Mengelola Rasa Dendam, Raih Bahagia Hanya dengan Islam
Tsaqafah
Menurut pandangan Islam, kita punya kewajiban untuk mengelola rasa dendam tersebut
Kalau ada lintasan, kalau ada dorongan untuk mendendam maka harus segera dihindarkan
______________________________
KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - Melalui channel youtube Muslimah Media Center (MMC), Ustazah Dedeh Wahidah Achmad memberikan penjelasan tentang bagaimana caranya agar kita sebagai seorang muslim bisa terhindar dari perbuatan dosa, akibat rasa dendam yang senantiasa tertanam di dalam dada.
Sekaligus menanggapi maraknya berita, baik di media cetak maupun media sosial yang kadang membuat hati kita miris. Bahkan juga memunculkan ketakutan atas apa yang terjadi dengan kehidupan hari ini.
Sungguh, sangat luar biasa kita rasakan dampak dari diterapkannya sistem kapitalisme- sekularisme di negeri ini. Sistem ini telah melahirkan orang-orang yang secara perasaannya telah tercabut, dan secara akal sehat pun sudah dijauhkan. Seperti, suami yang tega membunuh istrinya, hingga memutilasi menjadi sepuluh bagian.
Ada juga orang tua yang membunuh, memerkosa anaknya. Seorang anak membunuh orang tuanya, kekasih yang membunuh pasangannya, hanya karena sakit hati dan kecewa. Mungkin, dulu menurut kita tidak mungkin dilakukan dan hanya ada di film, novel, tapi sekarang kejadian itu serius ada di sekeliling kita.
Lalu kenapa semua itu bisa terjadi ? Ustazah Dedeh menjelaskan, secara umum dapat disimpulkan jika semua itu terjadi karena manusia jauh dari ajaran agama. Tidak lagi terikat dengan syariat Islam, tidak lagi memedulikan halal-haram. Parahnya lagi, manusia kini tidak lagi takut dengan azab Allah Swt.. Dalam pikirannya hanyalah bagaimana cara melampiaskan apa yang menjadi keinginannya, mengikuti hawa nafsu.
Tentu, kita tidak mau hal seperti ini terus berlangsung. Kaum muslimin dan keluarganya terus-menerus diancam dengan berbagai kerusakan. Untuk itu, kita harus melakukan upaya perbaikan, baik sebagai individu, keluarga, juga sebagai bagian dari umat Islam.
Kita harus menyadari bahwa banyaknya orang yang kehilangan akal sehat, tidak lagi memiliki rasa, sama seperti halnya binatang, bahkan lebih keji dari binatang, itu karena adanya sifat pendendam.
Dendam adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang yang menginginkan keburukan terjadi pada orang yang ia dendam. Ia ingin apa yang terjadi pada dirinya juga terjadi pada orang lain. Kalau dendamnya pada teman, maka ia ingin temannya mendapatkan sesuatu yang akan membuat menderita, bahkan bisa berujung pada kematian.
Sementara itu, sifat dendam dalam Islam adalah sifat yang sangat dibenci oleh Allah Swt.. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda:
"Seburuk-buruknya orang yang dibenci oleh Allah Swt. adalah orang yang menaruh dendam kesumat." (HR. Muslim).
Menurut pandangan Islam, kita punya kewajiban untuk mengelola rasa dendam tersebut. Kalau ada lintasan, kalau ada dorongan untuk mendendam maka harus segera dihindarkan. Karena hal itu akan mendatangkan kebencian di sisi Allah Swt. Hal yang harus dilakukan untuk menghindari rasa dendam yaitu:
Pertama, kita harus memahami apa saja yang bisa menjadi pemicu bagi seseorang mempunyai rasa dendam. Mungkin, karena merasa dikhianati, seorang istri merasa dikhianati, merasa dipermalukan, tidak dihargai, saat meminta nafkah kepada suami. Atau, saat seorang istri mengutarakan perasaannya kepada suami.
Ketika hal itu diterima sebagai masukan oleh suami tentu akan lebih baik. Namun, jika hal tersebut justru dirasakan sebagai sesuatu yang dapat menghilangkan eksistensi seorang suami sehingga ia tersinggung. Kemudian berpikir istri saya kok berani, perasaan tidak dihargai sebagai suami, hal itu yang akan memicu munculnya rasa dendam.
Merasa diperlakukan tidak adil. Seorang anak yang merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya, yang berpikir kalau kepada kakak ibu kok baik banget. Sementara kepada saya selalu marah, sering menyalahkan. Boleh jadi hal seperti ini juga menjadi pemicu timbulnya rasa dendam.
Makanya, ketika kita sudah tahu apa yang menjadi pemicu dan penyebab rasa dendam, maka ketika ada dorongan yang menghinggapi siapa pun itu, suami, istri, anak, orang tua, saudara, teman, secepatnya harus berusaha menghentikannya.
