Melahirkan Generasi Militan
TsaqafahJihad itu adalah ajaran Islam, jihad itu akan terjadi sampai hari kiamat, selama masih ada orang kafir selama Islam masih terancam maka kewajiban untuk mempertahankan agama Allah itu tetap ada
______________________________
Bersama Ustazah Dedeh Wahidah Achmad
KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - Ustazah Dedeh Wahidah Achmad dalam chanel youtube Muslimah Media Center (MMC), menjelaskan bagaimana seorang ibu melahirkan anak-anak muslim militan.
Mengikuti informasi dari yang ada di media ternyata kezaliman Israel terhadap saudara-saudara kita di Palestina senantiasa terus terjadi, bertahun-tahun bahkan sampai puluhan tahun. Penjajah Israel merampas hak-hak saudara kita di Palestina, sehingga saudara kita terusir mereka menjadi pengungsi dan mereka kehilangan apa yang semestinya menjadi hak mereka.
Ustazah menjelaskan, bahwa ada pelajaran yang berharga dari peristiwa tersebut dan penting untuk menjadi ibrah. Bahwa ibu-ibu yang berada di Palestina yang tidak sedikit jumlahnya, mereka merupakan ibu-ibu yang kuat jauh dari sikap rapuh sekalipun mereka menghadapi berbagai ujian bahkan ujian kematian.
Mereka kehilangan hak milik, kehilangan orang-orang yang dicintai, mungkin anak-anaknya, suaminya dan tentu saja sahabat-sahabatnya. Mereka manusia sama seperti kita punya naluri, kecintaan, kasih sayang.
Seorang ibu jika diuji dengan harta, kesehatan, biasanya akan cukup tahan tetapi kalau seorang ibu diuji lewat anaknya banyak ibu-ibu yang lemah. Contoh ketika seorang anak sakit, anaknya meninggal banyak ibu yang lemah bahkan sampai depresi.
Apalagi kalau ini meninggalnya di medan pertempuran, mereka terbunuh jasadnya rusak tidak dikenali dikarenakan oleh bom. Tetapi ibu-ibu di Palestina luar biasa dengan gigih berani mereka terus mengumandangkan seruan untuk memerangi penjajah Israel.
Ustazah juga menyampaikan bahwa kata-kata yang meluncur dari mulut ibu-ibu di Palestina adalah motivasi-motivasi yang luar biasa. Kata-kata yang memberi dorongan, memberikan semangat, menumbuhkan keberanian, kepada anak-anaknya untuk membela hak mereka.
Ustazah juga bertanya apakah kita bisa meniru, apa yang dilakukan oleh ibu-ibu yang ada di Palestina. Yang namanya hidup pastinya banyak kesulitan, ujian, mungkin kita tidak diuji seperti saudara kita di Palestina mungkin kita diuji dengan bentuk yang lain.
Ketika kita rapuh, tidak kuat untuk menghadapi ujian. Banyak sekali angka bunuh diri, bahkan akhir-akhir ini kita hampir setiap hari mendengar atau membaca berita di media sosial. Bagaimana berita-berita angka bunuh diri padahal masalah yang dihadapinya adalah yang relatif sepele, tetapi mereka sudah putus asa lalu bunuh diri.
Ustazah mengungkapkan bahwa mereka bukan dibunuh di medan perang, bukan mempertahankan harga diri, bukan pula terbunuh karena ketaatan kepada Allah Swt.. Tetapi mereka meninggal karena ketidaksiapan dengan ujian yang dihadapinya. Dan penting sekali ibu-ibu untuk meniru apa yang dilakukan oleh ibu-ibu yang ada di Palestina dan mungkin oleh mujahidah-mujahidah yang lain.
Ustazah menyampaikan ternyata apa yang dilakukan oleh ibu-ibu di Palestina dulu jauh-jauh hari sudah ada sosok perempuan, ibunya para syuhada yang beliau adalah shahabiyah salah seorang sahabat perempuan Rasulullah saw. dikenal dengan nama Al-Khansa.
Al-Khansa adalah sosok ibu yang luar biasa, beliau memiliki empat orang putra semua putranya gugur syahid di badan pertempuran karena membela agama Allah Swt. di perang Qadisiyah, mereka membela berjuang untuk melawan orang-orang kafir Persia.
Ustazah menegaskan bahwa apa yang menjadi rahasia dan kekuatan dari Al-Khansa ini, beliau selalu membangkitkan kekuatan luar biasa kepada anak-anaknya. Ternyata Al-Khansa adalah seorang penyair, kata-kata yang meluncur dari mulut beliau adalah kata-kata yang penuh makna, kata yang mengandung hikmah, kata-kata yang jika ada keraguan dari anak-anak mereka untuk maju di medan pertempuran hal yang wajar.
Seorang manusia takut dengan kematian, kekalahan, terluka. Tetapi Al-Khansa selalu mengingatkan kepada anak-anaknya dengan mengingatkan kepada agama Allah Swt..
"Wahai anak-anakku sesungguhnya kalian telah masuk Islam dengan ketaatan dan tanpa paksaan. Kalian telah hijrah dengan sukarela dan demi Allah Swt. tidak ada Tuhan selain Allah Swt.."
Kemudian diakhiri motivasi yang dikatakan kepada putra-putranya, "Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi seorang muslim berupa pahala yang agung. Pahala bagi siapa saja yang memerangi orang-orang kafir dan ketahuilah negeri yang kekal lebih baik dari pada negeri yang fana."
