Catatan Refleksi Sumpah Pemuda
OpiniSemangat pemuda untuk melakukan perubahan hendaknya diarahkan kepada perubahan hakiki
Tidak berhenti pada aspek pribadi dan golongan saja, namun perubahan menyeluruh dengan penerapan sistem Islam kafah
_________________________________
Penulis Afifah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Mahasiswa UGM
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tanggal 28 Oktober menjadi momentum yang dirayakan oleh masyarakat Indonesia. Historis sejarah mencatatkan sebuah kongres yang diprakarsai oleh para pemuda, dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Kongres ini menghimpun pemuda dari seluruh Indonesia untuk membangkitkan semangat melawan penjajah Belanda.
Semangat serupa sepertinya hendak ditumbuhkan kembali lewat statement sederet tokoh nasional yang memberikan nasihat dan pandangannya terhadap pemuda bangsa. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Jokowi melalui unggahan dalam media sosialnya terkait peringatan hari sumpah pemuda.
“Indonesia memiliki peluang besar dalam mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045 berupa bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an. Saat itu, penduduk usia produktif kita melimpah,” kata Pak Jokowi.
Hal yang beliau tekankan adalah Indonesia harus memanfaatkan peluang berupa bonus demografi ini dengan mempersiapkan sumber daya manusia agar mampu dan siap memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, serta meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan rakyat melalui eksploitasi sumber daya alam (SDA).
Hal senada juga disampaikan oleh perwakilan dari Kemendikbud Ristek, Suharti bahwa perayaan sumpah pemuda harus dijadikan momentum untuk membangun kolaborasi antargenerasi dan antarsektor. Serta ucapan-ucapan lain dari berbagai tokoh yang menginginkan sumpah pemuda menjadi momentum perbaikan pemuda menjadi lebih baik lagi.
Sumpah Pemuda dan Perubahan
Sumpah pemuda memang acapkali dikorelasikan dengan semangat juang para pemuda negeri ini untuk melawan kezaliman penjajah. Semangat ini berangkat dari ketidakpuasan dan kekejaman pendudukan Belanda atas Indonesia. Jiwa muda yang jengah melihat ketidakadilan disekitarnya lantas bergerak membangun koalisi untuk menciptakan perubahan berarti.
Pergerakan pemuda yang dapat menginisiasi perubahan besar adalah suatu keniscayaan. Pemuda dengan potensi besarnya mampu menggalang kekuatan untuk melakukan suatu perubahan. Tidak terhitung berbagai gerakan pemuda dunia yang mampu membawa perubahan besar, namun tak menutup fakta bahwa pemuda juga dapat memporak-porandakan suatu peradaban.
Pemuda menjadi elemen penting dalam perubahan itu sendiri. Sehingga investasi terbaik suatu peradaban adalah membangun kekuatan pemuda dengan membangun dan mengedukasi generasi mudanya. Secara teoritis memang seperti itu, namun berbicara soal realita yang terjadi di masyarakat, pemuda dan perubahan besar seperti jauh dari bayangan.
Pemuda hari ini lebih banyak disibukkan dengan urusan pribadinya. Fokus pada dirinya sendiri dan tidak mencampuri urusan orang lain adalah sikap yang banyak ditemukan. Terbentuk suatu kultur baru di generasi muda yakni tren individualis yang abai dengan hiruk pikuk permasalahan umat. Padahal masifnya penerapan kapitalisme dengan arus sekuler dan liberal menempatkan kehidupan dalam masalah sistemik yang tak berujung.
Ambil contoh, mahasiswa yang sejak dulu mendapat stempel sebagai agent of change kenyataannya banyak yang apatis dan abai dengan kondisi sekitarnya. Beban akademik dan tekanan sosial menuntut mahasiswa untuk fokus terhadap karir yang akan dipilih setelah lulus kuliah. Bahkan sedari masuk ke perguruan tinggi, mahasiswa didorong mendekat ke industri dengan program-program “Merdeka Belajar Kampus Merdeka” (MBKM) yang membajak potensi besar pemuda.
Sebagian besar waktunya dialokasikan untuk memenuhi standar perkuliahan yang makin hari makin tinggi dengan persaingan yang makin ketat. Menempatkan mahasiswa dalam arus kesibukan namum minim kontribusi sosial. Kepekaan sosial mereka ditumpulkan dengan sederet kesibukan dan hiburan semu.
Islam, Pemuda, dan Perubahan
Di sisi lain, pendidikan hari ini tidak mengakomodasi pembentukan karakter dan moral dan hanya dijadikan sarana transfer ilmu dan pembentukan angkatan kerja. Wujud nyatanya adalah dianulirnya aspek penguatan akidah dan tsaqafah Islam sebagai pondasi utama pembentuk pribadi seorang muslim.
Pelajaran agama dipandang sebagai hal privasi yang tidak perlu ditunjukkan di muka umum, dibatasi pada tempat-tempat ibadah, tidak nampak jati diri muslim sebagaimana yang Rasulullah saw. contohkan selama kehidupan beliau. Lahirlah generasi yang jauh dari agama dengan pola pikir sekuler, pragmatis, dan individualis.
Pandangan yang sangat berbeda ditunjukkan oleh Islam. Pemuda memiliki potensi yang sangat besar begitu diperhatikan dalam Islam, melalui penerapan pendidikan Islam oleh negara, pemuda akan dimaksimalkan dan dikembangkan potensinya untuk kemaslahatan umat.
Muncul ekosistem yang mendukung pada terwujudnya ketakwaan jamaah. Ini nyaris tidak akan pernah terealisasi tanpa menjadikan Islam sebagai landasan kehidupan dengan segala perangkat aturan yang berasal dari Allah Swt., Zat yang Maha Segalanya.
Oleh karena itu, momen sumpah pemuda dapat meyakinkan kita bahwa betapa kuatnya pengaruh pemuda dalam sejarah bangsa. Pemuda tidak boleh hanya berpacu ingin menjadi budak korporat berduit banyak atau haus popularitas semata, tapi pemuda harus disibukkan dalam kebaikan dan ikut mengurusi urusan umat sebagaimana dalam pandangan Islam.
Semangat pemuda untuk melakukan perubahan hendaknya diarahkan kepada perubahan hakiki. Tidak berhenti pada aspek pribadi dan golongan saja, namun perubahan menyeluruh dengan penerapan sistem Islam kafah.
Karena pemuda gemilang hanya akan terwujud melalui penerapan sistem kehidupan yang sahih. Mewujudkan generasi pembangun peradaban mulia yang berkepribadian Islam, berorientasi hidup jauh ke depan, bukan hanya duniawi semata. Wallahualam bissawab. [SJ]