Tradisi Tahunan, Harga Pangan Naik saat Ramadan
Opini
Meroketnya harga bahan pangan sudah menjadi tradisi tahunan jelang ramadan
Tetapi nyatanya, belum ada solusi tuntas untuk mengatasi masalah ini
__________________
Penulis Zahrah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Harga pangan selalu mengalami kenaikan harga saat ramadan. Seakan sudah menjadi tradisi yang senantiasa terjadi di Indonesia. Selain tradisi mudik atau pulang kampung. Indonesia juga memiliki tradisi kenaikan harga pangan saat ramadan tiba setiap tahunnya. Masyarakat sudah terbiasa dengan tradisi ini, meski harus mengelus dada setiap pergi ke pasar. Namun, mereka tetap tidak bisa melakukan apa pun selain menerima dengan lapang dada.
Dilansir Kompas.com (12/03/2024) menjelang ramadan, harga berbagai bahan pangan di kota Surabaya mengalami lonjakan harga dan cenderung stabil tinggi. Sampai dengan sabtu (09/03/2024), misalnya harga beras naik kisaran 16 ribu per kilogram. Harga yang stabil tinggi terjadi pada minyak goreng yang dijual dengan 15 ribu per liter hingga 16 ribu per liter. Selain beras, minyak goreng, kenaikan harga juga terjadi pada telur ayam kisaran 34 ribu per kg. Cabai, bawang ikut mengalami kenaikan.
Tradisi kenaikan harga ini terjadi di seluruh pelosok negeri ini. Meski, meroketnya harga bahan pangan sudah menjadi tradisi tahunan jelang ramadan. Tapi nyatanya, belum ada solusi tuntas untuk mengatasi masalah ini. Bebagai cara telah dilakukan pemerintah, tapi sayangnya, solusi yang diberikan sama sekali tidak menyentuh akar permasalahan. Akhirnya, tradisi kenaikan harga bahan pangan terus berulang. Bahkan, tahun ini kenaikan harga pangan yang terjadi di berbagai daerah tidak bisa dibilang biasa saja. Apalagi ekonomi masyarakat yang belum stabil pasca covid dan ancaman berbagai PHK juga inflasi.
Bagi masyarakat menengah ke bawah, bisa dipastikan mereka akan menjadi korban paling terdampak dari tradisi tahunan jelang ramadan ini. Menurut, Guru Besar Sosiologi Ekonomi FISIP Universitas Airlangga, Bagong Suyanto menyatakan kenaikan harga pangan menjelang ramadan akan mengakibatkan terjadinya inflasi yang menimbulkan beberapa dampak yang sangat beresiko terutama bagi masyarakat miskin.
Pertama, naiknya harga pangan akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Kedua, lonjakan harga pangan niscaya akan menghantam daya tahan keluarga miskin, mereka akan susah memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari terutama pada bulan ramadan. Ketiga, akibat lonjakan harga pangan, akan mempengaruhi tingkat pengeluaran rata-rata masyarakat. Pengeluaran untuk bahan pangan akan naik sementara, untuk pengeluaran lain akan sedikit, misal biaya untuk pendidikan, kesehatan akan berkurang. Keempat, makin lebarnya kesenjangan distribusi pendapatan antar masyarakat. (Bisnis.com, 08/03/2024)
Berbagai cara yang dilakukan pemerintah nyatanya hanya solusi tambal sulam. Tidak menyentuh akar permasalahan. Menurut Bagong Suyanto, Untuk mengatasi lonjakan harga pangan, sesungguhnya tidak akan efektif kalau mengandalkan program intervensi yang sifatnya instan, seperti operasi pasar, impor beras dan lain sebagainya. Menurutnya, solusi mengatasi lonjakan harga pangan perlu dikembangkan lagi seperti, memutus rantai pasok, mencegah praktik penimbunan bahan pangan yang dilakukan oleh para mafia dan memberikan penghargaan yang layak kepada para petani dengan memberikan jaminan kesejahteraan kepada mereka atas komoditas yang dihasilkan.
Akan tetapi, kenyataannya naiknya harga pangan juga tidak menjadi jaminan kesejahteraan bagi para petani. Justru mereka mengalami imbas dari kenaikan bahan pangan. Belum lagi dengan mahalnya biaya produksi dari pertanian misalnya, mahalnya pupuk pertanian saat ini. Selain itu, solusi yang ditawarkan selalu berulang dilakukan padahal tidak mempunyai pengaruh yang signifakan. Justru yang tejadi sebaliknya, bahan pangan selalu mengalami kenaikan dan akan terus bertambah naik menjelang idul fitri nanti.
Ramadan yang seharusnya jadi momentum untuk menigkatkan ketakwaan setiap individu masyarakat, harus dibayang-bayangi dengan kenaikan harga pangan. Untuk menyelesaikan kenaikan harga pangan terutama menjelang Ramadan perlu perubahan paradigma serta solusi fundamental yang menyentuh akar permasalahan. Hal ini hanya akan terwujud jika negara mau mengambil solusi Islam. Sebab, solusi yang hakiki tidak bisa didapatan dari sistem demokrasi sekuler yang kenyataannya hingga hari ini tradisi kenaikan harga pangan masih terus terjadi. Sebab, penerapan sistem ekonomi ala kapitalis sekuler yang minim periayahan terhadap rakyat.
Islam memiliki paradigma yang berbeda dalam mengatur ketersediaan bahan pangan yang murah dan terjangkau bagi masyarakat, teruatama pada bulan ramadan. Ketersediaan bahan pangan yang murah dan terjangkau bagi masyarakat merupakan tanggungjawab negara. Rasulullah saw. bersabda: "Imam (khalifah adalah raa’in (pengurus bagi rakyatnya dan ia bertanggungjawab terhadap rakyatnya.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Dari hadis di atas kita bisa mengetahui bahwa khalifah adalah pengurus rakyat, pelayan bagi rakyatnya. Sehingga, negara yang akan menjamin terpenuhinya segala kebutuhan masyarakat, apalagi pada bulan Ramadan.
Negara akan menjamin ketersediaan bahan pangan dengan mengatur dan menjamin terpenuhinya pasokan bahan pangan dengan produksi dalam negeri. Negara tidak akan bergantung pada impor bahan pangan dari luar. Negara secara mandiri menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan untuk ketersediaan bahan pangan. Sehingga, tidak akan tejadi kelangkaan bahan pangan juga kenaikan bahan pangan secara tidak wajar di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, negara hadir untuk mengawasi pasar agar terwujud sistem distribusi dan pembentukan harga bahan pangan yang wajar. Dengan tegas negara melarang dan mencegah terjadinya penimbunan bahan pangan oleh mafia. Negara akan memberian sanksi yang tegas kepada siapa saja yang melanggar sesuai syariat islam.
Sistem politik ekonomi Islam juga menjadikan SDA yang ada dikelola secara mandiri oleh negara yang seluruh hasilnya digunakan untuk memenuhi setiap kebutuhan rakyat, seperti penyedian fasilitas pendidikan, kesehatan dan keamanan serta fasilitas-fasilitas lainnya secara murah bahan gratis. Negara akan menjamin tersedinya lapangan pekerjaan bagi laki-laki.
Sehingga, masyarakat tidak perlu merasa khawatir dalam memenuhi kebutuhan pangannya terutama pada bulan Ramadan. Masyarakat akan fokus beribadah untuk mencapai derajat takwa hingga hari kemenangan (idul fitri) itu tiba. Wallahualam bissawab. [Dara]