Minim Antisipasi, Kasus DBD Menghantui Generasi
Opini
Akar persoalan wabah DBD tidak terlepas dari penetapan kebijakan ala kapitalisme
Aturan yang menyebabkan masyarakat kesulitan untuk mendapatkan semua kebutuhan pokoknya
______________________________
Penulis Narti Hs
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kasus DBD kembali meningkat di Indonesia dan telah masuk ke dalam salah satu dari 30 negara endemik dengue dengan kasus tertinggi. Data Kemenkes RI hingga pekan ke-52 tahun 2023 telah mencatat 98.071 kasus dengan 764 kematian. Pada 2024, jumlahnya diprediksi akan makin tinggi. Oleh karena itu, wabah ini harus menjadi perhatian bersama.
Menurut data dari Kemenkes, total penderita DBD meningkat dari 73.518 orang pada tahun 2021, menjadi 131.265 kasus pada tahun 2022. Kematian juga meningkat dari 705 pada 2021 menjadi 1.183 orang pada tahun 2022. Prihatinnya lagi, 73% dari 1.183 kematian adalah anak-anak berusia 0 hingga 14 tahun. (Kompas.com, 03/02/2024)
Di Kabupaten Cianjur, kasus demam berdarah dengue (DBD), telah mengalami peningkatan. Bahkan pada awal 2024 terdapat ratusan warga yang terjangkit wabah tersebut. Menurut data dari Dinkes Cianjur, dari jumlah 219 kasus, terdapat 2 anak dengan rentang usia 6 sampai 14 tahun telah meninggal. (pikiranrakyat.com, 04/02/2024)
DBD adalah wabah berbahaya karena tingkat kematiannya tinggi. Hingga kini belum ditemukan obatnya. Terlebih, yang terkena sebagian besar adalah anak-anak. Merebaknya DBD ini dipicu oleh musim hujan sehingga jentik nyamuk akan sangat mudah berkembang biak tersebab banyak genangan air di sekitar permukiman, seperti talang air, kaleng bekas, sampah, dan sebagainya.
Sebenarnya DBD adalah penyakit yang dapat dicegah. Salah satunya dengan melakukan PSN 3M, yakni Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air serta Mendaur ulang barang yang berpotensi dijadikan sarang nyamuk Aedes aegypti.
Perilaku hidup masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya menjadi faktor pemicu merebaknya wabah DBD. Kesadaran terhadap pencegahan harus dipahami sejak awal agar terwujud kehidupan yang bersih dan sehat. Semua ini harus dilakukan secara berkesinambungan, baik oleh keluarga, masyarakat, maupun negara.
Banyak upaya telah dilakukan, mulai dari penyuluhan pentingnya PSN 3M, hingga fogging, tetapi wabah DBD masih saja naik. Apa penyebabnya? Setidaknya ada tiga alasan:
Pertama, adalah ruang hidup rakyat yang amat memprihatinkan. Data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mayoritas masyarakat Indonesia sulit memperoleh rumah layak huni. Jangankan menjaga lingkungan, untuk tetap bersih dan sehat, tinggal di rumah yang layak saja masih susah.
Kedua, kebanyakan masyarakat negeri ini berpenghasilan rendah. Untuk bisa memenuhi makanan bergizi pada anak saja masih kesulitan. Semestinya agar penanganan DBD berhasil, maka imunitas tubuh harus senantiasa terjaga, salah satunya dengan memberikan asupan yang bergizi pada anak.
Ketiga, tidak ada jaminan kesehatan yang mumpuni. BPJS bukanlah jaminan kesehatan sebab faktanya masyarakat masih harus membayar premi. Dengan demikian, masih banyak rakyat yang tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan dengan layak.
Melihat faktor di atas, maka pencegahan DBD tidak cukup hanya dengan melakukan penyuluhan, namun membutuhkan kekuatan ekonomi. Bagaimana rakyat bisa hidup sehat, layak, menjaga lingkungan dan asupan makanan, jika ekonomi mereka lemah?
Oleh karena itu, akar persoalan wabah DBD tidak terlepas dari penetapan kebijakan ala kapitalisme. Aturan yang menyebabkan masyarakat kesulitan untuk mendapatkan semua kebutuhan pokoknya. Hal ini disebabkan negara menyerahkan urusan pengadaan perumahan kepada pihak swasta yang orientasinya adalah keuntungan, bukan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Begitu pun kebijakan tentang kesehatan, yang hanya dirasakan oleh segelintir orang. Padahal penderita DBD harus segera ditangani agar terhindar dari risiko kematian. Fasilitas dan tenaga kesehatan pun menumpuk di perkotaan, tetapi sulit di pedesaan.
Inilah penyebab kasus wabah DBD sulit diselesaikan, hingga menghantui masyarakat termasuk generasi.
Berbeda halnya dengan sistem yang bedasal dari Sang Maha Pencipta dan Pengatur manusia. Islam sebagai agama yang sempurna telah memiliki sejumlah tata cara yang menyeluruh untuk bisa mengatasi wabah.
Aturan ini menjadikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap seluruh kebutuhan rakyatnya. Mulai dari sandang, pangan, perumahan, juga kesehatan, yang merupakan kebutuhan pokok komunal yang harus segera dipenuhi. Semuanya akan mudah diakses oleh seluruh masyarakat. Kaya, miskin, muslim maupun nonmuslim.
Misalnya saja pembangunan perumahan wajib dikelola negara. Pihak swasta dibolehkan tetapi sifatnya hanya membantu saja, sehingga orientasi pembangunan adalah terpenuhinya kebutuhan papan warga, bukan bisnis. Fungsi baitulmal, juga akan mampu membangun perumahan layak huni bagi seluruh rakyatnya.
Di samping itu, terkait kebutuhan asupan gizi, maka negara akan menjamin semua laki-laki pencari nafkah mendapatkan pekerjaan. Jika ada kepala keluarga (wajib nafkah) yang tidak bisa mencari nafkah karena sakit atau cacat dan tidak ada kerabatnya yang bisa membantu, maka tanggung jawab akan dialihkan kepada negara.
Ditambah lagi sistem kesehatan yang secara langsung dipenuhi oleh negara. Aksesnya dapat dirasakan oleh semua warga. Fasilitas dan tenaga kesehatan tersebar merata di seluruh wilayah. Alhasil, penanganan pasien yang terkena DBD, akan mudah dan cepat ditangani.
Demikianlah cara Islam dalam menangani kasus DBD bahkan wabah lainnya. Generasi tak akan dihantui karena minim antisipasi. Kebutuhan pokok rakyat akan terpenuhi, termasuk kesehatan. Ditambah dengan edukasi bahwa menjaga kesehatan adalah sebagian dari perintah Allah Swt.. Atas dorongan takwa, maka masyarakat akan menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan sehat.
Inilah jaminan Islam untuk memberantas wabah dengan tuntas. Kini saatnya mewujudkan sistem Islam kafah yang telah berabad-abad lamanya pernah hadir menjadi pusat kepemimpinan. Sehingga dengannya akan tercipta keberkahan.
".... penduduk negeri beriman dan bertakwa, maka pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi...." (QS. Al-A'raf:96)
Wallahualam bissawab. [SJ]