Pemboikotan Produk Israel Langkah Kecil Mendukung Palestina, Apa Langkah Besarnya?
OpiniCara inilah yang logis, yaitu militer negara melawan militer negara lain, bukan organisasi atau milisi. Seperti yang terjadi di Gaza Palestina
Maka masyarakat haruslah mampu mendorong penguasa dan militer untuk melakukan jihad. Inilah langkah besar yang harus dilakukan
____________________________________
Penulis Verawati, S.Pd.
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sudah sepuluh ribu lebih umat Islam di Gaza meregang nyawa dan ribuan lainnya luka-luka. Tidak hanya orang dewasa laki-laki tapi juga perempuan dan anak- anak turut menjadi korban. Kesulitan demi kesulitan hidup terus ada di depan mata mereka. Mirisnya, meski kondisinya sudah memprihatinkan tersebut respon dari negara-negara muslim terlihat adem ayem saja. Beberapa negara hanya melakukan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS).
Aksi BDS ini pun banyak dipelopori oleh individu dan masyarakat, bukan dilakukan langsung oleh negara. Masyarakat melakukan aksi pemboikotan misalnya, karena memang ini yang bisa dilakukan sebagai wujud dukungan terhadap muslim Palestina. Bahwa kaum muslimin masih memiliki rasa yang belum mati yaitu rasa persaudaraan.
Di Indonesia sendiri pemboikotan banyak dilakukan oleh individu dan diserukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pertanyaannya apakah dengan pemboikotan produk ini akan memberikan efek pada Israel? Berbagai komentar datang dari berbagai kalangan.
Menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan ada dua faktor yang memengaruhi efektivitas kampanye pemboikotan produk yang berafiliasi dengan Israel. Pertama, ketaatan masyarakat muslim pada fatwa MUI dan yang kedua, pengetahuan terhadap produk-produk yang berafiliasi dengan Israel. (voaindonesia[dot]com, 12/11/2023)
Beberapa netizen malah mempertanyakan jika mereka memboikot produk Israel, bagaimana dengan nasib para pekerja yang bekerja di perusahaan Israel tersebut. Ini yang paling ramai dan boikot juga sosial media buatan mereka.
Kalau dikatakan efektif atau tidak, berhasil atau tidak. Kembali lagi ini hanya merupakan ikhtiar sebagai wujud keberpihakan dan rasa yang dimiliki oleh umat Islam khususnya dan masyarakat di seluruh dunia. Tersebab hanya ini yang mereka bisa lakukan. Selain dengan mengirimkan doa, bantuan dana, dan logistik.
Tentu akan lain ceritanya jika pemboikotan ini dilakukan oleh negara. Pasti akan berpengaruh. Negaralah yang memutuskan hubungan dengan perusahaan Israel dan tidak lagi menjalin kerja sama apa pun dengan Israel. Namun sekali lagi, para penguasa diam saja. Mereka justru berlindung di bawah PBB dan PLO dengan hanya memberikan kecaman. Jadi boikot produk adalah langkah kecil umat Islam menentukan sikap peduli. Apa langkah besarnya?
Sejatinya umat Islam menginginkan bahwa saudaranya di Palestina mendapatkan kemerdekaan dan hidup damai. Akan tetapi keinginan tersebut tentu butuh dukungan penuh dari para pemegang kekuasaan dan kekuatan yaitu militer.
Cara inilah yang logis, yaitu militer negara melawan militer negara lain, bukan organisasi atau milisi. Seperti yang terjadi di Gaza Palestina. Maka masyarakat haruslah mampu mendorong penguasa dan militer untuk melakukan jihad. Inilah langkah besar yang harus dilakukan.
Untuk mewujudkan hal itu tentu membutuhkan kesadaran umum pada masyarakat. Kesadaran ini yang mampu mendorong penguasa dan militer untuk bersatu dan berjihad ke sana. Kesadaran umum ini akan memutuskan kepercayaan umat pada penguasa yang tidak mau berjuang.
Seruan untuk berjihad dan membantu saudaranya telah jelas dalam Al-Qur'an. Ketika itu dilakukan maka akan muncul kewibawaan umat Islam. Sebab, ketika jihad dilakukan hanya ada dua pilihan yaitu menang atau mati syahid. Dua-duanya pilihan yang mulia.
"Katakanlah (Muhammad), tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid). Dan kami menunggu-menunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan azab kepadamu dari sisi-Nya, atau (azab) melalui tangan kami. Maka tunggulah, sesungguhnya kami menunggu (pula) bersamamu.” (QS. At-Taubah: 52)
Ayat di atas begitu nyata. Bahwa militer ketika berjihad membebaskan saudaranya di Palestina akan mendapatkan balasan yang mulia. Tidak seperti saat ini, mereka seperti tuli dan bisu, padahal ketika mereka (militer) bersatu tentu akan mampu membebaskan Palestina.
Namun, faktanya saat ini negeri-negeri muslim sudah tersandera. Mereka berlindung di bawah ketiak Amerika dan Inggris. Mereka berlindung di bawah PLO, untuk mengamankan negeri mereka sendiri. Atas nama nasionalisme mereka merasa haram untuk membatu saudaranya di Palestina.
Jihad atau mengirimkan pasukan adalah solusi. Hanya saja untuk mewujudkannya butuh orang yang menggerakkannya. Siapa orang tersebut? Tidak lain adalah pemimpin umat Islam yaitu khalifah. Sang khalifah yang akan mengomando untuk jihad melawan Yahudi. Maka sebuah keniscayaan umat Islam saat ini untuk berjuang mewujudkannya. Wallahualam bissawab. [SJ]