Gelap di Puasa Keenam
Puisi
Gelap di puasa keenam
Sebelum enam ada yang terbenam
Dalam jutaan kalam
Sebuah kerinduan mahabbah pada Rabbnya yang dalam
______________________________
Penulis Hanif Kristianto
Sastrawan Politik dan Analis Politik-Media
KUNTUMCAHAYA.com, PUISI - Padahal bulan sudah berwujud sinar terangnya
Kenapa dunia masih begitu kelam?
Kenapa dunia masih terliputi gejolak kejam?
Kenapa dunia masih begitu diam atas ragam kezaliman?
Puasa keenam kian terbenam dalam rutinitas
Sudah mulai tahan dan kuat melakukan aktivitas
Menyongsong hari depan yang masih buram
Entah sampai kapan ini akan menjadi cerita tak berazam
Gelap di puasa keenam
Bukankah pintu surga dibuka lebar tanpa penghalang?
Bukankah pintu neraka ditutup agar panas tak menyengat?
Bukankah setan dibelenggu agar manusia sadar bahwa bisa untuk taat selamanya?
Gelap di puasa keenam
Padahal Ramadhan bulan Al-Qur'an petunjuk jalan kehidupan
Al-Qur'an dibacakan dan dilantunkan melalui speaker dan menyesaki langit dunia
Kenapa hati kecil ini masih tersisa ruang kosong yang tak mengena?
Gelap penuh gelagap di suasana pengap
Tertunjuk pada satu titik dari sumber anti kritik
Seolah menjadi manusia suci yang tangannya bersih dari noda dosa
Di antara jutaan rakyat tersiksa karena tangan kebijakan yang tak lagi berperikemanusiaan
Gelap di puasa keenam
Sebelum enam ada yang terbenam
Dalam jutaan kalam
Sebuah kerinduan mahabbah pada Rabbnya yang dalam
Gelap di puasa keenam
Bukan gelap-gelapan dalam terang-terangan
Hanya mencoba untuk menghitung sejumlah angan
Perhitungan matematik agar sadar bahwa manusia tiadalah anti kritik
Selama gelap belum terang
Selama terang belum gelap
Cuma gelap yang menghitam
Cuma terang yang memutih [SJ]