Alt Title

Dana UNRWA Ditangguhkan, Hilang Sudah Kemanusiaan?

Dana UNRWA Ditangguhkan, Hilang Sudah Kemanusiaan?

 


Penangguhan dana ini membuktikan bahwa sebenarnya Barat tidak begitu peduli dengan kemanusiaan

Mungkinkah tuduhan yang dilakukan Zionis kepada anggota UNRWA juga bagian dari skenario mereka?


______________________________


Penulis Vina 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Nutrisionis 


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Sejak konflik berkecamuk empat bulan lalu, lebih dari 5 juta pengungsi Palestina menggantungkan hidupnya dari bantuan kemanusiaan UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East).


Namun, bantuan tersebut terancam dihentikan akibat penangguhan dana yang dilakukan negara-negara pendonor menyusul tuduhan dari intelijen Israel bahwa setidaknya ada 12 staf UNRWA yang terlibat dalam serangan 7 Oktober oleh Hamas. (VOA Indonesia, 9/2/2024)


Tentunya nasib warga Palestina di Gaza dipertaruhkan dalam penangguhan anggaran ini. Ann Skleton, Ketua Komisi Hak-Hak Anak PBB menyebutkan bahwa pentingnya anggaran UNRWA ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi, namun juga untuk “dukungan psikososial yang masif” bagi anak-anak dan keluarga yang menjadi korban konflik di Palestina. 


Gaza Hari Ini


"Pasca 7 Oktober, Israel terus melakukan serangan balasan berupa serangan udara dan invasi darat yang mengakibatkan 26.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak terbunuh", ungkap Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.


Data terbaru dari PBB menyebutkan bahwa 27.585 warga Palestina tewas, 66.978 lainnya luka-luka, dan lebih dari 7.000 sisanya diperkirakan terkubur di puing-puing bangunan. Keputusan penangguhan dana UNRWA diambil di tengah situasi krisis yang mengancam anak-anak di Gaza.


Mengutip data dari UNICEF, setiap harinya lebih dari 10 anak di Gaza kehilangan satu atau kedua kakinya karena serangan bom tentara Zionis. Sedikitnya 17.000 anak terpisah dari orang tuanya dan 1,2 juta anak membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial. 


Sebagian besar penduduk Gaza telah mengungsi ke selatan dan sedikitnya 1,7 juta warga Palestina berlindung di bawah fasilitas UNRWA. Penangguhan dana yang dilakukan negara-negara AS dan 10 negara lainnya kepada UNRWA akan berdampak pada berkurangnya bantuan kemanusiaan ke Gaza.


Akibatnya warga Gaza terancam kelaparan hingga kematian massal. Direktur Komunikasi UNRWA, Juliette Touma mengungkapkan bahwa pihaknya putus asa karena bantuan yang menopang kelangsungan hidup jutaan warga Palestina dapat berakhir karena 10 donor terbesar menghentikan pendanaan yang mana akan berdampak sangat buruk dan melumpuhkan operasi kemanusiaan terbesar di Gaza saat ini.


Sebelumnya ada sekitar 500 truk bantuan masuk ke Gaza setiap harinya, sekarang jumlahnya berkurang menjadi hanya sekitar 200 truk. Bahkan tak sedikit dari truk tersebut yang ditembaki oleh Zionis Israel.


Terdapat 13.000 staf UNRWA di Gaza yang sebagian besar merupakan guru di sekolah-sekolah UNRWA. Penangguhan dana oleh negara pendonor didasarkan pada tuduhan Israel atas 12 staf UNRWA yang terlibat dalam serangan 7 Oktober lalu.


Menanggapai hal tersebut, Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan telah memecat 9 dari 12 orang tersebut, 1 orang meninggal, dan sisanya sedang dalam klarifikasi. Antonio memohon kepada negara donatur untuk tetap menjamin keberlangsungan UNRWA.


Pihaknya menjanjikan penyelidikan menyeluruh atas tuduhan Israel. Meski begitu, Israel tetap meminta Ketua UNRWA untuk mundur dari jabatannya dan menyerukan pembubaran UNRWA. Negara-negara Barat juga tetap menangguhkan pendanaannya.


