Keluhuran Islam Berantas Perilaku Bullying
Opini
Langkah efektif yang bisa dilakukan adalah edukasi Islam secara intensif
Karena, dalam Islam ada tuntunan yang kuat kepada manusia untuk menjalani kehidupan dan tidak sampai menimbulkan kerusakan
______________________
Penulis Inge Oktavia Nordiani
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Gunung es kasus bullying terus membengkak. Beberapa berita terakhir menunjukkan bahkan lebih bervariasi tipikal bullying. Pelaku tidak hanya laki-laki kini pelajar wanita. Kebengisan anti iba yang diluapkan lewat pukulan demi pukulan menunjukkan betapa hati-hati pelaku tampak telah ternoda kelembutannya sebagai seorang manusia.
Dilansir dari Liputan6.com, 3 Maret 2024 bahwa Penyidik Polresta Barelang di Kepulauan Riau telah menangkap pelaku perundungan/bullying kekerasan terhadap anak yaitu empat orang wanita di Batam.
Kapolresta Barelang, Kombes Nugroho mengatakan keempat pelaku tersebut yaitu Saudari RRS (14 tahun), M (15 tahun), AK (14 tahun) dan N (18 tahun). Video kasus tersebut sempat viral di media sosial beberapa waktu yang lalu. Berdasarkan keterangan dari pelaku dan juga korban didapatkan bahwa mereka ternyata memiliki konflik seringnya terlibat adu mulut, saling menjelek-jelekkan. Adapun motif dari pelaku melakukan aksi perundungan, karena perasaan kesal dan unsur sakit hati yang pernah dialami oleh interaksi dengan korban. Kondisi inilah yang menyulut pelaku melakukan aksinya.
Sungguh, kondisi ini termasuk kenakalan remaja pada umumnya sampai pada klimaks. Atmosfer yang menghiasi kehidupan remaja penuh dengan egoisme dan hawa nafsu. Sebagai seorang remaja yang notabene berstatus pelajar ini seharusnya tumbuh dengan dewasa secara pemikiran seiring dengan bertumbuh fisiknya.
Dari sini tampak lini pendidikan sebagai pencetak generasi amatlah krusial. Pihak yang bertanggung jawab tentu semua pihak mulai dari asal remaja yaitu rumah, sekolah, masyarakat juga negara. Sayangnya, rujukan aturan yang diterapkan oleh berbagai pihak adalah daya pikir manusia sehingga tidak menuntaskan sampai ke akar permasalahannya. Aturan ini yang kita kenal dengan sekulerisme kapitalis sehingga wajar bila hasilnya remaja tidak menomorsatukan ajaran agama padahal dalam agama berisi kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia.
Hal ini, berbeda dengan kondisi persaudaraan yang terhimpun ketika nafas-nafas Islam masih kental. Sebagaimana persaudaraan di Palestina, ketika salah seorang dari orang tua meninggal orang tua yang lain menganggap anak tersebut sebagaimana anak kandungnya sendiri. Kakak menganggap adik yang telah ditinggalkan orang tuanya seperti adik kandungnya sendiri dan semacamnya.
Oleh karenanya, kondisi ini sudah cukup dan harus disudahi. Langkah efektif yang bisa dilakukan adalah edukasi Islam secara intensif. Karena, dalam Islam ada tuntunan yang kuat kepada manusia untuk menjalani kehidupan dan tidak sampai menimbulkan kerusakan. Bila kita melihat kondisi asupan pelajaran agama yang didapat oleh peserta didik di bangku sekolah menunjukkan sangat jauh serta kurang durasi waktu yang diberikan yaitu 2 sampai 3 jam.
Padahal Islam adalah agama yang lengkap dan tidak akan cukup waktu 2 sampai 3 jam untuk diberikan kepada siswa. Hingga pemahaman siswa secara komprehensif terhadap Islam bisa mencetak output dengan akhlakul karimah. Adapun untuk mewujudkan diterapkannya Islam secara komprehensif dibutuhkan tiga pilar yang akan menyokong berdirinya ketentraman hidup di tengah-tengah masyarakat.
Yang pertama adalah ketakwaan individu. Yaitu, dasar yang harus dimiliki setiap orang dengan proses penemuan melalui proses berpikir sehingga seseorang bisa menemukan berimannya sehingga menjadi mantap dan tidak hanya terbaca di dalam KTP saja. Dengan ketakwaan tersebut akan mencetak pribadi yang memiliki kesadaran akan hubungannya dengan Allah sehingga merasa diawasi setiap detik oleh Allah serta memicu rasa mawas diri dalam bersikap.
Yang kedua adalah kontrol masyarakat. Apa artinya seorang beriman dan bertakwa secara sendiri sebab manusia adalah makhluk sosial yang pasti pernah bahkan bisa selalu berbuat kesalahan. Adanya kontrol dari lingkungan sekitar amat penting sebagai benteng atau ring dalam bertindak yang mengarah pada terjaganya manusia keluar dari rel hidupnya. begitulah Islam yang notabene merupakan agama nasehat. Islam sangat menganjurkan adanya Amar makruf nahi mungkar. Berbeda dengan kondisi masyarakat non muslim dan pengaruh dari barat yang menomorsatukan kepentingan individu bahkan hidup secara sendiri-sendiri.
Ketiga adalah peran negara. Tidak akan banyak manfaat ketika individu hanya disokong oleh masyarakat tetapi tidak ada penjaga dari negara berupa aturan dan penegakan hukum. Apabila antara individu masyarakat dan negara tidak memiliki konsep yang satu maka senantiasa terjadi konflik dan membuat dilema-dilema yang akan terjadi. Satu contoh, ketika pemerintah tidak mengatur dan mengawasi jalannya tontonan baik dari televisi maupun media sosial maka, akan sangat mungkin akan terus terjadi kasus demi kasus yang menyebabkan meningkatnya prosentase karena tontonan atau game menjadi inspirasi remaja dalam berbuat negatif.
Berikut, beberapa contoh bagian dari keluhuran islam yang harus diedukasikan pada remaja oleh berbagai pihak. Hadis Nabi saw. dari Riwayat Muslim : “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.”
Begitu pula dalam TQS. Al-Hujurat Ayat 11:
"Wahai orang-orang yang beriman orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan(yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim"
Dua dalil di atas, bila ditanamkan dengan dasar keimanan yang kokoh pada remaja akan membuat output pribadi yang luhur dan bermartabat. Remaja tidak akan mudah tersulut emosi dan sakit hati hingga muncul rasa balas dendam. Sudah seharusnya kita kembali pada pedoman kita yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai jalan hidup kita selaku manusia. Wallahualam Bissawab. [Dara]