Melatih Anak Memilih Makanan Halalan Tayiban
ParentingRasulullah saw. mengingatkan pada kita dalam sebuah hadis dari Ibnu Hibban,
“Barangsiapa yang tumbuh dagingnya dari sesuatu yang buruk dari sesuatu yang diharamkan maka neraka itu menjadi yang lebih layak bagi dia.”
______________________________________
Bersama Ustazah Dedeh Wahidah Achmad
KUNTUMCAHAYA.com, PARENTING - Ustazah Dedeh Wahidah Achmad dalam channel youtube Muslimah Media Center, memaparkan bagaimana cara melatih anak memilih makanan halalan tayiban.
Ustazah menjelaskan bahwa hidup dalam cengkeraman kapitalisme sekularisme dan jauh dari penerapan Islam kafah, ketika syariat Islam tidak diterapkan oleh negara. Hal ini sangat luar biasa sulitnya. Berbagai masalah kehidupan kita hadapi, kesulitan itu datang silih berganti termasuk di dalam kesulitan mendapatkan makanan yang halalan thayyiban.
Ustazah mengatakan kalau kita melihat sekarang di pasar, di toko-toko atau mungkin di online bertebaran banyak jenis makanan yang kalau kita lihat dia dari sisi kehalalannya diragukan, apalagi dari sisi kethayibannya, kebaikannya.
Padahal yang namanya makanan itu adalah kebutuhan asasi, kebutuhan dasar bagi siapa pun. Karena makanan, kita bisa sehat atau sebaliknya makanan tersebut akan mendatangkan berbagai penyakit. Dan tentu saja ketika orang sakit maka dampak berikutnya adalah dia tidak bisa melakukan aktivitas dalam kehidupan ini. Termasuk menjadi malas beribadah, malas berdakwah kemudian dia terhalang untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang lain.
Ustazah menyampaikan, tentu saja kita tidak menghendaki itu terjadi pada diri kita, pada generasi kita, pada umat mukmin ini. Kenapa demikian? Karena seorang mukmin dia harus menjadi mukmin yang kuat, mukmin yang qowiyyun (kuat) bukan mukmin yang lemah.
Termasuk bukan mukmin yang lemah dari sisi fisik, kenapa? Karena kalau mukmin itu lemah, akan mudah untuk dihancurkan, akan mudah untuk diserang. Ketika mukmin itu lemah, maka dia pun akan sulit untuk melakukan kebangkitan, untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Ustazah memaparkan bagaimana dalam Islam tata cara atau aturan terkait dengan makanan ini dan bagaimana kita sebagai orang tua mendidik membiasakan pola makan kepada anak-anak kita, dengan pola makan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Sehingga dengan pola tersebut, insya Allah nanti akan lahir generasi-generasi yang kuat, generasi khairul ummah yang akan berada di garda terdepan dalam perjuangan.
Terkait dengan makanan ini, Allah Swt. mengarahkan kita di dalam firmannya, Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 168, “Wahai sekalian manusia, makanlah oleh kalian apa saja yang ada di bumi yang halal dan baik dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.”
Ustazah menambahkan bahwa di ayat ini kita memahami bahwa ada batasan di dalam makanan itu. Pertama, harus halal artinya sekalipun kita suka, sekalipun orang lain melakukan, sekalipun kita dikasih secara gratis tidak perlu mengeluarkan biaya tetapi kalau itu tidak halal dan haram maka seorang mukmin tidak boleh.
Ustazah melanjutkan, kenapa karena walaupun dia memasukkan ke dalam tubuhnya, memakannya, maka dia akan dicabut dari keberkahan, dia akan dijauhkan dari kebaikan. Makanan itu tidak akan mendatangkan kesehatan, justru dia akan terjebak kepada sesuatu yang diharamkan oleh Allah Swt. konsekuensinya dosa.
Konsekuensi yang pertama, seorang mukmin bukan mengikuti hawa nafsunya tetapi batas pertama yang harus dipastikan apakah makanan itu halal atau tidak. Kemudian yang berikutnya halalan tayiban. Sebagai seorang mukmin, anak-anak kita harus terbiasa memakan yang tayib yang baik untuk tubuhnya.
