Seburuk-Buruk Orang yang Dibenci Allah Swt.
TsaqafahKomunitas yang akan mengingatkan, memberikan nasihat-nasihat pada kita tersebut adalah kumpulan orang-orang yang takut kepada Allah, orang-orang yang tahu prinsip hidupnya untuk beribadah kepada Allah
Kumpulan orang-orang yang memahami bahwa dendam itu dibenci oleh Allah
______________________________________
Bersama Ustazah Dedeh Wahidah Achmad
KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - Ustazah Dedeh Wahidah Achmad dalam chanel youtube Muslimah Media Center, menyampaikan tentang seburuk-buruknya orang yang dibenci oleh Allah Swt..
Ustazah mencermati berita-berita yang ada di media, baik media cetak maupun media sosial. Membuat miris karena memunculkan ketakutan atas kehidupan yang sekarang, semua ini atas dampak dari kerusakan kapitalis sekularisme. Sistem yang melahirkan orang-orang yang secara perasaan sudah tercabut secara akal sehat. Juga sudah dijauhkan, hal-hal yang dulu menurut kita sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.
Seperti ayah memerkosa anak kandungnya, seorang anak membunuh bahkan membakar orang tuanya, seorang pasangan rela membunuh bahkan memutilasi. Hal ini dulu dianggap hanya ada di film-film, di novel, tetapi sekarang realitas itu kejadian bahkan sangat dekat dengan diri kita.
Ustazah menyimpulkan secara umum kenapa itu bisa terjadi. Karena disebabkan oleh manusia yang jauh dari ajaran agamanya. Manusia tidak terikat dengan syariat, tidak mengindahkan lagi halal haram dan manusia tidak takut kepada azab Allah Swt.. Yang ada dalam pikiran dan keinginannya adalah melampiaskan apa yang diinginkan dan mengikuti dorongan hawa nafsunya. Itulah dampak dari sekularisme.
Ustazah memaparkan bahwa tentu saja kita tidak ingin ini terus berlangsung. Kita tidak mau kita, keluarga kita, umat Islam ini terus diancam dengan berbagai kerusakan. Karena itu maka kita harus melakukan upaya perbaikan.
Apa yang harus dilakukan oleh kita? Pertama, sebagai individu, sebagai keluarga, juga sebagai bagian dari umat Islam. Salah satu yang menyebabkan kenapa banyak orang yang kehilangan akal sehat, tidak lagi memiliki rasa seolah-olah tidak ada rasa, dan tidak jauh dengan hewan bahkan lebih keji dari perbuatan hewan. Karena ada satu sifat pendendam.
Ustazah menjelaskan apa itu dendam. Dendam adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang sehingga menginginkan keburukan terjadi pada orang yang dia dendam. Dia ingin apa yang terjadi pada dirinya terjadi juga pada orang lain.
Kalau dendamnya pada teman maka dia ingin temannya mendapatkan sesuatu yang akan membuat dia menderita, bahkan mungkin sampai berujung kematian. Kalau dalam Islam sikap dendam itu adalah sesuatu yang sangat dibenci.
Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw., “Orang yang paling dibenci Allah Swt. adalah orang yang menaruh dendam kesumat (bertengkar).” (HR. Muslim)
Ustazah menyampaikan bahwa di dalam Islam kita punya kewajiban. Kalau ada lintasan, kalau ada dorongan untuk mendendam maka itu harus dihindari. Karena itu akan mendatangkan kebencian di sisi Allah Swt..
Untuk bisa menghindari, kita harus bisa memahami apa yang menjadi pemicu orang mendendam. Salah satunya mungkin merasa dikhianati oleh suami ada sikap dendam. Kedua merasa dipermalukan karena istri meminta nafkah kepada suami. Atau seorang istri menyatakan perasaannya pada suami kenapa abang tidak mencari pekerjaan lain yang penghasilannya lebih baik, karena kebutuhannya lebih banyak.
Hal itu kalau suami menerima sebagai masukan, mungkin suaminya akan merasa senang. Tetapi jika itu dirasakan sebagai menghilangkan eksistensi sebagai suami. Maka suaminya akan tersinggung kenapa istri saya berani untuk mengatakan demikian kepada saya. Suami merasa tidak dihargai sebagai suami dan memicu rasa dendam.
