Berbagai Terobosan, Mungkinkah Pendidikan dalam Kapitalisme Meningkatkan Ketakwaan Generasi?
OpiniPenerapan sistem sekulerisme yang menjadi dasar penerapan sistem pendidikan di negeri ini menjadikan pelajaran agama tidak penting
Agama sebatas pelajaran formal dengan jumlah minim atau dengan kata lain agama tidak lagi menjadi acuan dalam sistem ini
_______________________________________
Penulis Irmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan. Dengan pendidikan, generasi dapat mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian dan keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkannya berbagai regulasi dilakukan oleh pemerintah.
Dilansir dari Kendari Pos Fajar (27/12/2023), Pemerintah Kabupaten Muna Barat terus berupaya mendorong peningkatan nilai-nilai keagamaan di sekolah yang diwujudkan melalui program ngaji masuk di sekolah. Harapannya dengan program ini keimanan dan ketakwaan kepada Allah meningkat dan bacaan Al-Qur'an menjadi fasih. Hal ini tercatat dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) yaitu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu sasarannya meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pelaksanaanya Pemkab Mubar memberikan insentif pada guru dalam hitungan 6 bulan sebesar Rp1.800.000.
Penggagasan program ngaji dalan mendorong peningkatan nilai-nilai keagamaan di sekolah sebenarnya tidak ada yang salah. Mengingat program tersebut harapannya keimanan dan ketakwaan meningkat. Akan tetapi, di sisi lain program ini hanya berskala pada daerah bukan negara. Meski, program ini telah digagas dalam skala negara, mungkinkah harapan tersebut terwujud bila sistem yang digunakan masih kapitalis sekuler?
Bukan rahasia publik lagi, berbagai ketimpangan di dunia pendidikan terus terjadi. Di antaranya adalah tawuran, pergaulan bebas, kehamilan di luar nikah, maraknya kasus bunuh diri, terlilit utang pinjol dan persoalan keluarga. Selain itu, masalah yang sering menimpa para pelajar adalah perundungan, perkelahian, narkoba hingga pembunuhan. Rentetan fakta tersebut menunjukan pendidikan semakin terpuruk belum sesuai harapan dapat merubah generasi pelajar lebih baik.
Penerapan sistem sekularisme yang menjadi dasar penerapan sistem pendidikan di negeri ini menjadikan pelajaran agama tidak penting. Agama sebatas pelajaran formal dengan jumlah minim atau dengan kata lain agama tidak lagi menjadi acuan dalam sistem ini. Sistem yang mengacu pada aturan berdasarkan akal manusia yang lemah dan terbatas.
Generasi hanya didorong menjadi pekerja yang menghasilkan banyak materi tanpa memikirkan masalah umat dan akan menjadi generasi yang krisis identitas. Cerdas secara akademik tetapi minim dalam spritual. Meski, negeri ini telah berkali-kali ganti kurikulum dan revolusi serta berbagai terobosan regulasi berbasis pendidikan karakter tak berdaya menghadapi pendidikan yang makin parah.
Sebaik apapun program pendidikan, jika masih menggunakan standar sekuler, tidak akan menghasilkan generasi yang berkualitas, mulia, dan cemerlang, berkepribadian unggul di tengah masyarakat. Pasalnya tak menyentuh akar persoalannya.
Berbeda dengan Islam. Sistem pendidikan dalam Islam bersifat komprehensif dan mengacu pada Al-Qur'an serta As-Sunah yang disyariatkan Allah Swt.. Pemerintah Islam bertanggung jawab untuk menerapkan pendidikan Islam dan menjamin pelaksanaannya.
Tujuan pendidikan dalam Islam bukan mencari pekerjaan, namun untuk membentuk manusia yang berkepribadian Islam, berakhlak mulia, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, dalam sistem pendidikan, agama menjadi hal penting dalam Islam. Untuk mengatur pendidikan yang mampu mencerdaskan terdapat beberapa strategi dalam Islam di antaranya:
Pertama, akidah Islam menjadi landasan dalam membuat aturan negara termasuk regulasi pendidikan yang menyusun dan menerapkan kurikulum atas asas akidah Islam. Semua perangkat pembelajaran merujuk pada penguatan akidah dan pemikiran Islam pada generasi. Dengan demikian, generasi sadar bahwa seluruh hidupnya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Kedua, negara memberi fasilitas yang memadai dengan kualitas terbaik, gratis serta memberi apresiasi yang sebesar-besarnya terhadap anak didik serta pendidik. Dalam catatan sejarah terbukti pada masa Umar bin Khattab guru mengajar setingkat TK digaji 15 Dinar per bulan atau setara 30-33 juta rupiah.
Oleh karena itu, selama generasi dalam sistem pendidikan kapitalisme sekuler tidak akan membentuk profil generasi taat, mulia dan cemerlang. Semua itu hanya terwujud dengan menerapkan sistem pemerintahan Islam yaitu sistem pendidikan Islam yang menerapkan Islam secara menyeluruh. Wallahualam bissawab. [Dara]