Urgensi AI dalam Mewujudkan Generasi Emas
OpiniSejatinya, kecerdasan AI hanyalah alat pendukung pembelajaran secara teknis saja dalam pemanfaatan teknologi. Kemajuan dan pembaharuan pendidikan seharusnya dimulai dari paradigma dan tujuan pendidikan itu sendiri yang diturunkan dalam bentuk kurikulum
Bahkan bukan cuma kurikulum yang mengikuti permintaan pasar tetapi kurikulum yang sesuai keimanan kepada Allah Swt. dan tentunya terikat dengan hukum syarak
_______________________________________
Penulis Ummu Nasywa
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Member AMK
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hetifah Sjaifudian Wakil Ketua Komisi X DPR RI memberikan dukungannya kepada program digitalisasi sekolah untuk mengakselerasi implementasi agenda pendidikan nasional demi menyambut generasi emas yang akan terjadi pada tahun 2045. Hetifah Sjaifudian menilai bahwa sistem pendidikan nasional yang modern perlu melibatkan kecerdasan buatan. Menurutnya kecerdasan buatan perlu dimanfaatkan untuk menciptakan efektivitas kerja pemangku kepentingan dalam pendidikan. (Hibar.pgrikabupatenbandung.id, 11/01/2024)
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, Artificial Intelligence (AI) kini menjadi topik hangat yang sangat menarik perhatian. AI merupakan bidang ilmu komputer berfokus pada pengembangan mesin atau sistem komputer yang mampu melakukan tugas-tugas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia.
Artificial Intelligence (AI) adalah kemampuan komputer atau sistem untuk meniru atau melakukan tugas yang membutuhkan kecerdasan manusia. AI melibatkan penggunaan algoritma dan model matematis kompleks yang memungkinkan komputer “belajar” dari data dan mengambil keputusan atau melakukan tindakan berdasarkan pemahaman mereka terhadap situasi tertentu. AI mencakup berbagai teknik seperti machine learning, deep learning, natural language processing, computer vision, dan banyak lagi. (Cloudeka.id)
Dari masa ke masa tidak dimungkiri bahwa kemajuan teknologi akan terus berkembang seiring kebutuhan manusia pada zamannya. Perkembangan zaman tentu boleh saja tetapi tetap harus diperhatikan manfaat dan madaratnya bagi umat. Seperti contoh zaman dahulu manusia masih menggunakan unta atau kuda sebagai alat transportasi untuk melakukan perjalanan, zaman sekarang sudah menggunakan kendaraan modern seperti mobil, kereta api, kapal laut, pesawat terbang untuk mempersingkat waktu melakukan perjalanan.
Mengandalkan kecanggihan teknologi saja tanpa penggunaan yang bijak dan support sistem (negara) akan membawa dampak buruk bagi pengguna maupun tatanan masyarakat. Karena bagaimana pun AI merupakan rancangan manusia yang penuh keterbatasan dan kelemahan, sehingga bisa menjerumuskan pada kehancuran generasi serta peradaban. Saat ini, AI sudah digunakan dalam segala aspek, tidak hanya berkaitan dengan pencarian informasi saja, tetapi juga membuat keputusan pada hal-hal yang riskan, seperti contohnya hakim dalam memutuskan perkara ataupun dokter dalam mendiagnosa suatu penyakit.
Sejatinya, kecerdasan AI hanyalah alat pendukung pembelajaran secara teknis saja dalam pemanfaatan teknologi. Kemajuan dan pembaharuan pendidikan seharusnya dimulai dari paradigma dan tujuan pendidikan itu sendiri yang diturunkan dalam bentuk kurikulum. Bahkan bukan cuma kurikulum yang mengikuti permintaan pasar tetapi kurikulum yang sesuai keimanan kepada Allah Swt. dan tentunya terikat dengan hukum syarak.
Dalam pandangan Islam, tugas negara adalah membina keimanan dan kepribadian rakyatnya. Dengan kepribadian yang terikat dengan hukum syarak ini akan menyadarkan bahwa dirinya harus bermanfaat untuk umat dan Islam. Dengan demikian keahlian dan potensi yang dimilikinya hanya untuk kebaikan. Rasulullah saw. bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain." (HR. Ahmad)
Untuk tujuan pendidikan seperti itu, selain diperlukan sistem Islam yang sahih juga harus ada pemimpin yang amanah. Pemimpin ini hanya takut kepada Allah dan sadar bahwa kepemimpinannya itu akan dimintai pertanggungjawaban nanti di akhirat. Ia akan mengurus rakyatnya sesuai syariat Islam.
"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhari)
Pemanfaatan teknologi dalam sistem yang benar akan mendukung peradaban yang maju. Bahkan sebelum ada teknologi modern, para ilmuwan muslim seperti Ibnu Hazm, Al Khawarizm, Ibnu Sina, Al Farabi, Al Kindi, Ibnu Khaldun, dll. mampu menghasilkan karya cemerlang yang bermanfaat untuk orang banyak dan bahkan menjadi rujukan ilmuwan Barat dan Eropa pada masa berikutnya. Hal ini dikarenakan kepribadian Islam (pola pikir dan sikap) yang ada pada kaum muslim didukung negara sebagai pengurus dan fasilitator karya mereka.
Semua itu menjadi bukti bahwa Islam sangat mendukung umatnya melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), juga boleh memanfaatkannya selama tidak bertentangan dengan syariat. Sebaliknya, bila syariat mengharamkan, maka umat tidak boleh menggunakan atau memanfaatkannya meski terdapat manfaat.
Pemimpin dalam Islam berperan besar mewujudkan sistem pendidikan berkualitas. Salah satu sistem yang akan membentuk para siswa memiliki kepribadian Islam yang kuat dan senantiasa terikat dengan hukum syarak. Kepribadian Islam akan membentuk manusia yang memiliki pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) sesuai dengan Islam. Sehingga seseorang ketika berfikir dan beramal akan menggunakan standar halal haram, baik buruk, terpuji dan tercela sesuai dengan Islam. [GSM]
Oleh karenanya teknologi AI yang bisa mengantarkan pada generasi emas hanya akan terealisasi manakala akidah penggunanya lurus dan support sistemnya sahih. Tanpa adanya iman dan keterikatan pada hukum syarak sebagai landasan amal bakal menghasilkan generasi yang bebas nilai dalam penggunaaan teknologi. Maka solusi tepatnya adalah segera menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan, sehingga teknologi yang dihasilkan, dikembangkan dan digunakan dapat dikontrol negara agar memanfaatkannya membawa kebaikan. Wallahualam bissawab. [GSM]