Ketika Munkar dan Nakir Bertanya
Puisi
Ya Allah ... sungguh tak terbayang diri ini
Saat Munkar dan Nakir dengan suaranya yang menggelegar melontarkan pertanyaan
Sanggupkah diri menjawab dengan lantang dan tegas
Sedang raga tak kuasa melawan
Sendiri dalam gelap dan sunyi
Tiada kawan menemani
_________________________
Penulis Arda Sya'roni
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, PUISI -- Ketika Munkar dan Nakir bertanya
Man Robbuka? Siapa Tuhanmu?
Apakah yang kan kita jawab?
Mampukah kita jawab dengan benar
Apabila hati tak pernah terpaut pada-Nya
Tak pernah berkhalwat dengan-Nya
Tak pula taat dan tunduk pada aturan-Nya
Lisan pun tak dibasahi oleh dzikrullah
Bahkan dengan sengaja kita berTuhan pada selain Allah
Ketika Munkar dan Nakir bertanya
Man diinuka? Apa agamamu?
Mampukah kita jawab dengan lantang
Apabila kita abaikan segala perintah Allah
Kita abaikan segala aturan-Nya
Salat, puasa, zakat hanya dianggap sebuah ritual ibadah semata
Sekedar untuk menggugurkan kewajiban
Aurat tak tertutup sempurna demi sebuah eksistensi diri
Ilmu agama tak lagi dijadikan pondasi kehidupan
Bahkan bermaksiat pun adalah hal biasa
Tak lagi mengusik hati akan bertambahnya dosa diri
Ketika Munkar dan Nakir bertanya
Man nabiyyuka? Siapa nabimu?
Yakinkah kita kan memberi jawaban yang benar
Bila semasa hidup tak mengenalinya
Tak kita jadikan Rasulullah sebagai tauladan
Tak kita cintai beliau dengan sepenuh hati
Lisan pun tak dibasahi oleh shalawat
Bahkan dengan sengaja kita jadikan sunahnya sebagai bahan candaan
Ketika Munkar dan Nakir bertanya
Man kitaabuka? Apa kitabmu?
Akankah pertanyaan itu terjawab dengan mudah
Apabila semasa hidup tak pernah mentadabburi Al-Quran
Tangan tak pernah sentuh Al-Quran
Mata tak pernah membaca ayat demi ayat
Lisan tak pernah melantunkan kalam Illahi
Telinga tak pernah mendengar murottal
Hati, jiwa dan raga pun tak pernah menerapkan apa yang tercantum di dalamnya.
Al-Quran hanya sebagai pajangan dalam rumah
Tanpa pernah menerapkan ilmu yang terkandung di dalamnya
Ketika Munkar dan Nakir bertanya
Aina qiblaatuka? Mana kiblatmu?
Akankah mudah kita menjawabnya?
Apabila salat tak pernah ditegakkan
Jangankan salat sunnah
Salat wajib pun begitu ringan ditinggalkan
Enggan berhaji dan umroh meski harta berlimpah
Ketika Munkar dan Nakir bertanya
Man ikhwaanuka? siapa saudaramu?
Yakinkah kita mampu menjawabnya?
Bila tak terjalin ukhuwah di antara kita
Bila kita tak saling menasehati sesama muslim
Bila kita acuh dengan keadaan umat di sekitar kita
Tak kita hiraukan derita kaum muslim lainnya
Telinga seakan tak mendengar jerit tangis mereka
Mata terpejam saat menyaksikan penindasan pada mereka
Tangan tak kita ulurkan tuk sekedar meringankan beban mereka
Bahkan terkadang dengan sengaja kita perlakukan mereka dengan buruk
Fitnah, caci, cerca pun seakan ringan kita lakukan atas diri muslim yang lain
Ya Allah ... sungguh tak terbayang diri ini
Saat Munkar dan Nakir dengan suaranya yang menggelegar melontarkan pertanyaan
Sanggupkah diri menjawab dengan lantang dan tegas
Sedang raga tak kuasa melawan
Sendiri dalam gelap dan sunyi
Tiada kawan menemani
Hanya doa yang ku pinta darimu Ya Allah
Agar istiqomah kujalani nikmatnya iman
Saat rida-Mu membersamai langkah kami
Meniti hari dalam teguhnya iman dan Islam
Di tengah ragam fitnah yang mendera
Aamiin [GSM]