Belajar dari Ketangguhan Anak-anak Palestina
NafsiyahPenanaman akidah yang kokoh sudah ditanamkan semenjak dini
Lantunan kalimat tahlil senantiasa ditancapkan sejak kecil
_____________________________________
Penulis Heni Ummufaiz
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Umat
KUNTUMCAHAYA.com, NAFSIYAH - Palestina membara dunia pun ikut bersuara untuk membela. Tak terelakkan korban berjatuhan telah membukakan mata hati kita yang rentang wilayah begitu jauh. Mereka begitu tegar sekalipun tiap waktu anggota keluarga mereka meninggalkan.
Bahkan mereka rakyat Palestina dari mulai dewasa, pemuda dan anak-anak tak terlihat penyesalan ditakdirkan di negeri para Nabi yang terus digempur bom. Kita melihat mereka tegar, kuat dan tak sedikit wajah takut akan kesombongan Israel. Wajah-wajah tulus dan rida, ikhlas atas segala qada Allah yang akan menimpa. Karena dalam hati sudah terpatri keimanan yang kokoh dan syahid menjadi tujuan utama.
Kita bisa menyaksikan ucapan anak-anak Palestina yang dihantam serpihan bom, hingga sebagian tubuh mereka sakit saja terlantun adalah ucapan alhamdulillah. Lisan-lisan mereka tak henti dari zikir dan lantunan ayat suci Al-Qur'an. Keteguhan hati membuat kita di luar Palestina terkesima. Rasanya sungguh jauh kondisi dengan anak-anak kita di Indonesia.
Bahkan sosok juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaidah nyatanya telah menarik perhatian para muslimah di dunia akan ketaatan kepada Allah yang tak lepas dari Al-Qur'an. Sosok ini mampu mengalihkan para muslimah di dunia yang mengidolakan K-pop dan artis-artis Barat ke muslim yang taat.
Jika demikian, pasti kita akan bertanya apa yang membuat mereka begitu kuat dan kokoh dalam menghadapi berbagai macam penderitaan yang begitu dahsyat. Pendidikan apa yang mereka tanamkan oleh orang tuanya sehingga melahirkan generasi yang kuat dan sabar?
Pertama, penanaman akidah yang kokoh sudah ditanamkan semenjak dini. Lantunan kalimat tahlil senantiasa ditancapkan sejak kecil. Lihatlah bagaimana mereka saat keluar rumah senantiasa melafalkan kalimat tahlil terlebih mereka memahami kondisi negara mereka yang selalu diserang oleh Israel Laknatullah.
Kedua, pembiasaan dengan Al-Qur'an sejak dini sehingga mereka menjadi penghafal Al Qur'an. Dari negeri ini lahir orang-orang saleh nan militan seperti ulama-ulama di bawah ini:
Imam Syafi'i.
Ibnu Qudamah.
Ibnu Ruslan.
Ibnul Muflih.
Ibnu Washif al-Ghazzi.
Zainuddin Yahya bin 'Alwi al-Hadhrami al-Andalusi.
Syamsuddin Muhammad bin Khalaf al-Ghazi.
Syamsuddin bin al-Ghazi.
Ketiga, karena kondisi yang terjajah, maka mereka anak-anak Palestina dewasa dan kuat karena keadaan. Tertancap kuat, sabar, qanaah, ikhlas atas kondisi yang dihadapinya sehingga ucapan syukur dan rida saat mereka menghadapi segala derita.
Keempat, Palestina yang di dalamnya ada Masjidil Aqsa dan termasuk negeri Syam yang senantiasa didoakan oleh Rasulullah saw. sangatlah wajar penduduknya termasuk di dalamnya anak-anak mendapatkan keberkahan.
Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam kami. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman kami.” (HR. Bukhari)
Kelima, sejak dini orang tuanya sudah menanamkan jiwa berkorban untuk agamanya. Karena slogan yang mereka tanamkan adalah "hidup mulia atau mati syahid." Kita bisa melihat bagaimana mereka saat ada yang meninggal selalu terucap, "kapan giliranku ya Allah." Sebuah perkataan yang tulus dan ikhlas.
Semoga dengan kita berkaca dari anak-anak, pemuda dan rakyat Palestina memberikan inspirasi untuk kita menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan taat. Karena kita akan bersama menyongsong isyarah nubuwwah yakni Khilafah Islamiyyah yang memerlukan generasi militan dan bertakwa. Wallahualam bissawab. [SJ]