Ustazah menjelaskan bahwa makanan yang tayib itu apa saja, pertama melihat dari sisi jumlahnya. Makanan itu baik dalam porsi tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh. Tetapi kalau sudah melebihi batas atau terlalu banyak, maka tubuh ini bukan akan menyerapnya, bukan akan mengolahnya menjadi nutrisi, menjadi sesuatu yang baik bagi tubuh.
Tapi justru sebaliknya, makanan itu akan menjadi racun. Tubuh akan menjadi rusak karena terlalu mengonsumsi sesuatu yang tidak baik untuk tubuhnya, maka seorang mukmin akan makan sesuai dengan tubuhnya.
Ustazah mengungkapkan bahwa Rasulullah saw. memberikan kepada kita contoh makanlah sebelum kita lapar dan berhentilah sebelum kita kenyang. Kemudian berikutnya makanan yang tidak thayyib itu karena zatnya yang dikandungnya, seperti mengandung zat aditif, pewarna buatan, pemanis buatan, termasuk perasa buatannya.
Bagi orang-orang yang di dalam benaknya hanya dikuasai oleh pemikiran kapitalisme yang penting makanan itu disukai, yang penting makanannya bisa terjual besar dengan modal produksi sekecil-kecilnya, maka dia akan membuat makanan itu dengan sebanyak-banyaknya dengan modal kecil.
Ustazah menambahkan bahwa perasa buatan, pemanis buatan, pewarna buatan, tentu dari sisi biaya produksi dia lebih rendah daripada pemanis alami. Seseorang kapitalis dia tidak berpikir apakah dampaknya akan buruk atau baik bagi tubuh, yang penting dia bisa mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Nah karena itu, maka wajar kalau kemudian di pasaran, di toko-toko banyak beredar makanan-makanan terutama mungkin bagi anak-anak dari sisi kethayyibannya itu sangat jauh. Dia membahayakan mungkin ada pemicu zat kanker, dia akan melahirkan diabetes, dan lain sebagainya. Sehingga kemudian muncul penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Jadi dalam konsep Islam makanan itu adalah halalan thayyiban.
Ustazah bertanya, apa yang harus kita lakukan supaya anak-anak kita terbiasa dalam makanan mengonsumsi itu, bukan hanya mengikuti keinginan, bukan hanya mengikuti tren tapi kembali kepada standar halalan thayyiban?
Yang pertama yang harus dilakukan kepada anak kita bahwa hidup seorang muslim apa pun yang dilakukan akan dihisab oleh Allah Swt.. Tidak ada perbuatan manusia di dunia ini yang akan lepas dari perhitungan Allah Swt. termasuk di dalam makanan.
Kedua, ajarkan konsep tadi bahwa seorang mukmin di dalam makan itu, dia harus memastikan kehalalannya dan kethayyibannya. Jadi bukan hanya sekadar mengikuti selera, mengikuti trennya, mengikuti kuliner yang sekarang sedang diviralkan, tapi dia biasakan anak-anak kita yang pertama harus dilakukan adalah mengecek kehalalan dan kethayyibannya. Tentu ini dicontohkan oleh ibunya.
Ketiga, kalau membeli makanan, menyajikan makanan, mendapatkan makanan biasakan tadi cek ingredientnya. Terbuat dari apa makanan itu, kalau ibunya hati-hati, terbiasa mengecek, maka anak-anak juga akan terbiasa. Sebaliknya, ketika ibunya tidak waspada wajar kalau kemudian anaknya pun mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh ibunya.
Keempat, kewajiban kita menyediakan makanan halalan tayiban tersebut. Alangkah sulitnya seorang anak kalau dia secara pemahaman untuk halalan tayiban, tapi kalau yang disajikan oleh ibunya yang dihadirkan di meja makan yang terlihat oleh anak-anak itu bukan makanan halal tayib.