Ustazah menambahkan seorang anak merasa kalau kepada kakak, ibu itu baik. Tetapi pada saya selalu marah, selalu menyalahkan. Jika seorang anak merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya, boleh jadi ini akan memicu rasa dendam.
Maka ketika kita sudah tahu apa penyebabnya, lalu apa yang harus dilakukan ketika ada dorongan-dorongan, lintasan-lintasan yang boleh jadi menghinggapi kita? Siapa pun itu baik anak, orang tua, teman, atau apapun yang ada rasa dendam.
Ustazah mengajak kita untuk segera menghentikan rasa dendam itu supaya tidak berpengaruh kepada perilaku kita. Pertama, ketika kita menyadari ada indikasi perasaan itu tidak suka, benci sampai bencinya itu tidak bisa kita hilangkan maka segera berlindung kepada Allah Swt.,
"Ya Allah lindungi saya dari godaan-godaan setan." Jangan sampai rasa benci itu menjadi sesuatu yang akan melahirkan dendam. Jangan sampai kekesalan itu berujung kepada sikap yang tidak semestinya.
Yang kedua, ketika kita merasa dendam maka kita harus paham realitasnya bahwa dia juga manusia. Mungkin yang namanya manusia siapa pun itu baik ustaz, intelektual, maupun orang yang punya ilmu, orang kaya, suami, istri, anak, orang tua, yang namanya manusia pasti pernah melakukan kesalahan.
Ustazah mengungkapkan, ketika kita tahu suami kita salah maka bukan dendam yang harus terjadi. "Tapi apa? Wajar, karena dia manusia," ucapnya. Sehingga berikutnya ketika kita menganggap bahwa dia manusia dia salah, kemudian yang akan muncul pada diri kita bagaimana supaya kesalahan itu tidak berulang.
Ustazah menegaskan, jadi bukan bagaimana kita melampiaskan atau membalas kesalahan itu. Karena prinsip seorang muslim bukan membalas kesalahan orang lain, tapi bagaimana menyadarkan supaya kesalahan itu tidak terjadi lagi. Bagaimana supaya suami itu sadar dengan kesalahannya, bagaimana supaya orang tua tahu bahwa dia itu melakukan kesalahan.
Yang ketiga, ketika kita tahu bahwa dia melakukan kesalahan maka sikap yang harus kita suburkan, yang harus kita kembangkan adalah memaafkan. Bahwa sikap memaafkan itu memang sulit. Karena apa memang inginnya kita itu dihargai, diperlakukan adil, inginnya punya pasangan itu yang setia, suami yang setia, inginnya kita itu diikuti oleh anak.
Tetapi ketika kita melihat bahwa dia sebagai manusia yang mungkin khilaf maka kita juga ringan untuk memaafkan. Bahkan boleh jadi ketika kita sudah memaafkan kita pun akan mendoakan mereka.
"Ya Allah ampunilah saya, suami saya, anak-anak saya, teman-teman saya, ampuni saya dan mereka. Kemudian tunjukkan ya Allah saya, suami saya, anak saya kepada jalan keselamatan. Jangan sampai kekesalan ini menyimpan dendam pada diri saya," papar Ustazah.
Ustazah juga melanjutkan bahwa dampak-dampak buruk dari rasa dendam, biasanya ketika kita memahami dampak negatif ini, akan menjadi salah satu rem. Yang akan menjadi kendali kita melakukan sesuatu yang sudah kita ketahui keburukan atau dampaknya negatifnya.
Apa itu dampak dari dendam tadi akan melahirkan rasa dengki maka dalam pikirannya itu selalu negatif. Keburukan-keburukan ingin lawannya mendapatkan kesulitan, keburukan, bahkan sesuatu yang mungkin sampai tidak masuk akal sehat seperti tadi dijelaskan.
Seperti pasangan diputuskan kemudian dia melukai bahkan membunuh, dimutilasi, lalu direbus, dan ada yang dicor. Itulah yang terjadi jika orang sudah dengki sampai ke ubun-ubun, pasti yang diinginkan itu keburukan.
