencatat poin-poin penting dari suatu tayangan. Ketiga, mempermudah ketika ingin memahami kembali isi tayangan tersebut.
Setelah tahu manfaatnya, kita bisa mulai menulis resensi. Berikut langkah-langkah untuk menulis resensi: Pertama, menentukan tema video yang akan diresensi. Kedua, tonton video yang akan diresensi. Ketiga, catatlah informasi-informasi penting yang ada dalam video. Keempat, menulis isi resensi
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan saat menulis resensi, yaitu: Pertama, pada bagian awal sertakan kutipan dari inti tulisan yang diresensi, narasumber, sumber video yang diresensi. Kedua, gunakan kalimat langsung dan tidak langsung. Fungsinya sebagai penegasan bahwa ini adalah ucapan dari orang lain, bukan pendapat kita sendiri.
Yuk kita kepoin, gimana sih aturan menggunakan kalimat langsung dan tidak langsung.
• Kalimat Langsung
Kalimat langsung punya aturan sendiri dalam penulisannya. Ini adalah beberapa cara penulisan kalimat langsung:
1. Kata yang dikutip atau diucapkan, akan diawali dan diakhiri menggunakan tanda petik dua (“….”).
2. Intonasi pada bagian kutipan memiliki nada yang lebih tinggi dibandingkan bagian pengiringnya.
3. Huruf pertama yang digunakan setelah tanda petik dua (“….”) adalah berupa huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca yang sesuai dengan jenis kalimatnya.
4. Tanda petik dua (“…”) penutup akan ditulis setelah tanda baca yang mengakhiri kalimat.
5. Kalimat langsung yang berupa dialog berurutan, harus menggunakan tanda baca titik dua (:) di depan kalimat langsung.
6. Pada akhir kalimat langsung biasanya menggunakan kata ungkapnya, ujarnya, cakapnya, bebernya, tuturnya, terangnya, jelasnya, pungkasnya, imbuhnya, ucapnya, dan sebagainya.
Nah, supaya lebih memahami kita simak contoh kalimat langsung.
1. "Ada tiga kunci sukses yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. dalam menjalankan ketaatan yang perlu kita teladani," tuturnya.
2. "Belakangan ini, perbincangan tentang frugal living viral di media sosial," ucap Ustazah.
Selain kalimat langsung, dalam naskah resensi juga terdapat kalimat tidak langsung.
• Kalimat Tidak Langsung
Apa sih perbedaan kalimat langsung dan tidak langsung? Yuk kita bahas.
1. Tidak menggunakan tanda petik dua (“…”).
2. Intonasi membacanya datar, tidak jauh berbeda antara bagian kalimat pengiringnya dengan isi kalimat yang dikutip.
3. Terdapat perubahan kata ganti orang.
4. Semuanya berbentuk kalimat berita.
5. Biasanya pada awal kalimat akan terdapat kata mengungkapkan, menjelaskan, menekankan, mengingatkan, menceritakan, melanjutkan, menambahkan dan diiringi kata bahwa, sebab, untuk, supaya, tentang, dan sebagainya.
Berikut adalah contoh kalimat tidak langsung:
1. Ustazah menceritakan saat ini ....
2. Ia mengingatkan bahwa ....
Mungkin segitu saja dulu materi yang saya bagikan pada sharing kali ini. Semoga bermanfaat ya.
Tanya Jawab
1. Elfia Prihastuti
Kalau misalnya sebelumnya ada ungkapan seorang pejabat, kemudian nanti si tokoh ini yang akan mengulas, apakah pernyataan pejabat tersebut harus dituliskan juga dalam resensi?
Jawaban: "Iya mbak sebaiknya dituliskan. Tetapi memakai kalimat tidak langsung, misalkan:
Ada seorang pejabat yang menyatakan bahwa ...."
2. Neneng Sriwidianti
• Izin bertanya juga, Teh? Apakah menulis resensi itu harus dari video? Asli saya belum pernah sama sekali.
• Ada batasan kata enggak, untuk membuat resensi? Kalau plagiat diperhatikan enggak, Teh?
Jawaban:
- "Sebenarnya bisa juga dari buku, hanya saja kalau buku lumayan lama bacanya. Sedangkan kalau dari video, kita bisa memilih durasi yang tidak terlalu panjang. Misalkan yang berdurasi 10-15 menit."
- "Tidak ada batasan bu. Iya, tetap diperhatikan. Maksimal 15%."
Alhamdulillah seluruh materi telah tersampaikan dan sesi tanya jawab pun sudah selesai. Artinya, kegiatan sharing kita juga sudah selesai. Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [By]
Sumber:
https://www[dot]brainacademy[dot]id/blog/kalimat-langsung-dan-tidak-langsung