Menguatkan Iman Lewat Perjuangan Pemuda di Gaza
OpiniJika kita belum mampu, maka kita perlu motivasi dan kita bisa melihatnya di jiwa para pemuda Al-Aqsa, yang berjuang menjaga agama dan harga diri mereka
Menjadikan Islam sebagai tempat teduh terbaik dan Allah tempat keluh terampuh
__________________________________________
Penulis Gosa
Kontributor Media Kuntum Cahaya Aktivis Dakwah Lampung
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Mungkin kita hanya dapat menghela napas panjang sekarang. Ternyata perjuangan kaum muslimin dalam membela Islam di Palestina hingga tetes darah penghabisan belum tampak menggoreskan secuil makna di sebagian pemuda muslim di negeri lainnya.
Yeah, boro-boro menggores hati mereka, persoalan beritanya saja belum tentu diketahui mereka. Apa yang sebenarnya terjadi di Gaza? Kenapa para entitas Yahudi begitu masifnya seperti virus yang menggerogoti wilayah bangunan dan umat di sana?
Beralasan ingin merebut wilayah tapi arah panahnya pada wanita dan usia belia? Bahkan sekadar Al-Aqsa saja, apakah kita bisa yakin, pemuda zaman ini tahu dan mengerti?
Ribuan pemuda yang terserang oleh pemikirannya, akan sulit paham dengan kejadian di Palestina sana. Yang difokuskan hanya bagaimana memuaskan nafsu belaka tanpa peduli seperti apa kualitas iman pemuda yang katanya penerus generasi dan bangsa.
Dikutip dari Detikjabar, 6 siswa SMP dan SMK di Sukabumi ketahuan janjian konvoi sambil membawa senjata tajam (sajam) pada Selasa (8/10/2023) pukul 15.30 WIB.
Di laman yang sama, siswa kelas 3 SMP berusia 15 tahun di Purwakarta jadi bandar narkoba usai dilakukan penyelidikan pada Minggu. (12/3/2023)
Masih ingatkah dengan viralnya aksi dispensasi nikah dan maraknya perzinaan pada awal dan pertengahan tahun 2023?
Begitu koyaknya perkembangan generasi yang terjadi di negeri ini, ratusan bahkan ribuan pemuda banyak yang lupa akan siapa dirinya, lupa bagaimana semestinya mereka bergerak untuk memperjuangkan generasi setelah mereka. Iming-iming kesenangan dunia tampak seolah menjadi menutupi atas aktivitas mereka.
Begitu banyak pemuda yang tak mengenali diri mereka sendiri, sudah lupa akan peran yang seharusnya mereka abdikan bagi agama dan kemuliaan umat.
Pemuda yang menjadi tolak ukur kualitas suatu peradaban negara, kini terbukti telah lemah. Bahkan atas diri mereka sendiri dalam mengendalikan nafsu yang makin beragam cara pemuasannya.
Bisakah kita perhatikan bagaimana perjuangan pemuda di timur Gaza sana? Yang dengan tangan kosong mereka, dengan ucapan semangat yang membara, mereka berani memberikan kontribusi besar bagi agama dan umat. Memberikan peran yang sudah semestinya dilakukan sebagai seorang "pemuda".
Tapi, apakah itu berpengaruh untuk menggugah pemuda di negeri kita? Ya, sebagian berpengaruh, berani mengeraskan suara tanpa henti di sosial media. Dengan tangan dan ucapan siap mewujudkan peradaban gemilang.
Namun tak sedikit pula dari kita yang sama sekali tak acuh dengan kejadian di Palestina sana. Bahkan dari pemuda ada yang mengatakan bahwa kejadian di Palestina sana adalah hal biasa yang sebaiknya dari kita tak usah ikut campur. Percuma, memangnya dengan kita bantu mereka secara persuasif di media sosial, akan membuat "penjajahan itu terhenti? Oh tentu tidak".
Memang tidak, tapi setidaknya kita telah membuktikan pada Allah, kita ada di pihak yang mana. Seperti cerita familiar dahulu saat Nabi Ibrahim as. dibakar oleh Raja Namruz.
Pada saat burung pipit yang berusaha mengambil air dengan paruh kecilnya untuk berusaha meredam api yang membakar tubuh Ibrahim. Terlihatlah cicak yang tertawa melihat kegiatan burung pipit.
Ia berkata, "Wahai pipit, bodoh sekali yang kamu lakukan, lihatlah saja hasil air yang kamu bawa dengan paruh kecilmu itu, tidak mungkin mampu memadamkan api yang membakar tubuh Ibrahim."
Burung Pipit tak tertegun, ia malah menjawab, "Wahai cicak, memanglah tidak mungkin air yang sedikit ini bisa memadamkan api yang sangat besar itu. Tapi aku ingin menunjukkan kepada Allah, bahwa aku dengan paruh kecil ini tidak diam saja melihat sesuatu yang Allah cintai dizalimi, dan aku tahu bahwa Allah tidak melihat apakah usahaku ini berhasil atau tidak untuk memadamkan api. Namun Allah tahu bahwa di mana aku berpihak," ujar burung pipit menjelaskan.
Lantas cicak hanya terus tertawa sambil menjulurkan lidah kecilnya untuk meniup api besar yang membakar Nabi Ibrahim as.. Seolah ia yakin usahanya membuat api tersebut tambah besar. Allah pun tahu perbuatan cicak membuatnya ada di pihak yang mana.
Hikayat ini terjadi sekarang dan akan terus berulang. Saat Al-Qur'an dinistakan, suara azan dipermasalahkan, bendera tauhid dibakar dan pembela agama dikriminalisasi.
Memang sudah sepantasnya kita yang juga sebagai pemuda dapat memahami diri kita, peran apa yang mesti kita lakukan. Kita yang harus terus berkobar mengoarkan Islam secara menyeluruh, berdakwah di depan banyak orang, memberikan kontribusi apa pun yang dapat menjadikan Islam sebagai obrolan keseharian.
Jika kita belum mampu, maka kita perlu motivasi dan kita bisa melihatnya di jiwa para pemuda Al-Aqsa, yang berjuang menjaga agama dan harga diri mereka. Menjadikan Islam sebagai tempat teduh terbaik dan Allah tempat keluh terampuh.
Iman kita yang belum ada apa-apanya dengan pemuda di Gaza sana, bisa menjadi charger iman diri setiap kali melihat mereka. Bahkan hanya dari wajah tegas dan membara di netra mereka. Kita mampu menjadi pemuda dengan semangat membara. Di belahan bumi sana banyak pemuda dengan segala pencapaiannya. Maka bagi kita itu bukan hal yang sulit jika pemuda lain berhasil mewujudkannya.
Ingatlah kawan, pemuda akan kuat jika yang mereka pegang bukan lagi tentang dunia, cinta, dan isinya. Tapi yang dipegang adalah akhirat, rida Allah, dan segala yang berkaitan di dalamnya. Wallahualam bissawab. [SJ]