Penangguhan dana ini membuktikan bahwa sebenarnya Barat tidak begitu peduli dengan kemanusiaan. Mungkinkah tuduhan yang dilakukan Zionis kepada anggota UNRWA juga bagian dari skenario mereka?


Pasalnya tanpa melihat fakta bahwa pembantaian terus berlangsung, bantuan kemanusiaan dihentikan begitu saja dan dunia tetap diam seakan tidak ada yang bisa diperbuat. Secara tidak langsung, semua menyetujui akan genosida yang dialami warga Gaza.  


Di balik Topeng Kapitalisme


UNRWA atau United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East didirikan 1949 untuk membantu pengungsi Palestina setelah pembentukan negara Israel dan perang tahun 1948.


Lembaga tersebut bergerak di bawah PBB untuk mengelola sekolah, layanan sosial, pusat kesehatan dan mendistribusikan bantuan makanan kepada pengungsi Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, ditambah Lebanon, Suriah, dan Yordania. Pendanaan UNRWA diperoleh dari kontribusi dan sumbangan sukarela dari negara pendonor.


Lembaga ini merupakan salah satu dari sedikit lembaga bantuan yang masih bisa beroperasi di Gaza. Negara pendonor terbesarnya adalah AS disusul oleh beberapa negara Barat yang lain. Di satu sisi mereka memberikan bantuan kemanusiaan kepada Palestina, namun di sisi lain mereka membiarkan Israel yang melakukan kejahatan kemanusiaan tetap hidup, bahkan menjadi penyokong dana juga untuk mereka.


Apa yang mereka lakukan tak lain seperti memberi makan Palestina untuk bertahan hidup di tengah pembantaian yang secara tidak langsung dilakukan oleh mereka juga. Seakan Barat sedang berman di atas tumpahan darah warga Palestina dan mengatakan bahwa pilihan mereka hanya ada dua: yaitu mati atau hidup namun dalam kesengsaraan. Di mana wujud kemanusiaan yang mereka gaungkan selama ini?

 

Sumber masalahnya adalah entitas negara Zionis Yahudi di Palestina. Jika memang berniat menyelesaikan kejahatan di Palestina, solusinya adalah dengan menghentikan sokongan militer dan persenjataan kepada Zionis oleh Barat. Puluhan bahkan ratusan lembaga kemanusiaan tidak akan berarti apa-apa apabila Zionis masih hidup di bumi Palestina.


Inilah omong kosong kapitalisme, sebuah ideologi yang diemban negara-negara Barat. Mereka bisa menampakkan dua sisi wajah dalam satu waktu. Seakan menjadi pahlawan kemanusiaan padahal mereka jugalah penjahat perangnya. 


Islam dan Kemanusiaan


Kehadiran Islam adalah sebagai Rahmatan Lil Alamin atau rahmat bagi seluruh alam artinya tidak hanya membawa kasih sayang dan kedamaian untuk kaum muslim, tetapi juga seluruh manusia bahkan seluruh makhluk. Islam mengajarkan kita untuk saling menyayangi sesama manusia dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Berikut beberapa dalil yang menegaskan hal tersebut:


Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi." (QS. Al-Maidah: 32).


Barang siapa menyakiti seorang zimmi (nonmuslim yang tidak memerangi umat muslim), maka sesungguhnya ia telah menyakitiku. Dan barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya ia telah menyakiti Allah.” (HR. Thabrani)


Barang siapa merasa senang karena diselamatkan oleh Allah dari kesulitan hari kiamat, maka hendaklah ia menghilangkan kesusahan dari orang yang dalam kesukaran atau meninggalkan sesuatu yang ada padanya.” (HR. Muslim)


Begitulah Islam dengan segenap aturannya yang begitu lengkap. Islam sebagai ideologi dan pandangan hidup mengajarkan kita terkait nilai-nilai kebaikan, kedamaian, kemanusiaan, dan kasih sayang secara utuh, suatu hal yang tidak kita dapatkan dari penerapan kapitalisme.


Ajaran Islam apabila diterapkan secara kafah (menyeluruh) akan membawa pada tujuan Islam sebenarnya yaitu Rahmatan Lil Alamin, di mana rahmat Islam akan menaungi seluruh negeri muslim. Termasuk juga bumi Palestina dan negeri-negeri nonmuslim yang mau tunduk pada kekuasaan Islam. Wallahualam bissawab. [SJ]