Pengolahan Limbah Sampah Plastik Butuh Solusi Mendasar
Opini
Apalagi kita sebagai negara muslim terbesar sudah sepantasnya memberikan contoh di dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga kebersihan
Bukankah itu sudah kita lakukan lima kali dalam sehari yaitu dengan mengambil wudu
______________________________
Penulis Ermawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tumpukan sampah yang banyak sekali kita temukan di pinggir jalan, karena banyaknya warga yang nakal membuang sampah di pinggiran jalan raya, sehingga menimbulkan polusi udara, banyaknya lalat serta jalan pun menjadi kumuh. Pembuangan sampah menjadi masalah tersendiri untuk negeri ini dan butuh penyelesaian yang mendasar.
Setiap 21 Februari Indonesia memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Pada peringatan HPSN ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengangkat tema Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif.
"Pencemaran sampah plastik saat ini telah menjadi isu global karena sifatnya yang transnasional dan lintas batas", dikatakan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati. Beliau juga mengatakan, sampah plastik yang masih terus menjadi persolan serius, baik secara nasional dan internasional. (tempo.co, 12/02/2024)
Dari sini kita bisa berpikir bersama betapa pentingnya mengenai masalah sampah, sampai di peringati hari peduli sampah. Tetapi apakah permasalahan sampah ini dapat selesai, tentu saja tidak cukup butuh kesadaran dari setiap elemen masyarakat. Sampah menjadi menumpuk karena adanya individu yang jorok, suka buang sampah sembarangan.
Entah itu dibuang di pinggir jalan atau di kali. Padahal itu semua nantinya yang akan rugi pasti semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, ditetapkan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) agar setiap individu atau masyarakat tergerak untuk melakukan perubahan terhadap kebiasaan buruknya.
Dari sini perlu adanya edukasi bagi masyarakat, agar membuang kebiasaan buruknya yang suka buang sampah sembarangan. Sehingga tidak merugikan lingkungan dan masyarakat. Karena banyaknya tumpukan sampah apabila tidak langsung diangkut akan menimbulkan polusi udara, banyak lalat, kecoa dan tikus.
Belum lagi tumpukan dari cairan sampah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akan terjadi pencemaran lingkungan serta mendatangkan banyak penyakit. Inilah sebabnya membutuhkan solusi mendasar untuk menyelesaikan masalah sampah plastik.
Jadi edukasi ini penting dilakukan kepada masyarakat agar mereka tahu dampak dan bahayanya buang sampah sembarangan. Sehingga tidak melakukan atau mencontoh orang yang buang sampah sembarangan. Karena siapa yang rugi tentu kita semua.
Kalau musim panas akan menimbulkan polusi udara yang sangat menyengat dan apabila datang musim penghujan pasti akan terjadi banjir karena sampah-sampah itu menyumbat aliran air sungai. Supaya masyarakat paham, maka diberikan informasi untuk memilah sampah, mana sampah organik dan sampah anorganik.
Tetapi itu semua tidak cukup membuat individu dan semua elemen masyarakat sadar akan pentingnya masalah sampah, walaupun sudah ada HPSN tetap saja tidak memberikan efek bagi masyarakat.
Berbagai edukasi pemisahan sampah ada, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Hanya beberapa orang yang peduli dengan lingkungan. Inikan negara besar, kalau hanya sebagian tentu akan sangat sulit dalam menanggulangi masalah sampah.
Diperlukan kerja sama antara masyarakat dan pencinta lingkungan agar dapat ditemukan solusi yang tepat dan cepat dalam persoalan masalah sampah ini. Hingga dapat diselesaikan sampai akarnya.
Sehingga dibutuhkan peran negara dalam menyelesaikan persoalan sampah, dengan mengajak semua lapisan masyarakat dan individu untuk peduli terhadap lingkungan. Bahwa teramat penting menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan, karena akan menimbulkan bibit penyakit dari tumpukan sampah.
Karena dengan menjaga lingkungan, kehidupan yang sehat serta nyaman dapat dirasakan oleh setiap masyarakat. Menjadikan masyarakat memiliki pola pikir yang positif karena selalu berusaha untuk menerapkan kehidupan yang disiplin, demi menjaga keselamatan lingkungan dan dunia dari masalah tumpukan sampah.
Apalagi kita sebagai negara muslim terbesar sudah sepantasnya memberikan contoh di dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga kebersihan. Bukankah itu sudah kita lakukan lima kali dalam sehari yaitu dengan mengambil wudu.
Bukan hanya membersihkan anggota tubuh dari kotoran saja, tetapi juga membersihkan hati dan pikiran dari perbuatan kotor. Selain itu juga mendekatkan diri kepada Allah Swt. serta dijauhkan dari kemaksiatan. Jadi slogan kehidupan bersih dan sehat itu sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw., maka sudah seharusnya kita sebagai umat Islam untuk mengikutinya.
Allah Swt berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan-Nya)." (TQS. Ar-Rum [30]: 41)
Allah Swt berfirman:
"Sungguh Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (TQS. Ar-Ra’du [13]: 11)
Dalam sistem Islam selain diberikan edukasi secara rutin, juga diajak kerja sama masyarakat serta dicarikan solusi yang tepat tidak merugikan masyarakat atau negara. Yaitu dengan membuat alat penghancur yang biayanya terjangkau dan tidak mempersulit rakyat.
Sehingga rakyat tidak dibebani oleh masalah penumpukan sampah dan sampah plastik bisa hancur, sebagiannya yang masih bisa didaur ulang dipakai untuk kepentingan masyarakat seperti pupuk. Upaya itu terus dilakukan oleh negara serta menyadarkan kepada masyarakat kalau kebersihan itu sebagian dari iman.
Marilah kita selalu berusaha untuk membiasakan budaya hidup bersih karena sudah sepantasnya sebagai seorang muslim untuk menjaga kebersihan lingkungan agar hidup sehat dan terhindar dari penyakit.
Serta tetap istikamah dan tingkatkan terus kualitas keimanan kita dan jadikan dakwah sebagai poros dalam hidup kita. Demi kehidupan yang agung agar berkah dunia dan selamat akhirat. Wallahualam bissawab. [SJ]