Kecerdasan Spiritual Seperti Apa?
Surat Pembaca
Seorang muslim yang sudah meyakini Al-Qur'an sebagai petunjuk maka dia dalam berfikir akan menjadikan Al-Qur'an sebagai informasi awal dalam menganalisis fenomena apapun
Inilah kecerdasan religius atau kecerdasan spiritual
_________________
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Kecerdasan spiritual entah kapan dicetuskan. Tapi, penulis tidak akan terjebak pada istilah. Karena tulisan ini dibuat tidak untuk membahasnya.
Sekalipun demikian penulis hanya akan menggunakan istilah itu untuk mencoba memberikan atmosfer pemahaman lain tentang istilah kecerdasan spiritual.
Tidak sedikit yang memiliki pemahaman bahwa yang dimaksud kecerdasan spiritual adalah di mana ketika seseorang secara individual sangat kental dengan nilai-nilai ruhaniyah keagamaan. Contohnya kalau dia seorang muslim dia sering ke masjid untuk salat lima waktu secara berjamaah, rajin membaca Al-Qur'an, rajin shaum sunnah, ke mana-mana membawa tasbih, apalagi kalau bersangkutan pernah ibadah haji dan umrah. Wah! sempurna spiritualnya, hingga prototipe inilah orang yang telah memiliki kecerdasan spiritual. Kalau memang tipe begitu adalah orang yang memiliki kecerdasan spiritual jawabannya, Yes, tapi itu baru separuh. Lantas separuh lagi di mana?
Kecerdasan spiritual tidak dibatasi oleh nilai-nilai ruhani (hubungan individu dengan Sang Pencipta) sebab pemahaman itu telah mempersempit makna kecerdasan dan makna spiritual itu sendiri.
Padahal, bila seseorang telah memiliki kecerdasan, maka orang itu dalam hal berpikir sudah di atas berpikirnya orang-orang pintar. Apalagi diitambah dengan nilai spiritual (kerohanian/ kesadaran/transendental) seharusnya orang tersebut keren banget.
Mengapa demikian karena selain seseorang memiliki kecerdasan dalam berfikir artinya (kemampuan membaca fenomena yang ada) lalu kecerdasan berpikirnya senantiasa dia sandarkan kepada nilai-nilai ruhani ilahiyah (baca: akidah). Mungkin inilah tafsir dari kecerdasan spiritual.
Sekularisme Religius
Berbeda dengan Kecerdasan spiritual, di dalam alam nyata maupun alam maya ternyata kita kerap menemukan sekelompok orang yang terkesan religius atau spiritualnya keren, rajin salat berjamaah ke masjid, rajin shaum sunnah, bahkan pernah umrah. Akan tetapi ketika membaca fenomena-fenomena kehidupan kelompok tipe ini dalam berpikirnya malah menyandarkan pada kaidah-kaidah pemikiran manusia (baca barat).
Sementara, kitab suci yang berfungsi sebagai al-huda (petunjuk) yakni Al-Qur'anul karim, nyaris tidak dijadikan framenya dalam metodologi awal dalam berpikir. Memang ketika mengurai fenomena dipaparkan secara metodologis ilmiyah dan masuk akal tetapi bila dikaji secara transendental atau akidah (Al-Qur'an) ini sangat tidak relevan dengan bagaimana cara Al-Qur'an membimbing dalam berpikir agar seorang muslim tidak terjebak.
Seorang muslim yang sudah meyakini Al-Qur'an sebagai petunjuk maka dia dalam berpikir akan menjadikan Al-Qur'an sebagai informasi awal dalam menganalisis fenomena apapun. Inilah kecerdasan religius atau kecerdasan spiritual. Tentu hal ini sebagai bentuk sopan santun dalam berpikir seorang muslim dimana Al-Qur'an dan Sunah akan dijadikan pijakan sekaligus rujukan pertama dan utama tidak lantas mencukupkan pada hadis “antum a'lamu biumuridunnyakum” dalam menjustifikasi fakta. Wallahualam bissawab. [Dara]
Penulis Mang Aswan
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Seniman Sunda Pemerhati Politik Islam