Dear Allah, I'm Done
Nafsiyah
Keputusasaan terhadap diri dan penyerahan secara totalitas pada kekuasaan-Nya merupakan kunci dari sebuah pertolongan
Sesulit apa pun keadaan kita saat ini maka jangan pernah berputus asa pada rahmat Allah
______________________________
Penulis Althafunnisa
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, NAFSIYAH - Kadang kita harus berada pada situasi yang sangat sulit bahkan rumit. Sudahlah kita mencoba berlari mencari ujung solusi tetapi yang ada hanya sebuah ilusi. Kita juga telah menghabiskan waktu berjalan pelan, memperhatikan pola, mungkin akan ada jalan keluar yang bisa kita temukan.
Namun, lagi-lagi justru kita makin terkurung pada kegagalan yang mendalam. Apa pun kita coba, namun hasilnya tetap sama. Seolah tak ada lagi celah, tak ada lagi yang bisa kita lakukan selain menyerah. Dear Allah, i'm done.
Teka-teki kehidupan sering kali membuat kita payah dalam memberikan jawaban. Apalagi kita memang hidup dalam arena sistem sekuler kapitalisme yang menyengsarakan. Berbagai macam problematika hidup harus kita rasakan, hingga bahkan membuat kita terpaksa berhenti sejenak atau bahkan mungkin menyerah dan berputus asa. Nauzubillah.
Tanpa adanya bekal keimanan, maka wajar banyak kasus mengerikan di luar sana. Sedangkan harusnya kerumitan hidup yang membuat kita menyerah ini bukan menyerah dari pertolongan Allah, melainkan menyerah pada diri sendiri, menyadari bahwa kita ini hanya makhluk. Maka kita membutuhkan Dzat yang Maha Segalanya. Dialah Allah, Al-Khaliq Al-Mudabbir.
Ujian hidup yang Allah berikan ini sebenarnya adalah cara-Nya untuk menunjukkan kekuasaan-Nya atas kita. Saat kita telah bersusah-payah mencoba melakukan yang terbaik dalam hidup. Entah itu dalam perkara memperbaiki diri, mendidik anak-anak, menjalin keharmonisan dalam pernikahan, ekonomi bahkan kewajiban dakwah. Saat semua sudah kita lakukan, tapi ternyata kegagalan yang lagi-lagi kita telan. Maka di sanalah kita perlu menghisab diri.
Sebagaimana kisah Nabi Musa as. dalam surah Al-Kahfi ayat 60 ketika Nabi Musa dan pembantunya mencari hamba Allah untuk mencari ilmu darinya. Saat keduanya tak kunjung menemukan hamba Allah tersebut dan malah kehilangan bekal, maka dalam ayat 64 di surah yang sama yang artinya Dia (Musa) berkata, “Itulah yang kita cari.” Lalu keduanya kembali dan menyusuri jejak mereka semula.
Belajar dari kisah Nabi Musa tersebut, mestinya kita mencoba untuk kembali, menyusuri jalan yang telah kita tempuh sebelumnya. Mungkin ada yang salah pada niat kita sejak awal. Mungkin ada yang kurang tepat dalam pilihan usaha kita. Mungkin kita terlalu fokus hanya pada usaha diri sebagai manusia bukan hamba yang mestinya senantiasa menyertakan Allah dalam setiap langkah atau yang lainnya.
Jika semua sudah dirasa benar, tapi tetap Allah belum izinkan kemudahan itu hadir, maka bersyukurlah. Bisa jadi ini cara-Nya menyelamatkan kita dari kesombongan. Allah ingin kita lebih banyak meminta. Maka permintaan terbaik pada situasi seperti ini tak lain ialah rahmat-Nya. Sebagaimana doa Ashabul Kahfi,
رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." (QS. Al Kahfi: 10).
Sungguh, kita tak sendiri! Sepahit dan sesulit apa pun ujian kita dalam berbagai aspek kehidupan akan selalu ada Allah yang tak akan pernah meninggalkan. Pertanyaannya adalah seberapa bulat keyakinan kita bahwa Allah pasti menolong kita? Bahwa Allah menyayangi kita. Sebab hanya dengan keyakinan itulah kita mampu bertahan.
Ingatkah kita pada kisah Nabi Musa as. saat dikejar pasukan Fir'aun? Di depannya terhampar lautan luas, sedang di belakangnya pasukan Fir'aun siap menghabisi. Dalam keadaan genting seperti itu, saat Nabi Musa tak lagi percaya pada kekuatannya, menyadari sepenuhnya kelemahannya. Maka dengan tenang sebagaimana dalam surah Asy-Syu'ara' ayat 62, Dia (Musa) berkata, “Tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku. Dia akan menunjukiku.”
Di saat semua tak lagi bisa dilakukan dan Nabi Musa juga telah membulatkan keyakinan bahwa Allah pasti memberikan petunjuk, maka itulah awal dari sebuah pertolongan. Allah menolongnya dengan mukjizat yang luar biasa. Laut terbelah dan mereka pun selamat. Keputusasaan terhadap diri dan penyerahan secara totalitas pada kekuasaan-Nya merupakan kunci dari sebuah pertolongan.
Oleh karenanya, sesulit apa pun keadaan kita saat ini maka jangan pernah berputus asa pada rahmat Allah. Ketika kita sudah berusaha sebaik mungkin mengikuti jalan yang telah Dia gariskan, maka tak ada yang perlu kita risaukan. Boleh jadi ujung keberhasilan itu belum kita temukan, bisa saja kemudahan yang kita harapkan masih jauh dari pandangan, tak mengapa.
Allah tak menghitung hasilnya, Dia menilai setiap proses yang kita jalani. Upaya-upaya yang telah lakukan sungguh tak akan disia-siakan. Semua akan ada balasan-Nya. Kesulitan ini, kekecewaan ini, luka ini dan semua kerumitan ini akan selalu bertalian dengan kemudahan. Fa inna ma'al-'usri yusraa, inna maal-usri yusraa. Wallahualam bissawab. [SJ]