Merinding mendengar perkataan Al-Khansa, yang meluncur dari mulut beliau bukanlah larangan, seperti ibu takut kalian mati, celaka, tetapi mengingatkan bahwa negeri yang kekal di akhirat lebih baik dari pada negeri yang fana. Kemudia beliau melengkapi dengan membacakan sebuah ayat Al-Qur'an Surah Ali-Imran ayat 200:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlahlah kalian dan kokohkan kesabaran kalian dan tetaplah bersiap-siap (di perbatasan negerimu)."
Tetaplah kalian berjaga-jaga di perbatasan jangan sampai tanah kaum muslimin, batas negeri Islam, batas kekhilafahan itu direbut oleh orang-orang kafir. Kalian harus mempertahankan. Kata-kata itulah yang selalu ditanamkan, dihujamkan oleh Al-Khansa. Sehingga lahirlah putra-putra yang luar biasa, syahid syuhada. Empat orang syuhada lahir dari rahim seorang ibu yang luar biasa.
Ustazah berkata bahwa Al-Khansa mungkin bukan perempuan yang berpendidikan tinggi, bergelimang harta, dan tidak dibantu dengan berbagai alat yang akan memudahkan kehidupannya sebagai ibu. Tetapi Al-Khansa mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai ibu pendidik, ibu yang bertanggung jawab terhadap akhlak, karakter, identitas anak sebagai seorang muslim yang militan.
Hal ini juga yang sekarang ditunjukkan oleh saudara-saudara kita para ibu di Palestina. Tentu saja kita tidak mau kalah dengan saudara kita di Palestina di tengah hujan bom, roket, tembakan. Kekurangan air, makanan, tidak ada listrik, tetapi mereka mampu menunjukkan sikap yang luar biasa untuk perjuangan Islam.
Ustazah menegaskan sekaligus mengajak, di negeri ini kita tidak banyak hambatan. Mari kita tunjukkan bagaimana kita menanamkan militansi sosok pejuang kepada anak-anak kita.
"Apa yang harus kita lakukan supaya lahir generasi-generasi yang militan seperti putra-putranya Al-Khansa, seperti para syuhada di Palestina," tanya Ustazah.
Pertama, kita harus menjelaskan pada anak-anak, apa itu hakikat, bagaimana syahid dan apa hukum dari syahid itu.
Mati syahid fii sabilillah, ditinjau dari hukum syarak dan hukum fikih bahwa berjihad itu fardu atau kewajiban bagi setiap muslim. Nah, ini yang harus ditanamkan kepada anak-anak kita hukum mempertahankan membela agama dari pelecehan, serangan, bentuk kezaliman apa pun wajib seorang muslim untuk membelanya.
Kedua, untuk melahirkan motivasi dan dorongan yang kuat untuk mempertahankan agama atau anak-anak kita tidak takut untuk berjihad. BIsa juga kita memberikan informasi kepada putra-putra kita tentang keutamaan dari jihad, pahala syahid di medan pertempuran.
Banyak dalil yang menjelaskan keutamaan dari pahala syahid diantaranya, "Akan diampuni bagi orang yang mati syahid semua dosanya kecuali utang.” (HR. Muslim)
Jadi kita beri tahu kepada anak-anak kita bahwa orang yang mati syahid itu luar biasa. Dosa akan diampuni oleh Allah Swt.. Bagi orang yang mati di medan pertempuran, mati karena berjihad di jalan Allah maka pahala yang akan diberikan-Nya adalah diampuni segala dosa kecuali utang.
Ketiga, kita jelaskan kepada anak-anak, ruang lingkup medan syahid itu ada yang memahami kalau jihad itu sesuatu yang sudah terjadi dulu di masa Rasulullah karena adanya peperangan, tetapi untuk sekarang kalau kita berbicara tentang jihad itu tidak relevan, sudah tidak ada, dan kalau jihad diajarkan itu ajaran radikal, dan kalau kita mengajarkan jihad pada siapa pun berarti kita terindikasi menjelaskan tentang terorisme.
Ustazah menerangkan bahwa jihad itu adalah ajaran Islam, jihad itu akan terjadi sampai hari kiamat, selama masih ada orang kafir selama Islam masih terancam maka kewajiban untuk mempertahankan agama Allah itu tetap ada.
Dan yang terakhir bahwa kita harus jelaskan kepada anak-anak, dan ini menjadi motivasi bahwa generasi sekarang pun masih diseru untuk berjihad, harus mempertahankan agama mereka. Sehingga anak-anak kita akan punya kepedulian, akan lahir tanggung jawabnya ketika agama Allah dilecehkan, ketika kaum muslimin diserang, ketika bumi kaum muslimin itu dirampas termasuk di Palestina.
Maka akan muncul tanggung jawab untuk melakukan jihad, melakukan perjuangan, membebaskan dari penjajah, membebaskan dari kezaliman, membebaskan Islam dari tuduhan-tuduhan termasuk tuduhan radikallisme atau terorisme.
Dalam penutupannya, Ustazah mendoakan semoga anak-anak kita, generasi kita, memiliki pemahaman yang clear, memiliki pemahaman yang betul tentang hakikat jihad. Bahwa jihad itu tetap ada sampai hari kiamat, bahwa mereka juga memiliki kewajiban untuk menunjukkan pembelaan terhadap agama Allah dengan jihad di medan pertempuran.
Mereka tidak takut mati, tidak khawatir terluka, karena mereka ingin untuk masuk surga dengan cara yang luar biasa, yang mulia yaitu menjadi para syuhada. Wallahualam bissawab. [MKC/Rosita]