Pasti akan berat sekali bagi anak. Di satu sisi dia harus memilih makanan yang baik, tetapi di sisi lain yang ada di sekitarnya dia justru makanan yang tidak baik. Maka dari itu, biasakan hadirkan di rumah kita makanan yang halal tayib.
Kemudian Ustazah melanjutkan bahwa anak-anak kita juga harus dibangun kewaspadaan bahwa sekarang kita hidup dalam dunia kapitalis sekuler. Sehingga mereka alarmnya itu akan sensitif ketika mereka di luar sana. Boleh jadi akan menghadapi makanan-makanan yang tidak dipastikan kehalalannya dan ketayibannya.
Ustazah menjelaskan lagi bahwa prinsip orang sekarang, bukan mendapatkan pahala dari Allah, bukan memastikan kesesuaiannya dengan syariat Allah, tapi hanya mengejar keuntungan sebesar-besarnya dan itu boleh jadi akan dihadapi oleh anak-anak kita di luar sana.
Mungkin makanan tersebut bercampur dengan daging babi, dengan alkohol, dengan najis, dan lain sebagainya. Sehingga anak kita akan terbangun kewaspadaan ketika mereka berhadapan di masyarakat. Bahwa masyarakat sekarang itu jauh dari perlindungan, masyarakat yang tidak memiliki institusi yang melindungi mereka dari keharaman.
Sehingga kewaspadaan secara personal itu harus ditumbuhkan pada anak kita. Biasakan mereka untuk memastikan. Karena di luar sana banyak sekali makanan-makanan yang tidak halal juga tidak tayib.
Kemudian berikutnya yang harus diajarkan kepada anak-anak kita konsekuensi dari melakukan pelanggaran, dampak kalau makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka tidak halal dan tidak baik.
Rasulullah saw. mengingatkan pada kita dalam sebuah hadis dari Ibnu Hibban, “Barangsiapa yang tumbuh dagingnya dari sesuatu yang buruk dari sesuatu yang diharamkan maka neraka itu menjadi yang lebih layak bagi dia.”
Ustazah memaparkan bahwa anak kita harus paham dampak kalau mereka tidak terikat kepada aturan halal haram di dalam makanan, maka makanan itu akan berkonsekuensi. Sehingga kalau pemahaman ini sudah terhuni pada anak-anak kita sekalipun jauh dari kita, sekalipun mereka dihadapkan kepada makanan-makanan yang tidak halal dan tidak thayyib, tapi alarm mereka akan senantiasa bunyi. Kenapa? Karena mereka takut akan masuk neraka. Mereka takut kepada hisab di sisi Allah.
Kemudian yang berikutnya kita diajarkan oleh Rasulullah saw. dan kita pun harus mengajarkan kepada anak-anak kita dengan doa, “Ya Allah cukupkanlah kami dengan sesuatu yang engkau halalkan dan juga jauhkan kami dari sesuatu yang diharamkan."
Pada akhir perjumpaan Ustazah menyampaikan untuk mengajak anak-anak kita untuk peduli lingkungan sekitar untuk peduli pada umat, karena tidak mungkin kita bisa mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib ketika di luar, di masyarakat bertebaran makanan-makanan yang tidak halal dan tidak thayyib.
Karena tidak dipastikan oleh negara kebaikannya. Yang ada hanya ketika negara menerapkan Islam kafah. Ketika negara bertanggung jawab terhadap kehalalan yang akan dikonsumsi oleh masyarakatnya, itulah Khilafah Islamiyyah. Anak-anak kita harus tahu, harus peduli, ketika hidupnya ingin hanya mengonsumsi yang halal dan tayib maka itu hanya mungkin terjadi ketika tegak Khilafah Islamiyah.
Dan Ustazah juga mendoakan kita semoga kita dan anak-anak kita dilindungi oleh Allah Swt. dari sesuatu yang diharamkan, termasuk makanan-makanan yang haram. Dan semoga kita berkontribusi untuk tegaknya institusi akan menjaga kehalalan makanan kita. Yaitu Khilafah Islamiyyah. Wallahualam bissawab. [MKC/Rosita]