Antisipasi Optimal Wabah DBD, Islam Punya Solusi
OpiniWabah DBD terus berulang setiap tahun, bahkan sampai membawa kematian
Hal ini jelas membutuhkan solusi komprehensif dan mendasar
___________________
Penulis Rufayda Islamia
Kontributor Media Kuntum Cahaya & Aktivis
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Awal tahun seharusnya menjadi permulaan yang baik untuk memulai banyak hal. Namun, tidak dengan kondisi kesehatan masyarakat saat ini, yang menjadi berita papan atas yaitu meningkatnya wabah DBD yang merambah di negeri ini dalam memulai tahun baru 2024. Demam berdarah atau DBD adalah penyakit yang menular melalui nyamuk Aedes Aegypti yang terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia. Gejala DBD yang umum adalah demam tinggi dan gejala seperti flu. Sementara, pada DBD yang parah kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah secara tiba-tiba (syok) bahkan kematian.
Kasus demam berdarah di Jabar terus mengalami peningkatan. Data yang dihimpun sejak Januari 2024 oleh Dinas Kesehatan Pemprov Jabar, kasus demam berdarah sudah berada pada angka 11.058 kasus. Dari angka tersebut, tercatat ada 96 kasus kematian. (Kumparan.news, 21/03/2024)
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jabar, Vini Adiani Dewi, mengatakan kasus demam berdarah akan mengalami peningkatan ketika memasuki musim pancaroba atau seiring dengan masa kembang biak nyamuk. Dia mewanti masyarakat agar waspada selama rentang bulan Januari hingga April.
Jutaan kasus infeksi demam berdarah terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Negara-negara yang sering mengalami DBD di kawasan Asia Tenggara, pulau-pulau Pasifik Barat, Amerika Latin dan Afrika. Ada cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi populasi nyamuk.
Berdasarkan pengamatan Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie, ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan DBD dengue. Di antaranya, perubahan cuaca, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), 3M Plus yang tidak optimal, dan keberadaan habitat telur serta jentik nyamuk masih banyak di sekitar masyarakat. Koordinasi lintas sektor dan program untuk menggiatkan Kembali PSN 3M Plus di lingkungan fasilitas umum harus kembali digencarkan. (Radar Jogja, 16/03/2024)
Wabah DBD terus berulang setiap tahun, bahkan sampai membawa kematian. Hal ini jelas membutuhkan solusi komprehensif dan mendasar. Bukan hanya sekedar solusi tambal sulam yang digencarkan mendadak ketika wabah telah datang dan telanjur menerpa lingkungan masyarakat. Komprehensif berarti mencari akar permasalahan yang selama ini terjadi, menggali lebih jauh faktor penyebab, mengoptimalkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk menangani masalah yang terjadi, hingga mengupayakan penyembuhan yang optimal.
Kesehatan adalah hak dasar manusia sebagai makhluk hidup juga makhluk sosial. Terjaminnya kesehatan yang optimal adalah tugas negara sebagai payung perlindungan utama bagi seluruh kalangan masyarakat.
Penanganan dasar secara komprehensif akan mengoptimalkan pemenuhan upaya kesehatan. Solusi tuntasnya yaitu promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Semua itu tentu tidak dapat dituntaskan dalam waktu yang singkat, mengingat upaya yang perlu dilakukan perlu keseriusan yang lebih dalam. Dimulai dari individu masyakarat yang menyadari pentingnya kesehatan, masyarakat yang bergotong royong dalam upaya pencegahan, juga yang paling terpenting tugas dari negara yang wajib memastikan kesembuhan dan kesejahteraan masyarakat.
Sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini nyata memengaruhi terwujudnya solusi komprehensif dan mendasar. Kapitalisasi kesehatan menjadi hal yang lumrah dalam sistem ini, seperti vaksin berbayar, layanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan uang yang tersedia. Keterbatasan kapasitas RS, kemiskinan yang berpengaruh pada rendahnya literasi kesehatan, dan daya tahan tubuh yang rendah adalah sebagian faktor yang berpengaruh.
Bagaimana mungkin masyarakat akan peduli terhadap kesehatan sedangkan negara abai dalam memperhatikan urusan rakyatnya? Jangankan untuk segera memeriksakan diri ketika ada gejala DBD datang, mungkin sebagian masyarakat lebih takut harus menyiapkan biaya yang mahal untuk berobat, dibandingkan untuk segera menyelamatkan dirinya dari penyakit.
Pada sistem kapitalisme saat ini, jangankan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan primer hidup seperti makan harus berlomba-lomba dalam tangis yang tak kunjung pasti. Negara penganut sistem kapitalisme tidak mampu memperhatikan segala kebutuhan rakyat, yang dipikirkan hanya kepentingan para petinggi oligarki, segala hak hidup masyarakat dikapitalisasi sedemikian rupa. Belum lagi pajak yang kian meningkat tinggi.
Berbeda dengan sistem Islam, yang menjadikan layanan kesehatan sebagai tanggung jawab negara. Fasilitas kesehatan disediakan secara murah, bahkan gratis oleh negara. Kemudahan akses kesehatan juga memaksimalkan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang berkualitas.
Negara memaksimalkan berbagai upaya secara komprehensif dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk riset dan penerapan hasilnya di tengah masyarakat seperti teknologi terbaru, vaksin produksi dalam negeri sehingga biaya produksinya bisa lebih murah, serta obat-obatan berkualitas.
Negara dalam sistem islam mengatur segala kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Islam memiliki sistem dan solusi terbaik dari hulu ke hilir yang terbukti dalam kejayaannya selama hampir 14 abad. Di antara solusi dari mewabahnya DBD yaitu: Pertama, sistem tata ruang lingkup dikelola oleh negara, perumahan adalah urusan yang diatur oleh negara. Perumahan dalam perspektif hukum syarak diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan fungsi dan keamanannya, dengan begitu sistem perairan, irigasi, pembuangan akhir akan lebih tertata. Alhasil genangan air yang tidak efektif akan tertangani dengan baik. Sumber resapan air akan berfungsi sebagaimana mestinya, bangunan tidak akan dibiarkan berdiri di tanah yang subur.
Kedua, sistem pelayanan kesehatan akan dikelola oleh negara. Hal ini, meminimalkan kapitalisasi sistem kesehatan di dalam negeri. Seluruh lapisan masyarakat memiliki hak yang sama dalam mendapat pelayanan kesehatan. Begitupun dengan riset yang diadakan oleh para peneliti ahli akan sepenuhnya dibiayai oleh negara. Dengan begitu teknologi terbaru akan lebih optimal pelaksanaannya.
Ketiga, keuangan di dalam negara didapatkan dari APBN yang bersumber dari kekayaan alam. Kekayaan alam yang menjadi kebutuhan umum seperti sumber air, gas, minyak, batu bara, tambang dan lain-lain wajib dikelola oleh negara. Dengan begitu negara akan mendapatkan sumber uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Sudah saatnya umat Islam beralih kepada sistem Islam. Hanya dengan Islam, pemerataan kesejahteraan umat akan terwujud. Wallahualam bissawab. [Dara]