Maka Rasulullah saw. mengingatkan kita dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud,
"Jauhilah oleh kalian hasad (dengki) karena sesungguhnya hasad itu akan memakan amal-amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah)
Bagaimana ketika orang punya rasa dengki hasad pada siapa pun. Walaupun dia amalnya banyak, maka amal itu akan hilang. Nauzubillahi min zalik jangan sampai kita punya amal kebaikan yang banyak dimakan oleh hasad itu. Sebagaimana api melahap kayu bakar.
Ustazah menguraikan kembali, pertama semoga kesadaran kita atas bahaya hasad itu akan menjadi kendali kita untuk punya rasa dendam. Kedua, dampak bahaya dari dendam yaitu akan menjauhkan kasih sayang dan akan menghilangkan fitrah kita.
Makanya kalau orang sudah mendendam tidak ada lagi kasih sayang. Seorang suami kepada istri, orang tua kepada anak, teman kepada teman yang lain. Yang ada hanyalah rasa dendam yang buruk. Kita harus ingat jika ada rasa dendam maka kasih sayang itu akan rusak.
Yang ketiga, keburukan yang harus kita pahami dari dendam apa seburuk-buruknya yang dibenci Allah Swt. adalah orang yang punya rasa dendam kesumat. Kemudian yang berikutnya boleh jadi kita bisa menghilangkan rasa dendam itu dengan mengeluarkan emosi dan menyampaikan perasaan tersebut.
Jadi jangan sampai emosi yang tersimpan itu menjadi pemicu rasa dendam. Tidak salah kalau kita mengatakan, "saya tidak suka, saya kecewa saya merasa dikhianati". Sampaikan saja, yang penting cara menyampaikannya, dengan cara yang baik.
Semoga ketika kita sudah menyampaikan rasa tersebut, hal itu bisa menurunkan rasa kecewa yang kita rasakan. Kemudian kalau kita tidak juga mampu untuk mengelola rasa itu, mungkin kita butuh bantuan orang lain. Kita meminta nasihat kepada saudara atau teman kita. Nah, tentunya orang-orang yang bisa memberikan arahan, memberikan nasihat-nasihat.
Ustazah menyarankan, carilah teman, komunitas yang bisa saling menguatkan satu sama lain dan bisa saling menasihati. Jangan kita bergaul dengan komunitas-komunitas yang justru makin memicu memperbesar rasa dendam itu.
Seperti yang sekarang terjadi, banyak komunitas remaja, komunitas mahasiswa, komunitas siswa yang melakukan bully. Membalas dendam seperti contohnya rebutan pacar, rebutan wilayah kekuasaan, kemudian mengumpulkan komunitas.
Seperti halnya geng motor yang akhirnya melakukan pembunuhan secara beramai-ramai, melakukan bully kepada temannya. Padahal mungkin yang pendendam itu hanya satu atau dua. Tetapi kemudian dendam itu dia tularkan sehingga menjadi dendam jemaah, dendam komunitas.
Diujung penjelasan, Ustazah menegaskan bahwa dalam kasus tersebut ada kesalahan mencari teman. Maka carilah teman-teman, komunitas yang bisa mengarahkan, mengelola rasa itu dan menanyakan kita kepada jalan yang benar.
Komunitas yang akan mengingatkan, memberikan nasihat-nasihat pada kita tersebut adalah kumpulan orang-orang yang takut kepada Allah, orang-orang yang tahu prinsip hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Kumpulan orang-orang yang memahami bahwa dendam itu dibenci oleh Allah. Kumpulan orang-orang yang hidupnya senantiasa untuk beribadah pada-Nya.
Itulah komunitas yang terdapat di dalamnya kajian-kajian Islam. Bukan hanya Islam sebagai ilmu, tapi Islam yang harus diamalkan komunitas Islam ideologis. Yang bukan hanya mengajar tapi juga ingin mengamalkan, menyebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Sehingga semua manusia akan terselamatkan dengan Islam, ketika Islam ditegakkan secara kafah. Wallahualam bissawab. [Rosita]