Tidak boleh rasa dendam itu memengaruhi perilaku kita. Ketika ada indikasi perasaan tidak suka, benci yang tidak bisa dihilangkan, segeralah kita berlindung kepada Allah Swt.. Berdoa kepadaNya, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Jangan sampai rasa benci itu menjadi sesuatu yang melahirkan rasa dendam yang bisa mengantarkan kepada perbuatan yang tidak semestinya dilakukan.
Kedua, ketika merasa dendam, harus kita pahami bahwa realitasnya dia adalah manusia. Siapa pun itu, mau dia ustaz, ustazah, intelektual, orang kaya, suami, istri, anak, teman, yang namanya manusia pasti pernah melakukan kesalahan.
Sehingga akan muncul pada diri kita supaya kesalahan yang sama tidak terulang. Bukan bagaimana kita membalasnya. Karena prinsip seorang muslim bukan membalas kesalahan orang lain, tapi bagaimana cara kita bisa menyadarkannya.
Ketiga, ketika kita tahu bahwa dia melakukan suatu kesalahan, maka sikap yang kita suburkan, yang kita kembangkan adalah memaafkan. Meskipun memaafkan itu memang sulit. Namun di saat kita bisa memaafkan kesalahannya, boleh jadi kita akan juga mendoakannya. "Ya Allah ampunilah dia, suami saya, anak saya, ampunilah mereka, tunjukilah mereka jalan keselamatan."
Keempat, mengingat dampak buruk dari rasa dendam. Saat kita memahami apa dampak buruk dari rasa dendam, maka hal ini akan menjadi rem, kendali, untuk melakukan sesuatu yang sudah kita ketahui dampak buruknya, atau dampak negatifnya.
Rasa dendam akan menimbulkan rasa dengki, dan faktanya dengki adalah sesuatu yang negatif yang bisa menjerumuskan kita pada perbuatan yang tidak masuk akal, yang membawa kepada kerugian.
Rasulullah saw. menjelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda:
"Jauhilah oleh kalian hasad (dengki) karena sesungguhnya hasad itu akan memakan amal-amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
Jadi, orang yang mempunyai rasa dengki atau hasad berapa pun banyak amalnya, maka amal itu akan hilang.
Dampak buruk selanjutnya dari rasa dendam adalah menjauhkan kasih sayang, sesuatu yang merupakan fitrah pada manusia. Kalau orang sudah mendendam, maka tidak akan ada lagi rasa sayang, seorang istri kepada suaminya, orang tua kepada anaknya, teman kepada temannya, yang ada hanyalah keburukan-keburukannya. Kemudian, ia termasuk orang yang dibenci oleh Allah Swt. sebagaimana penjelasan hadis Rasulullah saw. di atas.
Cara selanjutnya untuk menghilangkan rasa dendam itu dengan mengeluarkan emosi dan tidak memendamnya. Karena emosi yang tersimpan akan menjadi pemicu rasa dendam. Tidak ada salahnya jika kita mengatakan, saya tidak suka, saya kecewa, saya merasa dikhianati, dengan cara yang baik tentunya. Dengan mengeluarkan rasa itu, maka akan menurunkan pula rasa kecewa, kesal, marah sehingga tidak akan berujung dendam.
Namun, adakalanya kita tidak bisa mengeluarkan rasa itu. Nah, di sinilah akhirnya kita butuh bantuan orang lain. Nasihat dari saudara, teman, yang bisa memberikan arahan dengan baik.
"Untuk itu carilah teman atau komunitas-komunitas yang saling menguatkan, saling menasihati, dan jangan malah bergaul dengan komunitas yang justru suka memicu timbulnya rasa dendam. Karena saat ini banyak komunitas dari mahasiswa, siswa yang melakukan bully, membalas dendam, rebutan pacar, wilayah kekuasaan, kemudian mengumpulkan komunitas yang sama. Misal, geng motor yang akhirnya malah membawa kita untuk melakukan pembunuhan, ramai-ramai bully teman, yang itu justru menjadi pemicu rasa dendam berjamaah." Begitulah pesan dan nasihat dari ustazah.
Teman atau komunitas yang bisa mengarahkan. Mengingatkan jika kita salah, memberi nasihat, komunitas orang-orang yang takut kepada Allah Swt.. Kumpulan orang-orang yang tahu bahwa prinsip hidupnya hanya beribadah kepada Allah Swt.. Orang-orang yang tahu bahwa dendam itu dibenci oleh Allah Swt..
Itulah komunitas dalam kajian-kajian Islam, yang mengkaji Islam bukan hanya sebagai ilmu, tetapi Islam yang harus diamalkan. Komunitas Islam ideologis yang mengkaji Islam secara kafah untuk diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, baik secara individu, keluarga, masyarakat dan juga negara. Sehingga akan terwujud Islam sebagai Rahmatan Lil Alamiin. Aamiin yaa Rabbal 'alamiin. Wallahualam bissawab. [MKC/Tinah Ma'e Miftah]