Krisis Moral Generasi, Potret Buram Pendidikan dalam Kapitalisme
Opini
Sistem pendidikan Islam memiliki asas yang kuat yakni akidah Islam
Metode pengajaran talqiyan fikriyah mampu mencetak generasi yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia
_________________________
Penulis Irmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Generasi berperan penting dalam membawa perubahan di tengah masyarakat. Pada pundak pemuda tersimpan harapan besar untuk sebuah perubahan. Namun sayang, ketika menyaksikan potret pemuda saat ini sangat memprihatinkan.
Saat ini tindakan generasi muda justru makin brutal dan jauh dari norma agama. Mereka terlibat beragam perilaku buruk seperti tawuran, pemerkosaan, pencurian, narkoba dan lain-lain. Salah satu di antaranya kasus yang masih hangat yakni perang sarung yang terjadi di Bekasi dan pelakunya masih berstatus pelajar.
Selain itu perbuatan keji lainnya dari remaja, dilansir dalam Kompas (15/03/2024), seorang pelajar SMP berusia 15 tahun di Kab. Lampung Utara diperkosa 10 pria. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan disebuah gedung wilayah Lampung Utara. Saat ini, kondisi korban mengalami mengalami trauma mendalam akibat peristiwa tersebut. Untuk para pelaku yang ditangkap akan dikenakan pasal 81 dan atau pasal 82 Undang-undang perlindungan anak.
Sungguh miris, dengan berbagai persoalan yang menimpa generasi negeri ini. Bahkan bukan lagi menjadi rahasia publik, banyak pemuda yang mengalami krisis moral saat ini. Seperti data Unicef 2016 menunjukan bahwa kekerasan pada remaja di Indonesia mencapai 50 persen seperti halnya kekerasan geng motor, tawuran dan lain-lain yang masih mendominasi remaja saat ini.
Semestinya pemuda adalah generasi penerus peradaban sebagai aset berharga bagi suatu bangsa. Karena itu, eksistensinya perlu dijaga, dilindungi dan dibina sehingga memiliki pola pikir dan pola sikap yang benar dan sesuai norma-norma agama. Akan tetapi, saat ini generasi mengalami kemerosotan moral. Mengapa terjadi demikian?
Generasi dengan mudah bisa melakukan perbuatan sadis. Hal ini menunjukan terdapat sesuatu yang tidak beres. Generasi saat ini dengan perilaku mereka dan tingkah laku yang makin salah arah. Demi ketenaran dunia dan sebatas mencari uang, tak sedikit nyawa menjadi taruhannya dan membahayakan dirinya. Agama tidak lagi dijadikan petunjuk dalam bertingkah laku dan beralih menjalankan hidup berdasarkan nafsu.
Maraknya generasi muda menjadi pelaku kejahatan tak hanya dilakukan oleh pelajar ataupun anak dibawah umur adalah akibat penerapan sistem kapitalisme di negeri ini.
Kapitalisme dengan asas sekulerisme telah memusnahkan agama dari kehidupan. Agama hanya dibolehkan mengatur masalah ibadah saja dan menjadi urusan pribadi. Sementara itu dalam urusan publik, tidak ikut campur tangan agama. Apalagi makin digencarkan program moderasi beragama dalam pendidikan. Agama akan diminimalkan bahkan dihilangkan dari dunia pendidikan.
Mari kita lihat dari segi sistem pendidikan sekuler. Sebagaimana peranannya, pendidikan harusnya menjadi sarana untuk menjadikan generasi manusia-manusia yang terpelajar, pintar dan bermartabat. Akan tetapi, sistem pendidikan saat ini gagal mencetak generasi yang memiliki kepribadian terpuji.
Dalam sistem kapitalisme, pendidikan hanya diposisikan sebatas menghasilkan produk tenaga kerja dengan dalih daya saing untuk memasuki dunia kerja. Ditambah lagi sistem ini berorientasi pada kebebasan tanpa batas, serta tanpa memiliki standar dengan menghalalkan berbagai cara hanya bertujuan pada kebahagiaan semata.
Negara dalam sistem ini hanya terfokus membangun SDM secara sains dan teknologi. Namun lemah dari sisi pemahaman dan keterikatan syariat agama. Alhasil generasi yang dalam pendidikan hanya menjadi generasi liberal yang tak peduli dengan perilakunya halal atau haram. Keberhasilan pendidikan hanya diukur dari nilai-nilai akademik.
Hal ini makin diperparah, ketika negara tak punya visi untuk menyelamatkan generasi. Negara abai terhadap tanggung jawabnya dan hanya menyibukkan diri pada upaya-upaya pragmatis. Meski pemerintah telah memberikan solusi dengan penguatan karakter profil pelajar Pancasila. Faktanya, hanya melahirkan sikap apatis dan enggan memahami agama.
Selain itu, pengelolaan informasi di media yang tidak memiliki filter dari penguasa juga menjadi salah satu faktor krisis moral pemuda. Informasi masuk begitu saja baik tontonan kekerasan, pornografi dan lain-lain. Apalagi sistem sanksi yang diterapkannya pun tidak memberi efek jera. Akibatnya, krisis moral kian marak dari waktu ke waktu. Meski masih duduk di bangku sekolah mereka berani mencuri dan perilaku buruk lainnya.
Beragam kerusakan ini mengindikasikan bahwa sistem pendidikan saat ini telah gagal membentuk generasi yang berilmu dan bertakwa. Untuk memahami masalah ini tidak cukup dengan bimbingan orang tua saja. Melainkan membutuhkan penyelesaian secara menyeluruh hingga akarnya yakni dengan Islam.
Islam dengan seperangkat aturannya termasuk dalam mengatur sistem pendidikan, kontrol masyarakat, hingga penerapan aturan Islam secara sempurna dengan negara. Sistem pendidikan Islam memiliki asas yang kuat yakni akidah Islam. Dengan metode pengajaran talqiyan fikriyah mampu mencetak generasi yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Selain itu, Islam juga memiliki akidah dan hukum- hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Termasuk penyelenggaraan pendidikan baik dalam penyusunan kurikulum, sistem ajar, kualifikasi guru, budaya dan interaksi antara komponen pendidikan yang standarnya berdasarkan halal atau haram.
Semua perilaku yang tidak baik bukan hanya diberikan sanksi, tetapi juga diberikan pencegahan. Selain itu, negara wajib menyiapkan pendidikan yang berkualitas secara gratis untuk seluruh masyarakat serta memberikan tunjangan layak kepada para pengajar.
Sistem pendidikan dalam Islam memiliki visi yang jelas untuk mencetak generasi dengan kepribadian Islam. Semua itu ditopang dengan ekonomi Islam yang menyejahterakan dan kebijakan yang berasal dari syariat Islam. Terbukti dalam 13 abad bahwa dunia pendidikan Islam terlahir cendekiawan cerdas dan ahli setiap bidangnya dan memiliki kekuatan yang kuat. Misalnya al-khawarizmi (ahli matematika) yang dikenal barat dengan sebutan Al-Gebra dan masih banyak cendekiawan cerdas lainnya.
Oleh karena itu, sistem Islam dalam naungan negara terbukti menghasilkan generasi cemerlang yang siap membangun kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat. Jika sistem Islam ditegakkan keberkahan akan menyelimuti bumi, tidak ada lagi kerusakan moral para pemuda. Karena Islam membentuk setiap warga negara menjadi pribadi yang memiliki ketakwaan dan rasa takut kepada Allah Swt. Wallahualam bissawab. [GSM]