Fenomena Asam Sulfat
Surat Pembaca
Seorang muslim yang baik, dia tidak akan berbuat atau beramal sebelum mengetahui status hukumnya, bukan begitu?
Bukankah kita suka bertanya kepada Ustaz berkaitan dengan perkara syariat apabila belum tahu status hukumnya?
______________________________
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Setelah pernyataan konyolnya tentang asam sulfat, kira-kira kekonyolan apalagi yang akan keluar dari mulut anak muda sang kandidat cawapres?
Gibran merupakan simbol saja dari suatu lambang akan fenomena terhadap gambaran buruk negeri konoha. Artinya kekonyolan sosok Gibran adalah satu noktah kecil keburukan dari gambaran umum buruknya negeri konoha.
Anehnya olok-olok ini hanya tertuju pada sosok sang anak penguasa, seakan-akan bahwa dialah sosok yang konyol.
Sementara, para kyai, kaum santri, pemuda hijrah, cendekiawan, insan pers, birokrat, sampai aparat jauh dari fenomena kekonyolan, apa memang iya begitu? Ya, ada pepatah kalau kuman di sebrang lautan bisa terlihat tapi kuda nil di pelupuk mata tidak terlihat.
Kalau mau muhasabah dan berpikir mendalam munculnya sosok Gibran karena ulah-ulah rakyat konoha juga. Lho, kok, kami rakyat yang disalahkan? Mengapa tidak, bukankah lahirnya calon pemimpin prematur ini karena memang hasil rekayasa hukum, dan hukum itu adalah demokrasi dan rakyat sangat menjunjung tinggi asas demokrasi. Beberapa saat lagi mayoritas rakyat akan berpesta pora yakni pesta demokrasi. Memang makhluk apa sih demokrasi itu?
Seorang muslim yang baik, dia tidak akan berbuat atau beramal sebelum mengetahui status hukumnya, bukan begitu? Bukankah kita suka bertanya kepada ustaz berkaitan dengan perkara syariat apabila belum tahu status hukumnya?
Tetapi kenapa kita tidak pernah bertanya tentang sesuatu yang asing, yang itu bukan pula istilah agama bahkan bukan lahir dari syariat Islam, seperti bertanya tentang demokrasi. Apakah memang rakyat negeri konoha sudah tahu bahkan paham apa itu demokrasi?
Kalau belum tahu apalagi paham, kok berani-beraninya mengamalkan demokrasi? Kalau tidak tahu, kenapa tidak bertanya seperti kita bertanya pada ustaz tentang masalah fikih ibadah?
Inilah yang dimaksud oleh penulis tentang kekonyolan Gibran adalah kekonyolan rakyat Indonesia juga, yang menjadikan demokrasi sebagai amal saleh. Olok-olok atas Gibran dengan asam sulfatnya, secara tidak langsung rakyat Indonesia lagi mengolok-olok diri sendiri, hanya picik saja dalam memandang. Astaghfirullah. Wallahu alam bissawab. [SJ]
Mang Aswan
Seniman Sunda Pemerhati Umat