Mengapa Bencana Banjir Terus Terulang?
OpiniPrinsip untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya telah memunculkan keserakahan kepada mereka pemangku jabatan. Dari sini nampak jelas jika musibah yang terjadi bukan semata-mata karena bencana alam seperti yang diungkapkan sebelumnya
Namun, karena ulah manusia yang tidak amanah saat diberi tanggung jawab. Dari sini jelas sistem kapitalisme telah menyengsarakan dan harus dihentikan dengan sistem yang akan memberi rahmat bagi seluruh alam yaitu Islam
_________________
Penulis Khatimah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Dakwah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dalam kehidupan manusia, musibah adalah sebuah keniscayaan. Hal tersebut merupakan takdir dari Allah subhanahu wa ta’ala yang hadir untuk menguji kesabaran sekaligus mengingatkan bahwa Allah yang Mahakuasa. Begitupun dengan banjir yang terjadi di beberapa wilayah saat memasuki musim penghujan. Apakah murni karena kehendak Illahi?
Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, mencatat sedikitnya 6.000 orang dari sejumlah daerah di provinsi tersebut mengungsi akibat rumah, lahan dan tempat usaha mereka terdampak banjir sejak beberapa pekan terakhir ini. M. Edy Afrizal yang merupakan kepala BPBD Riau mengungkapkan jumlah korban banjir terus bertambah. Pihaknya mencatat jumlah warga yang mengungsi akibat banjir sudah mencapai 6.467 jiwa. Banjir tersebut menggenangi fasilitas umum seperti jalan, masjid dan sekolah. Sebanyak 29 SMA sederajat di Riau meliburkan siswa mereka karena ruang kelas terendam begitu juga untuk sekolah dasar. (CNNIndonesia, 13/01/2024)
Banjir yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, itu semua erat kaitannya dengan pembangunan yang semakin masif di beberapa wilayah jauh dari perencanaan secara komprehensif dan mendalam. Sehingga tidak bisa menampung atau menyerap curah hujan. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Tata kelola kota yang salah menjadi sebab musibah banjir melanda. Seperti pembangunan industri di wilayah perkotaan, beralihnya fungsi lahan, gunung-gunung dan hutan yang ditebang secara liar untuk dijadikan kawasan wisata dan sebagainya. Sehingga serapan air semakin berkurang.
Inilah model pembangunan yang dibangun atas asas kapitalisme yang hanya mengutamakan keuntungan dan abai terhadap dampak lingkungan. Terlebih lagi sistem kapitalisme yang dijadikan rujukan dalam mengatur dan mengelola tata ruang kehidupan lebih mementingkan para investor pemilik modal. Dan dengan mudahnya negara memberi kebebasan untuk memilikinya.
Prinsip untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya telah memunculkan keserakahan kepada mereka pemangku jabatan. Dari sini nampak jelas jika musibah yang terjadi bukan semata-mata karena bencana alam seperti yang diungkapkan sebelumnya. Namun, karena ulah manusia yang tidak amanah saat diberi tanggung jawab. Dari sini jelas sistem kapitalisme telah menyengsarakan dan harus dihentikan dengan sistem yang akan memberi rahmat bagi seluruh alam yaitu Islam.
Kebijakan pembangunan dalam Islam mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat dan menjaga lingkungan agar tetap dalam keharmonisa. Keamanan dan kenyamanan dalam pembangunan menjadi prioritas negara yang menerapkan aturan Allah Swt., yang memiliki prinsip:
1. Pembangunan adalah tanggung jawab negara, tidak diserahkan kepada pihak asing, maupun para investor pemilik modal.
2. Memiliki perencanaan yang baik untuk kemaslahatan umat ke depan, tidak merusak ekosistem yang ada. Lahan, hutan, dan gunung-gunung dilestarikan agar berjalan sesuai fungsinya.
3. Pembangunan dilaksanakan untuk memberi fasilitas kemudahan dan kepentingan umat dalam menjalani kehidupan. Sebagai contoh ketika Baghdad dibangun sebagai ibu kota, setiap bagian kota direncanakan untuk kebaikan penduduk. Di sana di bangun industri, masjid, sekolah, perpustakaan, taman, tempat singgah bagi musafir, pemakaman umum, dan tempat pengelolaan sampah. Sangat terpadu sehingga warga tak perlu menempuh perjalanan jauh untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Penguasa menjalankan tugasnya berdasarkan hukum Allah dan Rasul-Nya. Jelas bahwa pembangunan dalam Islam bukanlah sebagai ajang bisnis, dengan dalih investasi. Islam akan melarang Asing untuk menguasai sumber kekayaan yang ada di dalam negeri kaum Muslimin. Tidak akan ada celah bagi Asing untuk berdiplomasi.
Jadi, setiap bencana yang terjadi merupakan salah satu bentuk ujian, peringatan, atau teguran atas kelalaian dan kedurhakaan manusia kepada Allah Swt., tergantung manusianya dan aturan yang diberlakukan. Apakah negeri ini akan terus melakukan kecurangan dengan menantang azab Allah dengan melakukan pembangunan tanpa peduli lingkungan dan masyarakat?
Allah Swt. berfirman yang artinya:
"Apakah kalian merasa aman dari azab Allah yang berkuasa di langit, saat Allah menjungkirbalikkan bumi bersama kalian. Lalu dengan itu bumi tiba-tiba berguncang? Ataukah kalian merasa aman dari azab Allah yang Maha Kuasa di langit saat mengirim angin disertai debu dan kerikil, lalu kelak kalian akan tahu bagaimana akibat mendustakan peringatan-Ku?" (QS Al-Mulk: 16-17)
Jangan biarkan rakyat terus terpuruk karena kezaliman penguasa. Tidak ada solusi lain kecuali kembali pada aturan dari Rabb, pencipta semesta alam ini, tinggalkan sistem kapitalisme. Sudah saatnya umat muslim kembali pada fitrahnya dengan menerapkan sistem Islam secara sempurna yang akan memberi rahmat bagi kehidupan dunia. Wallahualam bissawab. [Dara]