Zionis Israel Menjajah Palestina, Indonesia sebagai Saudara Harus Menolongnya
NewsJadi, hubungan Palestina dengan Indonesia itu hubungan yang khas dan unik
Bukan sekadar persoalan masalah kemanusiaan tapi persoalan persaudaraan karena diikat oleh nilai yang sama, yaitu agama (Islam)
_________________________________
KUNTUMCAHAYA.com, NEWS - FDMPB - Ulah penjajah zionis Yahudi Israel yang menyerang Palestina mendapat respon kritis dari kalangan intelektual muslim Indonesia. Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa mengadakan FGD ke-39: ”Konflik Palestina Menuju Genosida?”, Sabtu (14/10/2023).
Hadir sebagai Keynote Speaker Assoc. Prof. Dr Fahmy Lukman (Direktur Inqiyad). Adapun narasumber Dr. Hidayat Nur Wahid, Lc., M.A (Tokoh Muslim dari F-PKS DPR RI), Prof. Dr.Ing H. Fahmi Amhar (Cendekiawan Muslim), Hasbi Aswar, Ph.D (Pemerhati Hubungan Internasional), dan Dr. M Ryan, M.Ag (Ahli Politik Islam).
Topik Palestina ini menarik dan menghangat. Pasalnya penjajahan Zionis Yahudi Israel sudah berlangsung 75 tahun sejak 1948. Persoalan Palestina tidak lepas dari konteks negara kafir penjajah yaitu Inggris dan Amerika Serikat.
“Semenjak pendudukan Zionis Israel di Palestina, mereka mengusir sekitar 1 juta warga. Lalu merampas hak milik warga Palestina, mencaplok puluhan kota dan ratusan desa-desa. Aktivitas teror itu sama dengan terorisme karena ada pembantaian di mana-mana,” ujar Dr. Fahmy Lukman membuka diskusi.
Palestina juga menjadi pusat perhatian dunia. Gaza telah menjadi penjara hidup terbesar di dunia dengan delapan pintu masuknya. Satu pintu Rafah menuju Mesir dan tujuh pintu lainnya menuju Israel.
“Kita bisa lihat juga di Jalur Gaza ini dibangun dinding yang memanjang sekitar 10 sampai 11 KM. Dinding cukup tebal tertanam sampai sekitar 18 m di bawah permukaan tanah dan dinding itu adalah dinding logam yang dibuat di Amerika Serikat,” beber Dr. Lukman.
Lanjutnya, “Sebenarnya Indonesia juga mesti berterima kasih kepada masyarakat Palestina. Tokoh-tokoh ulama Palestina pada masa yang lalu 6 September 1944 menjadi momentum yang paling penting bagi Palestina dan Indonesia. Palestina mendeklarasikan secara terbuka mengakui Indonesia sebagai negara merdeka secara de facto dan pengakuan itu disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia oleh seorang Mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin al-husaini.”
Dr. Lukman juga menjelaskan, Indonesia adalah merupakan saudara Palestina karena orang-orang muslim atau mukmin itu bersaudara satu dengan yang lainnya. Dukungan Palestina diikuti dengan dukungan-dukungan yang lain. Kemudian muncullah Mesir dan negara-negara Arab yang lain memberikan dukungan kemerdekaan Indonesia.
Jadi, hubungan Palestina dengan Indonesia itu hubungan yang khas dan unik. Bukan sekadar persoalan masalah kemanusiaan tapi persoalan persaudaraan karena diikat oleh nilai yang sama, yaitu agama (Islam).
“Islam tidak menghendaki terjadinya kezaliman dan imperialisme. Maka kita bisa lihat juga pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Jadi itu komitmen yang ada pada rakyat Indonesia."
Hal menarik disampaikan Dr. Hidayat Nur Wahid. Bukan Palestina yang memulai konflik, tapi Israel-lah yang memulai konflik. Kondisi ini berlangsung sejak Israel mendeklarasikan diri pada tahun 1948.
“Saat itu juga dalam konteks kita di Indonesia. Sesungguhnya pemahaman tentang hakikat konflik ini sudah disampaikan oleh KH. Hasim Asy’ari tahun 1938 yang tertulis dalam warta NU. Beliau sudah memfatwakan tentang keharusan membela dan membantu bangsa Palestina dari kemungkinan penjajahan Israel,” paparnya.
Jadi, 10 tahun sebelum mereka mendeklarasikan yang disebut sebagai negara Israel ternyata visi dan pemahaman yang benar tentang masalah ini sudah disampaikan oleh kiai-kiai besar pendiri NU. Perang yang terjadi bukan hanya melalu senjata, jalur politik, dan diplomasi, tapi juga opini jalur media. Pejuang Palestina mereka posisikan sebagai pihak yang disebut teroris dan intoleran.
“Penjajahan Israel terhadap Palestina ada kewajiban membela. Momentum ini mestinya kemudian juga bisa menghadirkan kesadaran dan izzah. Umat tetap bisa menghadirkan kemenangan membela kebenaran dan bisa mengalahkan penjajahan membebaskan Masjidil Aqsa. Akidah ini tetap penting untuk diwujudkan karena pada hakikatnya setiap umat akan kemudian ditanya tentang apa yang anda lakukan sebagai individu, bukan sekadar apa yang dilakukan pihak-pihak yang lain,” tegas Dr. Hidayat Nur Wahid.
Antusiasme pemirsa sungguh luar biasa. Dukungan pemirsa untuk pembebasan Palestina ditunjukkan dengan komentar positif. Diskusi kali ini berlangsung lancar dan mendapat perhatian lebih dari tiga ribu pemirsa. Wallahualam bissawab. [HK]