Menjadi Editor, Why Not?
Sharing KepenulisanBenar, belajar tentang apa pun, jika diawali dengan niat yang lurus karena Allah dan kesenangan
Maka ilmu yang diperoleh akan mudah dipahami dan tugas yang diberikan oleh guru akan terasa ringan dan tidak menjadi beban di tengah kesibukan kita sebagai ibu rumah tangga, pekerja, dan pengemban dakwah
_____________________________________
Penulis Nining Sarimanah
Member Kelas Editing Praktis AMK
KUNTUMCAHAYA.com, SHARING KEPENULISAN - Di tahun ajaran baru 2024, Akademi Menulis Kreatif (AMK) membuka program baru, yaitu kelas editing praktis. Kelas ini keren, karena dengan bergabungnya di kelas tersebut, kita akan diasah untuk memiliki skill dalam mengedit sebuah naskah dan skill ini, mutlak dibutuhkan oleh kita, sebagai penulis.
Kulwa perdana dilaksanakan pada 8 Januari 2024, yang diikuti oleh puluhan peserta. Tepat pukul 19.30 WIB, kelas dimulai yang dipandu oleh Teh Siska. Selanjutnya, pemaparan materi oleh Bunda Yuli Sambas.
Sebelum masuk pada materi, beliau mengingatkan kepada semua peserta bahwa jika ilmu editing sudah menjadi sebuah kesenangan, maka hati kita akan dipenuhi bunga-bunga indah ketika belajarnya dan akan semakin mekar bunga-bunga di hati kita di saat menjalankan tugas-tugasnya.
Masya Allah, kalimat beliau sangat menggugah jiwa dan harus selalu kita ingat. Benar, belajar tentang apa pun, jika diawali dengan niat yang lurus karena Allah dan kesenangan, maka ilmu yang diperoleh akan mudah dipahami dan tugas yang diberikan oleh guru akan terasa ringan dan tidak menjadi beban di tengah kesibukan kita sebagai ibu rumah tangga, pekerja, dan pengemban dakwah.
Kembali pada materi, kali ini Bunda Yuli akan membahas tentang editing dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Apa Itu Editing?
Editing itu, berasal dari bahasa Inggris yang berarti aktivitas mengedit atau menyunting. Karena kita berada di komunitas kepenulisan, maka fokus editing kita ada di tulisan atau naskah. Sementara, kalau orang yang melakukan aktivitas editingnya disebut editor.
Kenapa Penulis Butuh Ilmu dan Skill Editing?
Pertama, karena dalam proses menulis itu, bukan hanya tok menulis. Tapi, ada harapan bahwa naskah tulisan kita layak untuk dibaca dan ditayangkan di media online atau offline, bahkan bisa diterbitkan menjadi sebuah buku.
Kedua, bahwa kita pun menyadari dengan kita menulis, itu dalam rangka menyampaikan ide kebaikan agar menjadi sarana edukasi bagi pembaca. Salah satu syarat agar proses edukasi tersebut sampai di diri pembaca, maka butuh penyampaian ide dalam bentuk tulisan yang rapi, tepat diksi, tepat makna, dan tepat maksud.
Ketiga, penulis sangat membutuhkan ilmu dan skill editing dalam menggeluti jenis tulisan apa pun. Misalnya, fiksi, nonfiksi, puisi, opini, jurnal, makalah, artikel, bahkan buku kita sangat membutuhkan ilmu dan skill editing.
Manfaat Ilmu Editing bagi Penulis
Pertama, minimal menjadikan kita bisa self editing untuk naskah sendiri dan maksimalnya ilmu ini, bisa bermanfaat untuk pihak lain. Support di media dakwah online misalkan, yang saat ini banyak menjamur di tengah dunia maya. Insyaallah ilmu dan skill-nya nanti akan semakin berkah karena ada nilai jariyah yang bisa kita petik di titik ini.
