Dibutuhkan Persatuan Umat untuk Palestina, Bukan Hanya Sekadar Boikot Produk
OpiniUmat harus memahami bahwa bungkamnya pemimpin-pemimpin muslim terhadap kekejaman entitas Yahudi ini dipengaruhi paham kufur turunan kapitalisme tersebut
Hati nurani dan naluri mereka jadi tertutup dengan penyakit cinta dunia berupa kekuasaan. Karena itu, umat harus memboikot ide-ide kufur tersebut sebagaimana mereka memboikot produk yang produsennya mendukung zionis saat ini
___________________________________
Penulis Sriyanti
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Baru-baru ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023, terkait hukum dukungan terhadap Palestina. Isi dari fatwa tersebut adalah wajib mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas penjajahan entitas Yahudi dan haram untuk membeli produk yang mendukung agresi zionis ke Palestina. Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam sholeh. Ia mengimbau masyarakat untuk mendukung perjuangan Palestina, seperti menggalang dana kemanusiaan serta berdoa untuk para syuhada dan kemenangan Palestina.
Selain itu, Niam juga mendesak agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah tegas dalam membantu perjuangan Palestina melalui jalur diplomasi PBB, agar zionis menghentikan agresinya kemudian memberinya sanksi. Fatwa ini dikeluarkan untuk menyikapi pihak yang disinyalir memberikan dukungan pada kebiadaban entitas Yahudi. (cnbc[dot]indonesia, 11/11/2023)
Beberapa tokoh menanggapi fatwa MUI tersebut. Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Meti Arintawati mengatakan bahwa, fatwa MUI tidak mengharamkan produk tapi dukungan perbuatan. Hal senada diungkapkan oleh Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda. Sementara, Abdul Mu'ti dari PP Muhammadiyah sangat menghargai dan memahami seruan boikot ini, namun ia meminta kepada masyarakat agar tidak terprovokasi oleh berbagai informasi hoaks yang bisa saja dimanfaatkan oleh pihak tertentu hingga berpotensi menimbulkan masalah. Sedangkan tokoh dari Nahdlatul Ulama Gus Fahrur berpendapat bahwa, dalam menyikapi hal ini masyarakat lebih baik berdoa dan berdonasi daripada menyerukan aksi boikot yang akhirnya dapat merugikan masyarakat sendiri.
Sungguh, agresi dan penjajahan yang dilakukan entitas Yahudi memang sudah membuat umat Islam di seluruh dunia terluka. Umat sudah geram dan berusaha menolong muslim Palestina dengan apa yang mereka mampu. Salah satu upaya yang bisa mereka lakukan adalah dengan menyerukan aksi boikot terhadap produk-produk yang produsennya berasal dari pihak yang mendukung zionis. Seruan ini datang dari masyarakat, bukan dari para pemimpin-pemimpinnya. Seharusnya, para penguasa dalam level negara melakukan aksi ini niscaya akan bisa melemahkan agresi yang dilakukan entitas Yahudi terhadap Palestina. Karena seluruh persediaan energi dan kebutuhan penting zionis yang dipakai untuk membombardir Palestina ini dipasok dari negeri-negeri muslim di sekitarnya.
Namun sangat disayangkan, penguasa negeri-negeri muslim hanya bisa mengecam dan melakukan berbagai perundingan yang tidak berpengaruh apa-apa. Tidak ada satupun dari mereka yang mampu mengambil tindakan konkret untuk membantu Palestina, kecuali sekadar mengirim pasokan makanan serta obat-obatan. Itu baru dilakukan ketika sudah mendapatkan izin dari gembongnya penjajah yang merupakan tuannya juga yaitu negara kafir Barat (Amerika). Maka benar adanya jika para pemimpin negeri-negeri muslim disebut sebagai para pengkhianat bagi kaum muslimin.
Faktanya penjajahan dan kezaliman terhadap negeri-negeri muslim terlebih untuk Palestina akan terus berlanjut karena tidak adanya persatuan di antara umat Islam itu sendiri serta ketiadaan kekuatan besar yang mampu mengusirnya. Persatuan kaum muslimin ini sulit terwujud karena umat dan negeri-negeri muslim saat ini masih dicekoki oleh ide-ide kufur Barat semisal nasionalisme. Penjajah Barat akan senantiasa mengajarkan pemikiran ini ke tengah negeri muslim dalam mempertahankan eksistensinya sebagai penguasa dunia. Dengan pemahaman ini umat muslim akan tersekat-sekat oleh bangsa. Inilah yang menyebabkan mereka kurang peduli dengan masalah muslim lainnya. Padahal Allah Swt. berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang muslim itu bersaudara." (TQS. Al-Hujurat: 10)
Begitu juga sabda Rasulullah saw. yang mengibaratkan bahwa umat muslim itu adalah satu tubuh. Ketika anggota badan ada yang terluka maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Dalam paham nasionalisme dalil syara ini tidak berlaku. Permasalahan umat Islam di luar sekat negaranya dianggap bukan urusannya. Inilah yang menyebabkan berbagai penderitaan dan kesengsaraan yang dialami kaum muslimin di berbagai belahan dunia saat ini.
Nasionalisme atau ikatan kebangsaan lahir dari sistem kapitalisme yang merupakan ideologi kufur Barat yang mengagungkan materi. Ide ini diembuskan ke tengah kaum muslimin untuk menggembosi persatuan umat hingga terpecah-belah seperti saat ini. Sebelumya, umat Islam dipersatukan oleh ikatan aqidah dalam naungan institusi pemerintahan Islam. Inilah yang menjadi kekuatan besar serta pelindung bagi umat Islam.
Karena itu, kebiadaban zionis yang didukung oleh kafir Barat atas muslim Palestina ini seharusnya sudah menjadi pemantik kesadaran umat agar mereka keluar dari belenggu-belenggu pemikiran kufur Barat seperti nasionalisme. Umat harus memahami bahwa bungkamnya pemimpin-pemimpin muslim terhadap kekejaman entitas Yahudi ini dipengaruhi paham kufur turunan kapitalisme tersebut. Hati nurani dan naluri mereka jadi tertutup dengan penyakit cinta dunia berupa kekuasaan. Karena itu, umat harus memboikot ide-ide kufur tersebut sebagaimana mereka memboikot produk yang produsennya mendukung zionis saat ini.
Masyarakat negeri muslim wajib memahami kembali apa itu Islam. Islam bukan hanya sekedar agama ritual. Lebih dari itu Islam adalah sebuah ideologi yang merupakan pandangan hidup yang sempurna dan menyeluruh karena aturannya datang dari Sang Pencipta dan Pengatur manusia. Ideologi ini akan mampu mewujudkan persatuan di tengah keberagaman yang Allah ciptakan. Hingga menjadi solusi terciptanya perdamaian yang hakiki.
Memang, yang demikian bukanlah sesuatu yang mudah. Dibutuhkan aktivitas dakwah agar umat dipahamkan dengan solusi ini juga mengedukasi mereka agar memandang persoalan Palestina ini secara menyeluruh. Lebih jauh agar mereka tidak hanya melakukan pembelaan saudaranya, yakni Palestina dengan sekadar memboikot produk, berdonasi dan berdoa tapi mau berupaya sungguh-sungguh mewujudkan persatuan umat melalui tegaknya sistem pemerintahan Islam. Wallahualam bissawab. [Dara]