Rindu di Puasa Kedelapan
Puisi
Rindu di puasa kedelapan
Rindu yang setiap Ramadhan datang
Wahai umat kembalilah pulang
Berjuang bersama mewujudkan kepemimpinan Islam ke depan
______________________________
Penulis Hanif Kristianto
Sastrawan Politik dan Analis Politik-Media
KUNTUMCAHAYA.com, PUISI - Kalau sudah rindu niscaya tersebut selalu
Dalam bibir yang terus mengalir kata-kata manis
Sangat dan sangat inginkan kehadiran di hadapan
Sesosok manusia yang tersebut di antara bilal ketika pergantian Tarawih tiba
Ya, empat manusia sahabat mulia yang melanjut kepemimpinan Muhammad
Sahabat setia yang sunnahnya diikuti dan digigit erat-erat
Sosok pemimpin sejati dan sepenuh hati
Manusia mulia yang di tangannya Islam jaya dan tersebar ke seluruh penjuru dunia
Khalifah ula Abu Bakar Ash-Shiddiq tercinta
Sahabat setia yang menemani nabi di kala hijrah
Rela berkorban nyawa melindungi baginda nabi
Pemimpin sejati yang menerapkan syariat kafah dengan kebijaksanaan manusia
Khalifah tsani Umar bin Khattab tertegas
Sahabat mulia yang menjaga Islam tanpa kata-kata
Kuat dengan kepemimpinan yang jadikan manusia taat
Pemimpin sejati yang tak bisa disamai dengan pemimpin masa kini
Khalifah tsalits Utsman bin Affan terpuji
Sahabat adiluhung di tangannya Islam bertambah agung
Ikhlas tanpa pamrih di hadapan rakyatnya
Pemimpin yang peduli tanpa pencitraan yang penuh kepalsuan
Khalifah robi' Ali bin Abi Thalib tercerdas
Sahabat pintu segala ilmu dengan sisa kekuatan memimpin rakyat yang beragam
Mulia sebab keilmuannya dan terhormat sebab kepemimpinan yang sesuai amanat
Pemimpin mahardika yang tak bisa dibodohi kaum penjajah
Pemimpin sahabat itu lahir dari sistem Islam yang bermartabat
Tugasnya jelas taat pada Allah dan Rasul-Nya dengan menerapkan syariat
Inilah sebenar-benarnya ulil amri yang sejatinya bisa ditiru pemimpin zaman ini
Inilah sebenar-benarnya pemimpin bukan hasil politik demokrasi yang penuh kepalsuan dan basi
Rindu di puasa kedelapan
Bahkan rindu ini tak bisa lagi dipendam dalam
Rindu ini berasal dari suara kalbu yang suci
Dibimbing wahyu karena hakikatnya syariat Islam itu satu untuk semua makhluk
Rindu di puasa kedelapan
Tiada guna pemimpin yang lahir dari pilihan politik demokrasi yang penuh ilusi
Pemimpinnya lahir dari manipulasi suara dan penyelewengan kekuasaan di atasnya
Percuma dan mahal biaya yang nantinya malah tak peduli rakyatnya
Rindu di puasa kedelapan
Seolah Abu Bakar dan Umar hadir bersama di setiap tarawih rakyat jelata
Sosok yang auranya tak tertandingi bahkan makamnya di samping nabi
Tidakkah umat rindu sosok manusia yang bisa diduplikasi kembali?
Rindu di puasa ke delapan
Seolah Utsman dan Ali hadir juga di penghujung Tarawih
Sosok yang mengecap dengan ucap dan sikap yang sehadap
Tidakkah umat rindu sosok manusia yang melanjutkan kehidupan Islami
Rindu di puasa kedelapan
Rindu yang setiap Ramadhan datang
Wahai umat kembalilah pulang
Berjuang bersama mewujudkan kepemimpinan Islam ke depan [SJ]