Kedua, penulis yang menerapkan skill self editing maka yakin akan ada 'hati-hati' tim media, khususnya para editornya yang berbunga-bunga. Itu karena, beban kerja mereka dalam proses mengedit naskah akan menjadi lebih ringan dan naskah akan lebih cepat tayang
Ketiga, jika kita serius mempelajari skill editing naskah ini dan ingin menggunakannya untuk tujuan meraih materi alias cuan, itu bisa kita dapatkan. Ini karena, ilmu editing sebagai editor sangat dicari di internet yang mengumpulkan ahli-ahli di bidangnya untuk membuka jasa penulisan dan pengeditan, di laman-laman freelancer misalnya.
Siapa Itu Editor?
Ringkasnya bahwa editor itu adalah mereka yang bertugas memeriksa kesalahan-kesalahan yang ada dalam sebuah tulisan. Editor itu bisa bekerja untuk diri sendiri atau untuk pihak lain.
Untuk diri sendiri, ketika penulis akan mengirim naskah opini, misalkan ke sebuah media, maka media akan memeriksanya. Biasanya media itu, memiliki syarat-syarat tertentu agar tulisan kita bisa tayang dan satu di antaranya adalah ketika kualitas tulisannya bagus dan penunjang kualitas suatu naskah itu, salah satunya adalah self editing penulis.
Di sisi lain, penulis yang sudah punya skill editing kemudian ingin menerbitkan buku misalnya, maka penulis tidak perlu menggunakan jasa editor dari penerbitnya. Sampaikan ke penerbit bahwa penulis sudah mampu self editing. Ini artinya, biaya penerbitan akan berkurang, lumayan bukan? Apalagi, dana untuk penerbitan buku yang kita miliki pas-pasan, tentu skill editing harus dimiliki.
Alhamdulillah, materi pertama sudah dipaparkan dengan jelas oleh Bunda Yuli. Masyaallah ilmunya sangat mencerahkan, terutama bagi saya. Selanjutnya, moderator mempersilakan kepada peserta kulwa untuk bertanya.
Penanya pertama, Mbak Evi Susanti, "Assalamu'alaikum Bunda Yuli, izin bertanya, setiap selesai nulis saya jarang melakukan self editing. Karena terkadang, ketika saya melakukan selft editing hasilnya tulisan itu bisa berubah total dari awalnya dan akhirnya tidak selesai dan tidak jadi dikirim. Bagaimana untuk mengatasi masalah ini?"
Jawaban Bunda Yuli, tahapan pertama ketika menulis naskah baik opini, surat pembaca, artikel, reportase, maupun tulisan lainnya adalah menentukan tema. Contohnya opini, dalam opini biasanya ada tor yang sudah dikirim dari pusat, maka tor itu harus dipahami dengan baik dari sisi fakta, analisis, hingga solusi dalam Islam.
Kedua, apa pun yang ada dalam benak kita, maka tuliskan saja dan jangan berpikir bagus atau nggak dan jangan self editing dulu. Proses self editing dilakukan ketika sudah beres menulis, kemudian naskah itu dibaca ulang dengan cara bersuara.
Dalam proses membaca itu, kita akan menemukan hal-hal yang ganjil atau kok begini atau begitu? Di sanalah, letak proses editing. Sebelum dikirim ke media, baiknya naskah kita terlebih dahulu dikirim ke guru menulis untuk memastikan, apakah sudah benar atau masih perlu perbaikan? Tersebab, guru adalah pembaca pertama, dia akan memberikan masukan secara objektif, maka penulis harus mengikuti arahannya jangan baperan.
Terlebih, jika di dalam hati kita tersimpan niat yang kuat bahwa naskah ini harus selesai, tidak boleh berhenti di tengah jalan atau mangkrak di tengah jalan karena aku sudah meluangkan waktu yang demikian panjang untuk proses menyelesaikan dan merampungkan naskahku. Jika naskah itu, hanya teronggok di handphone atau di file komputer, sayang sekali bukan? Segera selesaikan naskah itu, jika sudah fix dari guru, lanjut kirim ke media dan tunggu kabar dari media.
Itulah materi yang disampaikan oleh guru kita, Bunda Yuli. Semoga ilmu yang kita terima bisa dipraktikkan sehingga tulisan kita bisa lebih baik lagi. Teruntuk Bunda Yuli, semoga ilmu yang diberikan menjadi amal jariyah, aamiin. Wallahualam bissawab. [SJ]